Waktu Penelitian Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan malalui pendekatan palkam pada siswa SD

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim yaitu: 1 perencanaan planning, 2 pelaksanaan acting, 3 pengamatan observing, dan 4 refleksi reflecting, seperti digambarkan di bawah ini. Gambar 1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas Tahap-tahap penelitian dimulai dengan peninjauan dan akan dilanjutkan dengan siklus I, dan siklus II. Pada tiap siklus, peneliti akan menganalisis dan melakukan refleksi sebelum melanjutkan ke siklus selanjutnya. Berikut adalah uraian kegiatan penelitian: 1. Persiapan Penelitian Tahap ini merupakan tahap awal dalam penelitian tindakan yang peneliti lakukan. Tahap ini juga merupakan tahap perkenalan antara peneliti dengan kepala sekolah, guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut dan lingkungan sekolah. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah: a. Melakukan observasi awal untuk identifikasi masalah dan analisis akar penyebab masalah melalui wawancara dengan guru dan melakukan pengamatan proses pembelajaran di kelas. b. Menentukan tindakan yang tepat melalui pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran materi pecahan. Jika indikator belum tercapai c. Menyusun lembar observasi siswa serta wawancara guru. d. Menyusun instrumen penelitian berupa rencana pembelajaran, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa dan alat evaluasi tes. e. Melakukan uji coba soal. 2. Penelitian siklus I a. Perencanaan 1 Menyiapkan rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa. 2 Membuat alat peraga berupa kartu pecahan. 3 Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. 4 Menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan 1 Melaksanakan skenario pembelajaran yang direncanakan. 2 Pemberian tes siklus I. c. Observasi Untuk mengamati kegiatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, diperlukan lembar observasi aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Pengamatan bagi siswa dilakukan oleh guru peneliti. Pada tahap ini, siswa melaksanakan tindakan dan peneliti melakukan pemantauan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar KBM, selanjutnya menganalisa nilai tes siklus I. d. Analisis, Refleksi dan Evaluasi Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, di analisis dan di evaluasi oleh peneliti, sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan apabila perlu secara kualitas maupun kuantitas berdasarkan hasil evaluasi. 3. Penelitian Siklus II a. Perencanaan 1 Menyiapkan rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa. 2 Membuat alat peraga media pengajaran materi pecahan. 3 Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. 4 Menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan. 1 Melaksanakan skenario yang direncanakan. 2 Pemberian tes siklus II. c. Observasi Untuk mengamati kegiatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, diperlukan lembar observasi aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Pengamatan bagi siswa dilakukan oleh guru peneliti. Pada tahap ini, siswa melaksanakan tindakan dan peneliti melakukan pemantauan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar KBM, selanjutnya menganalisa nilai tes siklus II. d. Analisa, Refleksi dan Evaluasi Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, dianalisa dan di evaluasi oleh peneliti. Kemudian guru dan peneliti dapat merefleksi tentang keberhasilan tindakan yang dilakukan.

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan

Hasil intervensi yang diharapkan yaitu: 1. Rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada setiap siklus sudah mencapai ≥ 75 di atas rata-rata aktivitas. 2. Tes hasil belajar matematika siswa yang diperoleh pada akhir siklus menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas ≥ 65 dan siswa yang mencapai nilai ≥ 65 mencapai ketuntasan sebanyak 75 dari jumlah siswa dalam kelas.

G. Data dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Data kualitatif meliputi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Cara pengambilan data, yaitu: 1. Data tentang hasil belajar matematika siswa diambil dengan memberikan tes. Tes berupa soal essay berjumlah 10 butir soal untuk siklus I dan 10 butir soal untuk siklus II yang digunakan untuk mengambil data kemampuan kognitif siswa pada tiap akhir siklus. 2. Data tentang aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Data ini diambil pada tiap pertemuan oleh guru.

H. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut: 1. Catatan lapangan Catatan lapangan diperlukan untuk mencatat kejadian-kejadian yang dianggap penting selama proses pembalajaran berlangsung. 2. Pedoman wawancara Kegiatan wawancara terhadap guru dilakukan di awal penelitian, mengenai aktivitas siswa dalam proses belajar matematika maupun pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 3. Lembar observasi proses pembelajaran Lembar observasi proses pembelajaran yaitu lembar observasi siswa. Pedoman observasi siswa adalah lembar yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Lembar soal tes.

I. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitas Tes

Untuk mendapatkan data hasil belajar siswa adalah dengan memberikan tes kepada siswa. Tes yang digunakan adalah tes obyektif berupa essay sebanyak 10 butir soal pada siklus I dan 10 butir soal pada siklus II. Pengambilan data melalui tes ini dilakukan sesudah proses pembelajaran pada tiap akhir siklus. Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba. Metode analisis data yang digunakan meliputi:

a. Validitas

Uji validitas yaitu untuk mengetahui apakah soal itu valid atau tidak. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas butir soal atau validitas item. Suharsimi mendefinisikan rumus yang digunakan untuk mengukur validitas adalah dengan rumus Korelasi Product Moment Pearson dengan angka kasar, yaitu: 2                       2 2 2 2 xy Y Y n X X n Y X XY n r Keterangan : r xy :Koefisien korelasi antara variabel X dan Y n :Banyak siswa X :Skor butir soal Y :Skor total Anas Sudijono menyatakan bahwa uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan r xy dengan r tabel product moment pada taraf signifikansi 5, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasan yaitu dk=n-2. Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Jika r xy ≥ r tabel , maka soal tersebut dinyatakan valid. Jika r xy r tabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen tes penelitian siklus I, dari 10 soal yang diujicobakan diperoleh 9 butir soal yang valid dan 1 soal tidak valid, sehingga jumlah soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian berjumlah 9 butir soal. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen tes penelitian siklus II, dari 10 soal yang diujicobakan diperoleh 8 butir soal yang valid dan 2 soal tidak valid, 2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h. 72. sehingga jumlah soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian berjumlah 8 butir soal Perhitungan selengkapnya mengenai uji validitas instrumen tes penelitian siklus I dan siklus II dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 140.

b. Uji Reliabilitas

Konsep mengenai reliabilitas atau reliabel dapat diartikan sebagai kepercayaan bahwa suatu soal dapat dengan tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Menurut Suharsimi, adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu: 3                     2 t 2 i 11 1 1 k k r Dengan   N N X X 2 i 2 i 2 i              Keterangan: r 11 :Reliabilitas yang dicari k :Banyaknya ítem yang valid   2 i :Jumlah varians skor tiap-tiap item 2 t  :Varians total Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes penelitian siklus I, diperoleh skor reliabilitas instrumen tes sebesar 0,809. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes penelitian siklus II, diperoleh skor reliabilitas instrumen tes sebesar 0,607. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 12 halaman 142. Dengan skor reliabilitas demikian, maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang baik dan memenuhi persyaratan instrumen tes yang baik. 3 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, h. 109 JB BB JA BA DP  

c. Taraf Kesukaran Butir Soal

Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur tingkat kesukaran butir soal. Suharsimi mendefinisikan indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus : 4 JS B P i i  Keterangan : B i : Jumlah skor yang diperoleh responden pada item ke-i. JS : Jumlah skor maksimum item soal ke-i. P : Indeks kesukaran Sedangkan tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal menurut Lilik Nofijanti, dkk digunakan kriteria sebagai berikut: 5 Tabel 3 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran Butir Soal Besarnya P Interpretasi 0,00 Sangat sukar 0,01 – 0,39 Sukar 0,40 – 0,80 Sedang baik 0,81 – 0,99 Mudah 1,00 Sangat mudah

d. Daya Pembeda Butir Soal

Uji daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kemampuan siswa. Suharsimi menentukan rumus daya pembeda tiap butir-butir soal sebagai berikut: 6 4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, h. 208 5 Lilik Nofijanti, dkk., Evaluasi Pembelajaran, Learning Assistance Program For Islamic Schools. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008, h. 11-9. 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, h. 213 Keterangan : DP : Daya pembeda BA : Jumlah skor kelompok atas BB : Jumlah skor kelompok bawah JA : Skor maksimum yang dapat diperoleh oleh peserta kelompok atas JB : Skor maksimum yang dapat diperoleh oleh peserta kelompok bawah Kriteria tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal yang didefinisikan oleh Suharsimi Arikunto terdapat pada tabel berikut: Tabel 4 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Besarnya Angka Indeks Diskriminasi Item D Interpretasi 0,00 – 0,20 Jelek poor 0,20 – 0,40 Cukup satisfactory 0,40 – 0,70 Baik good 0,70 – 1,00 Baik sekali excellent

2. Analisis Data Aktivitas Siswa

Untuk menilai aktivitas siswa digunakan lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa yang terdiri dari 13 aspek dalam bentuk chek list.

J. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Penelitian ini dimulai pada siklus I, kemudian akan dilakukan penilaian yang mengacu kepada aktivitas belajar siswa dan hasil belajar matematika siswa. Perencanaan siklus II akan dilakukan jika hasil intervensi tindakan pada siklus I yang diharapkan belum tercapai. Penelitian akan diberhentikan setelah hasil intervensi tindakan yang diharapkan sudah tercapai. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti meliputi 2 siklus. Pengambilan 2 siklus dengan mempertimbangkan kesesuaian materi dengan waktu yang diperlukan. Setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan dengan melalui tahap perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan interpretasi, serta refleksi.

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Februari 2011 untuk pertemuan 1, pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis tangggal 10 Februari 2011, pembelajaran 3 dilaksanakan pada hari Rabu tangggal 16 Februari 2011, sedangkan pembelajaran 4 dilaksanakan pada hari Kamis tangggal 17 Februari 2011. a. Pelaksanaan dan Observasi Pada siklus 1 dilaksanakan skenario pembelajaran yang ada dalam rencana pembelajaran yaitu dalam bentuk RPP pertemuan 1 sampai dengan RPP pertemuan 4 siklus I yang dibuat oleh peneliti beserta LKS- nya. 1 Pertemuan pertama Rabu, 9 Februari 2011 Materi pembelajaran pada pertemuan pertama adalah penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Pada pertemuan pertama ini, peneliti mengkondisikan kelas dengan mengatur tempat duduk siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 anggota. Pada awal pembelajaran, siswa diingatkan kembali tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama dengan menggunakan alat peraga yang dibuat oleh guru untuk memudahkan siswa memahami penjumlahan pecahan. Siswa diberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari berupa soal cerita “adik meletakkan ¼ bagian dari kuenya di atas meja, kemudian ibu memberinya sepotong lagi yang besarnya ½ bagian. Berapa bagiankah kue adik sekarang?”. Dengan bimbingan guru, siswa menyelesaikan permasalahan tersebut menggunakan alat peraga untuk memudahkan siswa dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Gambar 2 Hasil kerja siswa Namun beberapa siswa masih terlihat bingung dan hanya diam saja, bahkan terdapat beberapa siswa yang bercanda. Pada pertemuan pertama ini masih banyak ditemukan siswa yang hanya diam walaupun belum mengerti, dan lebih memilih bertanya kepada temannnya karena kurang percaya diri untuk mengajukan pertanyaan kepada guru. Begitupun ketika guru mengajukan pertanyaan, sebagian besar siswa terlihat diam dan menundukkan kepala. Beberapa siswa terlihat belum fokus dalam mengikuti proses pembelajaran, beberapa siswa terlihat ramai dengan aktivitasnya sendiri, meskipun demikian, sebagian besar siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Pada kegiatan mengerjakan lembar kegiatan siswa secara berkelompok, sebagian besar siswa mengerjakan perintah sesuai yang tertera pada lembar kegiatan siswa, namun terdapat beberapa siswa yang hanya menyontek pekerjaan teman. Pada saat diskusi kelompok, nampak beberapa siswa mencoba menyanggah pendapat teman lain yang kurang sesuai dengan pendapatnya. Dokumentasi aktivitas melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kerja siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 3 Aktivitas Siswa Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan LKS Pada kegiatan pembelajaran pertemuan I siklus I ini, siswa masih terlihat malu-malu ketika guru meminta siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di papan tulis, anatara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam kelompok saling menunjuk. Selain itu, pada pertemuan ini sebagian besar siswa membuat ringkasan materi, hanya beberapa saja yang tidak membuat catatanringkasan materi. 2 Pertemuan kedua Kamis, 10 Februari 2011 Pokok pembahasan pada pertemuan kedua adalah pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Diawal pembelajaran guru dan siswa

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

2 17 79

EKSPERIMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

0 2 2

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA MTs KABUPATEN KLATEN

1 5 112

PENERAPAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SD DALAM MEMODELKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN.

0 1 32

PENERAPAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SD DALAM MEMODELKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN.

1 3 5

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Darussalam Surakarta).

0 0 6

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 0 7

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 01 Langensari).

0 0 9

PENDAHULUAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN HUMANISTIS (PTK di SD Karangtalun 02 Tanon).

0 1 9

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN HUMANISTIS (PTK di SD Karangtalun 02 Tanon).

0 1 12