Kawasan maupun Objek yang Paling diingat oleh Pedestrian baik Didalam Elemen Perlengkapan yang terdapat pada zona Koridor Trotoar

6.2. Kawasan maupun Objek yang Paling diingat oleh Pedestrian baik Didalam

maupun Diluar Kawasan Kajian a. Adapun kawasan atau objek yang paling diingat oleh pedestrian didalam kawasan kajian adalah Istana Maimoon Itu sendiri, sesuai dengan hasil kuesioner dan hasil wawancara dilapangan terhadap pengunjung maupun wisatawan. Direkomendasikan agar Lokasi Istana Maimoon dapat terus dipertahankan dan ditata lebih baik lagi terutama Jalur pedestrian dan aktivitas pendukung pedestrian yang ada. b. Sedangkan kawasan atau objek yang paling diingat oleh pedestrian diluar kawasan kajian ini adalah Mesjid Raya Medan yang terletak di Jalan Mesjid Raya Medan. Hal ini adalah salah satu acuan didalam memberikan rekomendasi pada daerah Mesjid Raya ini. Direkomendasikan dalam hal ini adalah, agar terutama jalur pedestrian Jalan Mesjid Raya ini dapat ditingkatkan Kwalitasnya, termasuk penataan parkir kenderaan bermotor dan pedagang kaki lima.

6.3. Elemen Perlengkapan yang terdapat pada zona Koridor Trotoar

Rekomendasi untuk Elemen Koridor Trotoar adalah: 6.3.1. Semak-semak: a. Lebar maksimum 75 cm dan panjang 2.4 meter Franz D.Lumbantoruan : Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota Medan Studi Kasus: Jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan, 2008 USU Repository © 2008 b. Ditempatkan di zona perabotan jalan yang memiliki lebar lebih 90 cm, atau di zona depan bangunan frontage zone yang memiliki lebar lebih dari 90 cm. c. Tanaman secara umum didepan zona laluan pedestrian through pedestrian zone 6.3.2. Fire hydrant: a. Diameter 30 cm b. Ditempatkan di furnishing zone yang memiliki lebar 120 cm atau lebih c. Bila tidak memiliki tempat khusus,biasa di tempatkan pada perluasan curd zone 6.3.3. Pepohonan: a. Berukuran 1.2 m x1.2 m 0.9 m x 1.5 m b. Ditempatkan di kawasan-kawasan pusat bisnis CBD dan pusat-pusat perbelanjaan. 6.3.4. Tanaman: i. Memiliki ukuran yang bervariasi ii. Ditempatkan di zona perabotan jalan dengan lebar 0.9 meter atau lebih iii. Pot-pot Tanaman yang dapat pindah-pindah boleh ditempatkan di zona depan trotoar. Harus tetap mempertahankan lebar minimal zona laluan Pedestrian. 6.3.5. Kotak pos: Franz D.Lumbantoruan : Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota Medan Studi Kasus: Jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan, 2008 USU Repository © 2008 a. Dengan ukuran 50 50 cm b. Ditempatkan pada zona perabotan jalan yang memiliki lebar 90 cm atau lebih c. Bagian paling bawah tanda secara vertikal harus beradaa 2.1 meter di atas permukaa Trotoar 6.3.6. Tanda - Tanda Lalu Lintas: a. Dengan diameter yang bervariasi antara 65 cm sampai 75 cm b. Ditempatkan di zona perabotan jalan dengan jarak 30 cm dari permukaansisi zona pembatas Trotoar denga lebar minimal zona adalah 90 cm atau lebih. c. Batas vertikal adalah minimal 2.1 meter diatas permukaan Trotoar 6.3.7. Pepohonan: a. Lebar tapak minimum adalah 1.2 meter b. Ditempatkan di zona perabotan jalan dengan lebar minimum Trotoar 2.75 meter, dan pengurangan zona laluan pedestrian minimal sampai 1.65 meter. 6.3.8. Telepon: a. Luas Tapak sangat bervariasi namun ukuran maksimum yang di perolehkan adalah 90 x 90 cm. b. Ketinggian elemen sangat beragam Franz D.Lumbantoruan : Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota Medan Studi Kasus: Jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan, 2008 USU Repository © 2008 c. Ditempatkan di zona perabotan jalan hanya bila kawasan batasborder mencapai 3.65 meter dari pembatas Trotoar ke jalur lalu lintas atau lebih, ditempatkan dengan jarak minimal 60 cm dari zona pembatas trotoar, dan zona laluan pedestrian yang harus di pertahankan minimal 1.8 meter. d. Perletaan Telepon tidak boleh lebih dari 1 Telepon untuk setiap 30 meter pada sebuah persimpangan, atau 60 meter dari Telepon yang lain. e. Bila perletaan Telepon mengganggu jalur bebas Pedestrian, Telepon tidak perlu dibuat. 6.3.9. Tanda Transit: a. Lebar tapak dengan diameter 6.5 cm, dan lebar tanda 30 cm. b. Ketinggian yang mencapai 2.1 meter dari bagian bawah tanda c. Kriteria penempatan, cukup ditempatkan di tiang-tiang tanda maupun lampu yang sudah ada d. Untuk penempatan yang baru. Titik tengah berjarak 4.5 cm dari permukaan zona pembatas Pedestrian. e. Jarak sisi terhadap jalan minimal 30 cm dari sisi zona pembatas. f. Sisi bawah tanda memiliki ketinggian minimal 2.1 meter dari permukaan Trotoar. 6.3.10. Tempat Sampah: Franz D.Lumbantoruan : Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota Medan Studi Kasus: Jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan, 2008 USU Repository © 2008 a. Lebar Tapak berdiameter 81 cm b. Kriteria penempatan di zona perabotan jalan dengan lebar minimal 90 cm atau lebih c. Bila tidak dapat dicapai kriteria penempatan tersebut, maka dibuat tempat sampah dengan ukuran tapak yang lebih kecil untuk mempertahankan lebar zona laluan jalur trotoar. 6.3.11. Tiang-Tiang Utilitas a. Dengan diameter tampak berkisar antara 40 cm - 45 cm b. Kriterian penempatan 60 cm jarak titik tengah tiang dari permukaan zona pembatas minimal 45 cm, dengan lebar jalur bebas Pedestrian minimal 1.8 meter untuk kawasan Pedestrian di Perkotaan, dan 1,5 meter untuk jalur pejalan kaki di kawasan layanan lokal. c. Jika kriteria penempatan tidak bisa di penuhi, maka penempatanya lebih dekat lagi dengan curb, atau kurangi lebar through pedestria zone hingga 1.25 meter bila lebar koridor trotoar 1.8 meter atau kurang. 6.3.12. Tiang-Tiang Lampu Hias lampu hias Kembar: a. Dengan luas tapak 60 x 60 cm b. Kriteria penempatan: jarak titik tengah tiang dari curb adalah 75 cm, atau tepat ditengah zona perabotan jalan, dan di tempatkan di sepanjang koridor Trotoar. Franz D.Lumbantoruan : Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota Medan Studi Kasus: Jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan, 2008 USU Repository © 2008 c. Bila kriteria penempatan tidak tercapai, maka untuk beberapa kasus, tiang-tiang lampu hias bisa ditempatkan di kawasan zona pembatas Pedestrian yang diperlebar. 6.3.13. Tiang-tiang Tanda: a. Dengan luas tapak maksimum 53cm x 53 cm b. Ketinggian profil bervariasi c. Kriteria penempatan: titik tengah tanda berjarak 75 cm dari permukaan zona pembatas trotoar, atau di tengah-tengah zona perabotan jalan lebar lebih dari 1.5 meter. 6.3.14. Tiang-Tiang Lampu Jalan: a. Diameter Tapak 30 cm b. Kriteria penempatan adalah tiang-tiang ditempatkan di furnishing zone yang memiliki lebar 90 cm atau lebih, dengan jalur bebas Pedestrian minimal 1.8 meter bagi jalur Pedestrian di kawasan Perkotaan atau 1.5 meter bagi jalur Pedestrian lokal. c. Bila kriteria penempatan tidak tercapai, maka tiang-tiang bisa ditempatkan dekat dengan zona pembatas, atau untuk beberapa kasus bisa ditempatkan dikawasan zona pembatas yang sudah diperlebar, atau mengurangi zona laluan pedestrian hingga 1.35 meter untuk lebar total koridor Trotoar 1.8 meter atau kurang. 6.3.15. Shelter Transit: a. Dengan Luas Tapak 1.35 m x 2.6 m atau lebih. Franz D.Lumbantoruan : Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota Medan Studi Kasus: Jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan, 2008 USU Repository © 2008 b. Ketinggian profil 2.5 meter c. Kriteria penempatan di zona perabotan jalan dan lebar bersih jalur Pedestrian harus dipertahankan Bila kriteria penempatan tidak tersedia, maka bisa dilakukan pengurangan jalur bebas pedestrian hingga 1.05 meter, dengan pertimbangan khusus. Seiring perkembangan pembangunan di daerah pusat Kota Medan terutama pembangunan pusat –pusat perbelanjaan, perhotelan dan aparteman, termasuk pusat hiburan dan rekreasi, angkutan umum yang sebelumnya pukul 18.30 Wib. sudah berhenti beroperasi telah menambah waktu beroperasi sampai pukul 22.00 Wib., bahkan pada jalur jalan Arteri Primer Jalan Sisingamangaraja Angkutan Umum beroperasi hampir selama 24 jam dengan route Helvetia menuju Terminal Amplas. Sedangkan pada daerah jalan Brigjen Katamso Medan sebagai jalan Arteri sekunder angkutan umum baru berhenti pukul 20.00 Wib., yaitu route Terminal Pajak sambu Medan Kampung Baru Sampai ke Deli Tua Deli Serdang yang merupakan perbatasan Kota Medan bagian Selatan. Hal ini membuktikan bahwa adanya Generator aktivitas yang ada di kawasan Pusat Kota akan semakin mendorong aktivitas lain untuk hidup, yaitu, angkutan umum maupun pengaunjung dan pejalan kaki. Franz D.Lumbantoruan : Pedestrianisasi Kawasan Pusat Kota Medan Studi Kasus: Jalan Brigjen Katamso Depan Istana Maimoon Medan, 2008 USU Repository © 2008 Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan menyangkut angkutan umum dan transit pada kawasan ini adalah sebagai berikut: a. Jam operasi angkutan umum ditambah agar tetap beroperasi untuk kawasan pusat Kota, sehingga para pejalan Kaki maupun pengunjung merasa aman dan tidak khawatir. b. Diharapkan Kawasan Trannsit pada Jalan Brigjen Katamso perlu dibuat disekitar Trotoar Depan Istana Maimoon Medan, atau depan perpustakaan Sumatera Utara. Kawasan transit ini sangat strtegis untuk menghidupkan suasana kawasan kajian, selain itu perlu ditingkatkan keamanan dan pencahayan pada kawasan ini.

6.4. Pendukung Aktivitas Activity Support Kawasan Kajian dan Luar