Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk memberikan kabar gembira dan peringatan. Agama Islam mempunyai sendi utama esensial yang berfungsi memberikan petunjuk ke jalan sebaik- baiknya untuk mencapai suatu kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak, yaitu yang bernama al- Qur’an. Sesuai dengan firman Allah : ⌧ ... Artinya : “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya…”. Al- Isra17 : 9 1 Al- Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan cara mutawatir. Agama yang berkitabkan al- Qur’an Islam, banyak dianut di Negara Indonesia, oleh karena itu rakyat muslim Indonesia seharusnya mampu membaca dan mempelajari al- Qur’an dengan baik dan benar. 1 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: 1971, h. 528. Pada kenyataannya, masih banyak umat Islam terutama remajanya kurang tertarik untuk membaca dan mempelajari isi kandungan ayat al- Qur’an, sehingga remaja sekarang kian hari kian memprihatinkan. Kondisi tersebut terjadi karena kitab suci al- Qur’an ditulis dengan aksara dan bahasa arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantrenmadrasah, karena pengetahuan itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagian besar buta aksara kitab sucinya. Kebutaaksaraan ini membuat jarak makin lama makin jauh antara mereka dan kitab sucinya. Di samping itu orientasi cara berfikir juga dapat menyebabkan hal tersebut, karena modernisasi banyak mempengaruhi arah pemikiran orang. Kemajuan teknologi dengan segala hasil yang disumbangkan bagi kemudahan hidup manusia, ikut mengalihkan perhatian orang untuk hidup lebih erat dengan alam kebendaan. Hal ini mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu ke arah pemikiran pengetahuan praktis dan dapat menunjang prestise kehidupan duniawi. Maka tidak heran kalau pengetahuan tentang al- Qur’an dan cara membacanya kalah bersaing dengan kepentingan hidup yang lain, hingga hampir diabaikan. Padahal bidang tersebut merupakan disiplin ilmu khusus dimana untuk menguasainya diperlukan cara dan metode tersendiri disamping ketentuan dan waktu yang cukup lama, sedangkan belajar al- Qur’an wajib hukumnya. Di samping itu, usaha memperbesar perhatian dan minat anak pada pelajaran al- Qur’an bukan hanya di dukung oleh guru, tapi harus di dukung pula oleh usaha orang tua. Karena orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak mereka. Dan kemampuan anak di dalam membaca al- Qur’an yang baik dan benar, tergantung pada motivasi, usaha dan perhatian orang tua di rumah. Semakin tinggi perhatian dan motivasi yang diberikan kepada orang tua dalam belajar al- Qur’an, maka anak semakin benar dan lancar dalam membacanya. Dapat disimpulkan bahwa al- Qur’an adalah pedoman hidup umat Islam yang sangat tinggi kedudukannya, dan sangat penting di dalam kehidupan umat Islam untuk menuju jalan kehidupan yang paling nikmat yaitu surga. Oleh karena itu maka sangat beruntung bagi orang yang telah mengenal dan membaca al- Qur’an, terlebih bagi orang yang tahu makna al- Qur’an dalam kehidupannya. Melihat betapa pentingnya mempelajari al- Qur’an, maka sepantasnya bila al- Quran dimasukkan ke dalam salah satu mata pelajaran pokok di setiap lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dan untuk lebih memahami makna serta kandungan isi al- Qur’an yang kadang masih bersifat global, diperlukan pula penjelasan yang lebih terperinci lagi melalui hadits Rasulullah SAW, yang akhirnya dua pokok pembahasan ini di gabungkan menjadi satu mata pelajaran al- Qur’an Hadits. Sudah menjadi suatu keharusan bagi siswa yang bersekolah di lembaga pendidikan Islam untuk dapat membaca dan memahami al- Quran dan Hadits secara benar, namun hal tersebut seluruhnya tidak dapat di penuhi karena beberapa kendala, antara lain: 1 Latar belakang pendidikan siswa yang tidak semuanya dari Madrasah Tsanawiyah atau belum pernah mempelajari aksarabahasa Arab. 2 Alokasi waktu pelajaran Agama Islam atau al- Qur’an Hadits yang tidak memadai. 3 Guru yang kurang kompeten. 4 Sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai. Kemampuan membaca bahasa Arab merupakan dasar pokok dalam memahami pelajaran al- Qur’an Hadits, karena materi al- Qur’an Hadits di tulis dengan aksara Arab. Mengingat pentingnya penguasaan baca aksara Arab sebagai modal memahami pelajaran al- Qur’an Hadits di satu pihak dan banyak kendala, seperti telah disebutkan di atas, pada pihak lain, maka MA Miftahul Umam membuat strategi belajar mengajar al- Quran Hadits dalam bentuk kegiatan ekstra- kurikuler, yakni dengan menyelenggarakan kegiatan tadarus al- Qur’an setiap hari selasa sampai dengan kamis, sedangkan hari jum’at diisi dengan pembacaan Yasin, tahlil dan do’a, dan hari sabtunya diisi dengan kegiatan muhadharah. Meskipun tadarus al- Qur’an termasuk pada kegiatan ekstra-kurikuler, akan tetapi semua siswa mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII diwajibkan untuk mengikutinya dengan didampingi oleh guru pembimbingnya. Dengan menaruh harapan besar, bahwa dengan kegiatan tadarus al- Qur’an ini selain dapat melatih kebiasaan dan kelancaran siswa dalam membaca dan mengamalkan al- Qur’an, sehingga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut menjadi judul skripsi: “PERANAN TADARUS AL- QUR’AN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII PADA MATA PELAJARAN AL- QUR’AN HADITS DI MADRASAH ALIYAH MIFTAHUL UMAM PONDOK LABU JAKARTA SELATAN”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah