40 cenderung menggunakan metode akutansi yang akan meningkatkan
pendapatan maupun laba. Metode yang biasa digunakan manajer terdiri dari dua kebijakan kejadian dalam pemilihan kebijakan akuntansi, yaitu
pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh temponya hutang. Kontrak hutang jangka panjang debt covebabt merupakan
perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti pembagian dividen yang
berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada di bawah tingkat yang telah ditentukan. Semakin cenderung suatu perusahaan untuk melanggar
perjanjian hutang maka manajer cenderung akan memilih prosedur akuntansi yang akan mentransfer laba periode mendatang ke periode
berjalan karena hal tersebut dapat mengurangi resiko. c. Political cost
Political cost hypothesis menyatakan bahwa pada perusahaan yang
besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan. Dalam
pandangan teori agensi agency theory, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil.
Perusahaan besar melakukannya sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Perusahaan besar menghadapi biaya biaya politis
yang lebih besar karena merupakan merupakan entitas yang banyak disorot oleh publik secara umum. Para karyawan berkepentingan
melihat kenaikan laba sebagai acuan untuk meningkatkan
41 kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah melihat kenaikan
laba perusahaan sebagai obyek pajak yang akan ditagih. Sehingga pilihan yang dihadapi oleh organisasi adalah dengan cara bagaimana
lewat proses akuntansi agar laba dapat ditampilkan lebih rendah. Manajer mempunyai alasan kenapa mereka melakukan manajemen
laba, tetapi dapat diketahui dari alasan tersebut bahwa manajer ingin membuat suatu keputusan opportunis, yaitu menguntungkan suatu
pihak khususnya manajer.
F. Keterkaitan Antar Variabel 1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba
Corporate governance terdiri dari kepemilikan manajerial, proporsi
dewan komisaris independen dan komite audit. Shleifer dan Vishny 1997 menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai
ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor manajemen laba. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan
hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang
pemilik.
Gabrielsen 2002 menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan kandungan informasi laba serta discretionary accrual. Dengan
42 menggunakan data pasar modal Denmark ditemukan adanya hubungan yang
positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dan discretionary accrual
dan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan kandungan informasi laba. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang
menemukan hasil signifikan dan tidak signifikan, maka dengan ini peneliti
menyatakan: H
1
= kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba
2. Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhdap manajemen laba
Xie, Davidson, dan Dadalt 2003 meneliti peran dewan komisaris dengan latar belakang bidang keuangan dalam mencegah manajemen laba.
Dari penelitian ini diketahui makin sering dewan komisaris bertemu maka akrual kelolaan perusahaan makin kecil. Hal ini ditunjukkan dengan
koefisien negatif yang signifikan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa persentase dewan komisaris dari luar perusahaan yang independen
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap akrual kelolaan. Penelitian terkait dengan keberadaan dewan komisaris di Indonesia juga
banyak dilakukan. Veronica dan Utama 2005, meneliti pengaruh praktik corporate governance
terhadap manajemen laba. Praktik corporate governance
yang diteliti yaitu proporsi dewan komisaris independen. Hasil dari penelitian adalah kesimpulan bahwa proporsi dewan komisaris
independen tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba yang