Qur’an Hadits, dan lain-lain dan suatu usaha praktek pembiasaan siswa membaca al- Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun kegiatan ekstra-kurikuler tadarus al- Qur’an di MA. Miftahul Umam dilaksanakan dari hari selasa sampai dengan hari kamis dari pukul
06.30-07.00 di kelas masing-masing, yaitu kelas X-XII. Materi yang diberikan dalam tadarus al- Qur’an yaitu ilmu tajwid, hafalan juz ’amma dan hafalan
ayat-ayat pilihan, seperti surat al- Mulk, al- Waqi’ah, dan lain-lain. Kegiatan ekstra-kurikuler tadarus al- Qur’an diawali dengan membaca al- Qur’an secara
bersama-sama, kemudian beberapa siswa membaca al- Qur’an satu persatu, dan terakhir pemberian materi tadarus al- Qur’an.
B. Sistem Pengajaran Al- Qur’an Hadits
1. Pengertian al- Qur’an Hadits
Kata al- Qur’an menurut kamus al- Munjid adalah
ا او
yang berarti menghimpun dan mengumpulkan.
9
Al- Qur’an secara etimologi diambil dari kata:
ﺎ أﺮ و ةءاﺮ أﺮ أﺮ
yang berarti sesuatu yang dibaca
ءوﺮ ا
.
10
Secara bahasa adalah bacaan, sedangkan menurut istilah adalah
kalam perkataan Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
11
Al- Qur’an menurut para ahli mempunyai pengertian yang berbeda- beda. Sebagian berpendapat, bahwa kata al- Qur’an itu pada mulanya tidak
berhamzah sebagai suatu kata jadian karena dijadikan sebagai suatu nama bagi kalam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
12
Ada juga yang berpendapat bahwa al- Qur’an menggunakan hamzah, yaitu musytaq dari kata
أﺮ
yang artinya membaca. Allah SWT berfirman:
9
Darul Masyriq, al- Munjid Fi al- Lughoti Wa al- ‘Ilmi, h. 617
10
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, Jakarta: Amzah, 2008, cet. Ke- 1, h. 1.
11
Ade Armando,dkk., Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2001, cet., ke-3, h. 27.
12
Manna Kholil Qattan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Litera Antarnusa, 1992, cet., ke-1, h. 18.
Artinya : “Sesungguhnya mengumpulkannya di dalam dadamu dan menetapkan bacaannya pada lidahmu adalah tanggung
jawab Kami. Maka apabila Kami membacakannya, hendaklah engkau ikuti Qur’annya”.
al- Qiyamah : 17 –18.
13
Diantara ulama yang mengatakan bahwa kata al- Qur’an tanpa dibubuhi huruf hamzah. Al- Syafi’i mengatakan, bahwa al- Qur’an itu bukan
musytaq pecahan dari akar kata apapun dan bukan pula berhamzah
اﺮ
. Jadi lafal tersebut bukan berasal dari kata qara’a membaca, sebab kalau akar
katanya qara’a, tentu setiap sesuatu yang dibaca dinamai al- Qur’an.
14
Sejalan dengan pendapat Al-Syafi’i, al-Farra pun berpendapat bahwa al-Qur’an itu
pecahan dari kata qarâin jama’ dari qarinah yang berarti kaitan, karena didalam al-Qur’an satu sama lain ayatnya saling berkaitan.
15
Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan, lafal Qur’an adalah musytaq
dari kata qarn. Contohnya qarnusy-syai bisy-syai menggabungkan sesuatu dengan sesuatu. Maksudnya yaitu karena surat-surat dan ayat-ayat
Qur’an saling menggabungkan dan berkaitan.
16
Adapun ulama yang berpendapat bahwa al- Quran ditulis dengan huruf hamzah diantaranya adalah al-Zajjaj dan al- Lihyani. Al-Zajjaj berpendapat,
bahwa lafal
نأﺮ ا
ditulis dengan tambahan huruf hamzah ditengahnya berdsarkan pola kata
نزو
fu’lân
ن
. Lafal tersebut musytaq dari akar
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : Departemen Agama, 1999, h. 19.
14
Abuddin Nata, al- Qur’an dan Hadits, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet. Ke- 4, h. 51-53.
15
Abuddin Nata, al- Qur’an dan Hadits, h. 51-53.
16
Abuddin Nata, al- Qur’an dan Hadits, h. 51-53.
Sebagaimana al-Zajjaj, al-Lihyani berpendapat bahwa al- Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata ghufrân dan
merupakan pecahan musytaq dari akar kata qara’a yang bermakna tala
ﻰ
: membaca. Lafal al- Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni objek dalam bentuk mashdar sumber. Hasbi Ash-Shiddiqy
mengatakan, al- Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang di baca. Al- Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ûl, yaitu maqrû’
yang dibaca.
17
Dapat disimpulkan bahwa al- Qur’an dapat diartikan sebagai membaca atau yang dibaca, sesuai dengan surat al-A’raf: 204, dapat pula diartikan
sebagai pengumpul atau penghimpun, sesuai dengan surat al-Qiyamah: 17-18, atau dapat pula bermakna gabungan atau kaitan.
Adapun pengertian al- Qur’an menurut istilah:
آ م
ﷲا ا
ﱠﺰ ل
ﻰ ﱠﺪ
ا ﱠﺪ
و
Artinya: “kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad
SAW yang pembacanya merupakan suatu ibadah”.
18
Menurut DR. Sya’ban Muhammad Ismail, al- Qur’an adalah kalam Allah Ta’ala yang mempunyai kekuatan mukjizat, yang diturunkan kepada
penutup para nabi dan rasul. Melalui perantara Jibril AS, yang tertulis pada mushaf, yang sampai kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan
ibadah, yang diawali dengan surat al- Fatihah dan diakhiri dengan surat an- Naas.
19
Dari definisi di atas, jelas sudah bahwa al- Qur’an adalah kitab suci yang dapat memberikan petunjuk bagi manusia dan tidak ada keraguan di
dalamnya serta menjadikan ibadah bagi yang membacanya.
17
Abuddin Nata, al- Qur’an dan Hadits, h. 51-53.
18
Manna Kholil Qattan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur’an, h. 18.
19
Sya’ban Muhammad Ismail, Mengenal Qira’at al-Qur’an, Semarang : CV. Toha Putera, 1993, cet. Ke- 1, h. 15
Sedangkan Hadits menurut bahasa adalah baru, dan menurut istilah adalah:
أﺎ ﱠ
ﱢ ﺻ
ﱠ ﷲا ﻰ
و ﺳ
ﱠ ﻮ
ً ا
و ً
ا و
ﺮ ًﺮ
ا او
ﻮ ه
ﺎ
Artinya: “apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik perkataan, perbuatan, ketetapan dan yang sebagainya”.
20
Adapun yang dimaksud pelajaran al- Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran dari unsur pendidikan yang ada di Madrasah Aliyah, yang
digunakan untuk mengarahkan pada kemampuan membaca, memahami dan mengahayati al-Qur’an dan Hadits.
21
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dikatakan bahwa mata pelajaran al- Qur’an Hadits merupakan unsur mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI pada madrasah yang memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami al- Qur’an Hadits sebagai sumber
ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupannya sehari-hari.
22
2. Kedudukan al- Qur’an Hadits