Analisis dan Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN

67 Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas Colinearuty Statistic Model constan Tolerance VIF kesimpulan Kepemilikan manajerial 0,249 4,023 Tidak terjadi multikolonieritas Proporsi dewan komisaris independen 0,330 3,028 Tidak terjadi multikolonieritas Jumla komite audit 0,306 3,272 Tidak terjadi multikolonieritas Keahlian komite audit 0,960 1,042 Tidak terjadi multikolonieritas Sumber: Data diolah b. Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.1 merupakan hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot untuk data mengenai manajemen laba. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini tidak mengalami problem heteroskedastisitas. Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data diolah c. Uji Normalitas Data Hasil pengujian data dengan menggunakan Normal P-Plot dapat dilihat pada gambar 4.2. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa titik- titik data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 68 Gambar 4.2 Grafik Normality ProbabilityPlot Sumber: Data diolah Dengan gambar 4.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi norman atau sudah memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih meyakinkan data terdistribusi dengan normal, dapat dilihat pada grafik histogram berikut ini: 69 70 Dengan gambar 4.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi norman atau sudah memenuhi asumsi normalitas. 2. Pengujian Hipotesis a. Koefisien Determinasi Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel independen, yaitu: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, dan keahlian komite audit dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu manajemen laba. Hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan dalam tabel 4.6. Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the estimate 1 .844 a .713 .670 .40785 a. Predictor: Constant, keahka, propdki, jumka, kepman b. Dependent Variable: manlab Sumber: Data diolah Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0,670, hal ini berarti 67 variabel manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, dan keahlian komite audit. Sedangkan sisanya 100 - 67 = 33 dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisa regresi ini. 71 Variabel-variabel lain yang mempengaruhi variabel manajemen laba menurut Boediono 2005 adalah kepemilikan institusional yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Selain itu penelitian Midastuty dan Machfoedz 2003 juga mengungkapkan variabel lain yang mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba yaitu ukuran dewan komisaris. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa bahwa ukuran dewan komisaris mampu mengurangi indikasi manajemen laba. Dari penelitian Veronica dan utama 2005 variabel lain yang mempengaruhi manajemen laba adalah ukuran perusahaan. Makin besar ukuran perusahaan, makin kecil tindakan manajemen labanya. b.Uji F Secara keseluruhan, hasil analisis regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.7. Hasil uji F diperoleh nilai sebesar 16.742 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena tingkat signifikansi dibawah angka 0,05 maka kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, dan keahlian komite audit secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba 72 perusahaan. Hal ini berarti variabel tersebut dapat dijadikan sebagai pengukur manajemen laba. Tabel 4.7 Hasil Uji F Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression Residual Total 11.139 4.491 15.631 4 27 31 2.785 0.166 16.742 0.000 a Sumber: Data diolah a. Predictors: constant, keahka, propdki, jumka, kepman b. Dependent Variable: DC Hal ini sejalan dengan penelitian Nasution dan Setiawan 2007 bahwa hasil regresi terhadap variabel manajemen laba dengan variabel lain yaitu komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara bersama-sama. Begitu pula dalam teori OECD dalam Sutojo dan Aldridge 2005 menurut OECD corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance mengatur pemberian tugas, hak, dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan semua anggota stakeholders non-pemegang saham. 73 c. Uji t Tabel 4.8 merupakan hasil pengujian antara variabel dependen dengan variabel independen yang dilakukan dengan uji t, hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji t Model Unstandardized Coefficient Standardized Coefficient t Sig. B Std. Error Beta Beta 1 Constant -5.183 0.961 -5.394 0.000 Kepman -0.035 0.020 -0.367 -1.772 0.088 Propdki 0.037 0.009 0.769 4.283 0.000 Jumka 0.796 0.340 0.437 2.344 0.027 Keahka -0.295 0.340 -0.102 -0.972 0.340 Sumber: Data dioalah a. Dependent Variabel Manajemen Laba Signifikan pada α 5 Signifikan pada α 10 Hasil pengujian variabel kepemilikan manajerial mempunyai angka signifikan 0,088 lebih kecil dari 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba dengan nilai signifikansi dibawah 0,1, dengan demikian H 1 diterima. Nilai beta yang dihasilkan negatif sebesar -0,035. Arah negatif pada koefisien variabel kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa setiap peningkatan kepemilikan manajerial akan menurunkan manajemen laba dalam perusahaan. Artinya, semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajemen maka akan semakin rendah praktik manajemen laba dalam perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa di 74 Indonesia, khususnya perusahaan yang terdaftar di BEI sektor industri dan kimia, kepemilikan manajerial merupakan variabel determinan yang penting untuk mengurangi manajemen laba. Hasil ini mendukung hasil penelitian Midiastuty dan Machfoedz 2003, Fidyanti 2004 dalam Iqbal 2007 yang menyatakan aplikasi yang dapat dipraktekan adalah memperbesar kepemilikan manajerial dengan harapan bahwa pemilik saham manajerial akan ikut andil dalam pengawasan terjadinya manajemen laba, atau bahkan karena sebenarnya mereka yang melakukan manajemen laba maka mereka akan merasa rugi jika manajemen laba terjadi atas perusahaan yang mereka ikut memiliki, sehingga manajemen laba tidak akan dilakukan. Dengan kata lain kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme good corporate governance . Hasil pengujian variabel proporsi dewan komisaris independen mempunyai angka signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,037. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba perusahaan, dengan demikian H 2 diterima. Artinya, peranan dewan komisaris independen sebagai bagian dari struktur corporate governance mempunyai pengaruh dalam manajemen laba. Penelitian ini bertentangan dengan Veronica dan Utama 2005 yang melakukan penelitian di Industri perbankan Indonesia, hasil penelitian ini adalah kesimpulan bahwa proporsi dewan komisaris independen 75 tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini bertentangan karena dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data dari perusahaan manufaktur sektor industri dan kima. Hal serupa juga dinyatakan oleh Boediono 2005 bahwa secara parsial pengaruh corporate governance dalam hal ini komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Tetapi walaupun tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dalam penelitian Veronica dan Bachtiar 2004 menemukan bahwa variabel persentase dewan komisaris independen tidak berkorelasi secara signifikan terhadap akrual kelolaan, walau begitu interaksi antar variabel akrual kelolaan dan dewan komisaris independen menunjukkan koefisien positif yang signifikan terhadap return perusahaan. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan makin tingginya persentase dewan komisaris independen maka akrual kelolaan makin berpengaruh terhadap return. Hasil pengujian variabel jumlah komite audit mempunyai angka signifikan sebesar 0,027 dibawah 0,05, berpengaruh positif secara signifikan, dengan demikian H 3 diterima. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,796. Hal ini berarti jumlah komite audit dalam perusahaan mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Arah dari hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Wedari 2004, yang menemukan bahwa komite audit mempunyai pengaruh secara negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Artinya, secara rata-rata aktivitas manajemen laba antara perusahaan yang memiliki komite audit 76 lebih rendah daripada perusahaan yang tidak memiliki komiti audit. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan Suhadi 2007 bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Tetapi hasil penelitian ini menunjukkan perusahaan yang memiliki komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dengan arah yang positif. Peneliti menduga bahwa arah yang positif ini disebabkan karena perilaku manajemen laba oleh perusahaan yang memiliki komite audit akan dinilai positif oleh pasar, dimana pasar merasa manajemen laba sebagai sebagai motivasi untuk meningkatkan laba. Hal ini didukung oleh peneltian Veronica dan Bachtiar 2004, yang menggunakan data pasar modal Indonesia. Mereka menemukan bahwa interaksi discreationary accrual dan komite audit mempunyai hubungan secara positif dan signifikan dengan return. Hal ini juga menunjukkan bahwa perilaku manajemen laba pada perusahaan yang mempunyai komite audit memang akan dinilai positif, karena pasar merasa perilaku manajemen laba akan meningkatkan return. Dengan kata lain, komite audit dalam dalam penelitian ini tidak menjalankan tugas dan peranannya dengan baik sebagaimana yang diharapkan peneliti. Perusahaan membentuk komite audit hanya untuk memenuhi peraturan dari BAPEPAM dan hanya dijadikan simbol yang menyatakan bahwa perusahaan telah melaksanakan good corporate governance. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit pada suatu perusahaan bukan merupakan jaminan bahwa laporan keuangan 77 perusahaan tersebut independen dari kemungkinan praktik manajemen laba. Hasil pengujian variabel keahlian komite audit mempunyai angka signifikan sebesar 0,340 lebih besar dari signifikansi 0,1, dengan demikian H 4 ditolak. Hal ini berarti keahlian komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Peneliitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Suhadi 2007 bahwa keahlian komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Fello 2003, yang menyatakan bahwa keahlian komite audit mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan, karena laporan yang bagus akan menghambat terjadinya manajemen laba. Penelitian ini juga tidak konsisten dengan Carcello 2003 menyatakan bahwa expertise komite audit dibidang keuangan dapat mengurangi terjadinya earnings management. Dari penelitian diatas menunjukkan bahwa expertise komite audit tidak mempunyai pengaruh positif terhadap earnings management. Hal ini berarti banyak perusahaan membentuk komite audit hanya sebatas formalitas saja, akibatnya banyak anggota komite audit yang diangkat tidak mempunyai pengetahuan di bidang akuntansi dan keuangan sehingga gagal mengurangi terjadinya earnings management. Hal ini juga menunjukkan bahwa keberadaan komite audit belum dianggap penting oleh dewan komisaris, asalkan perusahaan mendapatkan laba yang besar dan membagikan deviden kepada pemegang saham. Dari 78 hasil uji t diatas dapat diketahui variabel independen yang paling dominan terhadap variabel manajemen laba yaitu, variabel proporsi dewan komisaris independen. Hasil pengujian variabel proporsi dewan komisaris independen mempunyai angka signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,037. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba perusahaan. Artinya, peranan dewan komisaris independen sebagai bagian dari struktur corporate governance mempunyai pengaruh dalam manajemen laba. Penelitian ini bertentangan dengan Veronica dan Utama 2005 yang melakukan penelitian di Industri Perbankan Indonesia, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Y = -5.183 - 0.035X 1 + 0.037X 2 + 0.796X 3 – 0.295X 4 Pada persamaan regresi diatas dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar -5.183, menunjukkan jika variabel independen dianggap tidak ada maka peningkatan kinerja manajerial bernilai -5.183. Koefisien regresi untuk variabel kepemilikan manajerial sebesar -0.035, menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat kepemilikan manajerial, maka dapat menurunkan variabel manajemen laba sebesar 0.035. Koefisien regresi pada variabel proporsi dewan 79 komisaris independen sebesar 0.037, hal ini berarti jika variabel proporsi dewan komisaris independen bertambah 1 satuan maka variabel manajemen laba akan bertambah sebesar 0.037. Koefisien regresi pada variabel jumlah komite audit sebesar 0.796, hal ini berarti jika variabel jumlah komite audit bertambah 1 satuan, maka variabel manajemen laba akan bertambah sebesar 0.796. Koefisien regresi pada variabel keahlian komite audit sebesar -0.295, hal ini berarti jika variabel keahlian komite audit bertambah 1 satuan, maka dapat menurunkan variabel manajemen laba sebesar 0.295. 80

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, dan keahlian komite audit terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap empat hipotesa yang telah diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepemilikan manajerial berpengaruh secara signfikan negatif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Iqbal 2007. Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini bertentangan dengan Veronica dan Utama 2005 yang melakukan penelitian di Industri Perbankan, sedangkan penelitian ini dilakukan di perusahaan manufaktur. Jumlah komite audit berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Suhadi 2007. 2. Keahlian komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suhadi 2007, karena banyak perusahaan yang membentuk komite audit hanya sebagai bentuk formalitas saja. Akibatnya banyak anggota komite audit yang diangkat tidak 81 mempunyai pengetahuan di bidang akuntansi dan keuangan sehingga gagal mengurangi terjadinya manajemen laba. 3. Variabel independen yang paling dominan mempengaruhi manajemen laba dalam penelitian ini adalah proporsi dewan komisari dengan signifikansi sebesar 0,000. Artinya, peranan dewan komisaris independen sebagai bagian dari struktur corporate governance mempunyai pengaruh dalam manajemen laba.

B. Implikasi Ke Depan

Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah komite audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam kepemilikan manajerial, setiap terjadi peningkatan dalam kepemilikan manajerial dapat menurunkan manajemen laba. Peranan dewan komisaris independen sebagai bagian dari struktur corporate governance mempunyai pengaruh dalam manajemen laba. Jumlah komite audit mengindikasikan bahwa arah yang positif ini disebabkan karena perilaku manajemen laba oleh perusahaan yang memiliki komite audit akan dinilai positif oleh pasar, dimana pasar merasa manajemen laba sebagai sebagai motivasi untuk meningkatkan laba. Keahlian komite audit tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa pembentukan komite audit yang dilakukan perusahaan hanya berdasarkan pemenuhan kewajiban terhadap peraturan yang berlaku sehingga komite audit yang telah dibentuk dalam perusahaan tidak berfungsi secara efektif.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 81 85

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013

1 34 125

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

Analisis pengaruh islamic corporate governance terhadap corporate social responsibility (Studi kasus pada Bank Syariah di Indonesia)

0 3 26

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2013.

1 6 21

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN KEBERADAAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA - Unika Repository

0 1 16