Tingkat Risiko Landasan Teori
20 dikemukakan oleh Markowitz. Model ini diperkenalkan terutama
untuk mengatasi kelemahan Mean Variance Model yaitu terlalu banyaknya variabel yang harus ditaksir dalam portofolio dan
kesulitan menilai koefisien korelasi yang menggunakan data historis karena koefisien korelasi yang lalu mungkin sekali sangat berbeda
dengan korelasi saat ini. Persamaan dasar Single Index Model :
R
i
= α+β
i
R
m
+e
i
Dimana : α
= Bagian dari tingkat keuntungan saham I yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar unique return sekuritassaham i
R
m
= Tingkat keuntungan indeks pasar β
i
= Ukuran kepekaan return sekuritas I terhadap perubahan return pasar
R
i
= Return sekuritas i e
i
= Elemen random dari α Persamaan tersebut diatas merupakan persamaan regresi liniear
sederhana yang dihitung dengan R
i
sebagai variabel tergantung dan R
m
sebagai variabel bebas. Beberapa langkah untuk menentukan saham mana yang dapat
dimasukkan ke dalam portofolio optimal berdasarkan single index model.
21 1 Memeringkatkan saham
Dalam membuat peringkat saham di sini, maka akan sangat berkaitan langsung dengan rasio excess return to beta rasio
ERB. Excess return adalah perbedaan antara return yang diharapkan expected rate return dalam saham dengan tingkat
suku bunga tanpa risiko risk free return seperti tingkat bunga dalam deposito. Rasio ERB mengukur return tambahan diatas
risk return yang diterima per-unit risiko saham Elton Gruber, 1995:182.
Menentukan cut
off rate
C: adalah
dilakukan pemeringkatan berdasarkan rasio ERB dari nilai tertinggi ke
rendah, kemudian untuk menentukan saham-saham mana yang akan dimasukkan ke dalam portofolio, maka digunakan suatu
peringkat pembatas cut off rate=C maka cari dahulu nilai-nilai C
i
. Setelah mendapatkan nilai-nilai C
i
dari saham-saham yang ada, maka dapat dicari C. Tujuan penentuan C ini adalah
untuk memisahkan antara saham-saham yang akan masuk ke dalam portofolio optimal atau keluar dari portofolio optimal.
Cara menentukan adalah dengan membandingkan antara rasio ERB dengan C yang telah ada. Apabila nilai rasio ERB lebih
besar dari nilai C, maka saham tersebut masuk ke dalam portofolio optimal.
22 2 Menentukan proporsi portofolio optimal
Setelah melakukan pemeringkatan saham dan kemudian menentukan cut off rate maka dilanjutkan dengan menentukan
masing-masing saham yang akan membentuk portofolio optimal. Proporsi investasi untuk masing-masing saham dicari dengan
membagi masing-masing nilai Z
i
dengan total nilai Z
i
. Dengan demikian ditemukan proporsi yang merupakan alokasi dana yang
akan di investasikan pada masing-masing saham terpilih yang akan membentuk portofolio optimal dengan menggunakan single
index model.