31 h.
Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan yang memberikan jasa pelayanan professional pada perusahaan dan
perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi. i.
Tidak menjadi pemasok dan pelanggan signifikan atau menduduki jabatan eksekutif dan Dewan Komisaris perusahaan pemasok dan
pelanggan signifikan dari perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi.
j. Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan yang
lain yang dapat diinterpretasikan akan menghalangi atau mengurangi kemampuan Komisaris Independen untuk bertindak dan berpikir
independen demi kepentingan perusahaan. k.
Memahami peraturan perundang-undangan PT, UU Pasar Modal dan UU serta peraturan-peraturan lain yang terkait.
Kriteria formal Komisaris Independen setidaknya harus mengerti mengenai bidang hukum, tidak pernah merugikan negara, tidak mempunyai
hubungan afiliasi dengan direktur atau komisaris lainnya, bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan yang lain yang dapat
menghalangi atau mengurangi kemampuan komisaris independen untuk bertindak dan berpikir demi kepentingan perusahaan, serta memahami
peraturan PT, UU, Pasar Modal.
32
D. Komite Audit 1. Definisi Komite Audit
Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor
dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia 2003,
pengertian komite audit adalah: “komite yang menerima delegasi tugas-tugas dewan komisaris karena
pelegasian wewenang tersebut akan bermanfaat dalam pelaksanaan pekerjaan dewan komisaris secara rinci dengan memusatkan perhatian
dewan komisaris kepada bidang khusus perusahaan atau pelaksanaan good corporate governance oleh manajemen.”
Menurut Arens 2008, pengertian komite audit adalah sebagai berikut:
“An audit committee is a selected number of members of a company’s board of directors whosw responsibility include helping auditors remain
independent of management. Most audit committees are made up of three to five or sometimes as many as seven directors who are not a part of company
management. The Sarbanes-Oxley Act requires that all members of the audit committee be independent, and companies must disclose whether or
not the audit committee includes at least one member who is a financial expert.”
Dalam lampiran surat keputusan dewan direksi PT. Bursa Efek Jakarta
No kep 315BEJ062000 poin 2f disebutkan bahwa:
“ Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
perusahaan tercatat yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris perusahaan tercatat untuk membantu dewan komisaris
perusahaan tercatat melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan
tercatat”. BEJ 2000
Sesuai dengan kep. 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan
33 pengelolaan perusahaan. Komite audit dianggap sebagai penghubung antara
pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian.
2. Tujuan Dan Manfaat Pembentukan Komite Audit
Tujuan utama dari pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan efektivitas, akuntabilitas, transparansi, dan obyektivitas
dewan komisaris dan dewan direksi. Lebih dari itu, komite audit banyak memberikan manfaat lain bagi perusahaan, yaitu:
a. Memperbaiki kualitas pelaporan keuangan
b. Memungkinkan dewan komisaris untuk memberikan penilaian yang
independen atas kinerja keuangan perusahaan c.
Memperkuat posisi auditor eksternal dalam memberikan rekomendasi perbaikan
d. Memperkuat independensi dan obyektivitas auditor internal
e. Meningkatkan keyakinan publik, khususnya investor, terhadap
perusahaan. Tujuan pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk
meningkatkan efektivitas, akuntabilitas, transparansi, dan obyektivitas dewan komisaris dan dewan direksi. Tujuan komite audit adalah
memungkinkan dewan komisaris untuk memberikan penilaian independen atas kinerja keuangan perusahaan, memperkuat posisi auditor eksternal,
memperkuat independensi serta obyektivitas auditor internal dalam memberikan rekomendasi perbaikan, memperbaiki kualitas pelaporan