Produk Buah-buahan Hasil Pertanian

II.2.2 Produk Buah-buahan Hasil Pertanian

Produk-produk pertanian khususnya buah-buahan dikenal sangat dekat dengan masyarakat Indonesia yang agraris. Produk-produk pertanian, khususnya produk segar seperti buah-buahan dan sayuran membutuhkan penanganan yang serius disebabkan produk-produk ini sangat sensitif terhadap kerusakan oleh hama dan penyakit, kesegaran saat mulai dipanen dan kerusakan mekanis akibat pengangkutan dan penyimpanan. Jenis-jenis buah berdasarkan observasi, contoh untuk jenis buah apel terdiri atas sub jenis antara lain Washington Apple, Royal Gala, Red Delicious, Korean Apple dan Apel Malang. Selanjutnya JIFSAN 2002 menyatakan bahwa ”buah yang segar berhubungan dengan warna yang cerah, bersih, tidak kisut dan kelihatan banyak mengandung air. Suhu yang tinggi dapat merusak kesegaran buah dan menguraikan vitamin C”. Menurut Van Reeuwijk 1998 dalam JIFSAN 2002, kualitas menurut definisi International Organization for Standarization ISO adalah totalitas dari segi dan karakteristik dari sebuah produk yang penekanannya pada kemampuannya untuk memuaskan keinginan atau memenuhi kebutuhan. Dengan kata lain, kualitas baik, nyata ketika produk dibandingkan dengan kebutuhan yang spesifik dari pelanggan. Hal ini merupakan terminologi yang ditentukan oleh konsumen, pembeli, penyeleksi atau pelanggan lain yang didasarkan atas subjektivitas dan pengukuran objektif dari produk makanan. Selanjutnya JIFSAN 2002 menyatakan bahwa ”atribut dari kualitas buah dibagi atas tiga hal. Pertama, eksternal ialah : penampilan sight, rasa touch dan kecacatan. Kedua, internal ialah : aroma, rasa dan tekstur, dan ketiga tak terlihat hidden ialah : kesehatan, nilai nutrisi dan keamanan”. Sarjana Barus : Analisis Sikap Dan Minat Konsumen Dalam Membeli Buah-Buahan Di Carrefour, Plaza Medan Fair Dan Supermarket Brastagi, Medan, 2008 USU Repository © 2008 Pinendo 2001 menyatakan bahwa, ’pemasaran produk segar adalah sebuah proses yang kompleks. Pertama, semua buah dan sayuran adalah komoditi yang mudah rusak yang mulai membusuk pada saat mulai dipanen. Kedua, walaupun teknologi pertanian memberikan kemungkinan bagi produsen untuk lebih banyak kontrol kondisi pertumbuhan, ketersediaan volume produksi dan kualitas masih dipengaruhi oleh kekuatan yang tidak dapat dikontrol dari cuaca. Ketiga, walaupun teknologi pasca panen telah meningkatkan dan memperpanjang daur hidup buah- buahan dan sayuran, kondisi penanganan seperti metode yang digunakan saat panen, kemasan, angkutan dan penyimpanan masih dapat merusaknya”. Selanjutnya menurut Soekartawi 2002 menyatakan bahwa ”beberapa ciri produk pertanian”, yaitu : a. Produk pertanian adalah musiman. Artinya, tiap macam produk pertanian tidak mungkin tersedia setiap saat. b. Produk pertanian bersifat segar dan mudah rusak. Artinya, tiap macam produk pertanian sebenarnya diperoleh dalam keadaan segar masih basah c. Produk pertanian itu bersifat ”bulky”. Artinya volume besar tetapi nilai relatif kecil. d. Produk pertanian lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sehingga tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit itu juga besar. e. Produk pertanian tidak selalu mudah didistribusikan ke lain tempat. Ini artinya dimaksudkan agar bila produk tersebut terserang hama dan penyakit, maka diharapkan tidak terjadi penularan. Sarjana Barus : Analisis Sikap Dan Minat Konsumen Dalam Membeli Buah-Buahan Di Carrefour, Plaza Medan Fair Dan Supermarket Brastagi, Medan, 2008 USU Repository © 2008 f. Produk pertanian bersifat lokal atau kondisional. Ini artinya, tidak semua produk pertanian dapat dihasilkan dari satu lokasi, melainkan berasal dari berbagai tempat. g. Produk pertanian mempunyai kegunaan yang beragam. h. Produk pertanian kadang memerlukan keterampilan khusus yang ahlinya sulit disediakan. i. Produk pertanian dapat dipakai sebagai bahan baku produk lain disamping juga dapat dikonsumsi langsung. j. Produk pertanian tertentu dapat berfungsi sebagai ”produk sosial”. Adapun manfaat dari mengkonsumsi buah-buahan, World Health Organization WHO menyatakan bahwa kurangnya asupan buah-buahan dan sayuran adalah salah satu dari sepuluh faktor resiko utama kematian secara global. Secara spesifik, WHO mengestimasikan bahwa rendahnya konsumsi akan buah-buahan dan sayuran berakibat kepada 31 penyakit jantung, 11 stroke dan 19 kanker usus. Pada tahun 2002, WHO dan konsultan ahli pertanian merekomendasikan, sehari minimum 400 gram buah dan sayur, termasuk kentang dan ubi ; mengindikasikan bukti yang meyakinkan bahwa jumlah asupan buah dan sayuran ini akan mengurangi obesitas dan diabetes Sanford et. al., 2008. Shim, S., Gehrt and Lotz 2001 menyatakan bahwa ”buah-buahan segar pada masyarakat Asia khususnya Jepang memainkan peranan yang penting, selain sebagai makanan diet, terkait pada praktek sosial dan budaya pemberian yang mewah dan sangat banyak dikonsumsi sebagai penganan pagi morning snack dan pencuci mulut dessert setelah makan. Ritel yang memiliki manajemen modern diharapkan dapat menjebatani konsumen dan produsen dengan penanganan yang lebih baik disamping Sarjana Barus : Analisis Sikap Dan Minat Konsumen Dalam Membeli Buah-Buahan Di Carrefour, Plaza Medan Fair Dan Supermarket Brastagi, Medan, 2008 USU Repository © 2008 mengharapkan nilai tambah seperti keuntungan dan penjualan produk-produk lain yang berdekatan”. Selanjutnya menurut Shetty, S. dkk, 2007 menyatakan bahwa ”para pengamat yang terinformasi yakin bahwa dalam satu dekade saja perdagangan ritel modern akan menguasai sebagian besar pasar pangan di Indonesia. Ciri-ciri utama perubahan ini adalah sebagai berikut ”: a Seperti di negara-negara lain, pasar swlayan di Indonesia belum menembus perdagangan sayuran dan buah segar secepat makanan olahan dan semi olahan sehingga estimasi industri mengenai pangsa perdagangan ritel sayur dan buah segar hanya berkisar antara 10-15 persen untuk pasar swalayan. Memang angka ini masih minim, tetapi sepuluh tahun yang lalu, angka ini hampir nol. Angka ini kemungkinan bertambah dengan terjadinya transformasi perdagangan ritel secara menyeluruh. Penjualan hasil bumi mulai dilakukan lima tahun yang lalu oleh para pedagang eceran modern. b Sektor grosir mengalami segmentasi selama dekade yang lalu, sebagian karena transformasi perdagangan ritel, dengan meningkatnya jumlah pedagang grosir besar dan bermodal banyak di daerah pedesaan, dan menurunnya jumlah pedagang kecil di lapangan. c Baru-baru, ini telah muncul pedagang grosir khusus yang berfokus pada segmen pasar swalayan dan industri pangan modern lain. Sarjana Barus : Analisis Sikap Dan Minat Konsumen Dalam Membeli Buah-Buahan Di Carrefour, Plaza Medan Fair Dan Supermarket Brastagi, Medan, 2008 USU Repository © 2008 II.3 Teori Tentang Nilai Pelanggan II.3.1 Pengertian Nilai Pelanggan