2. Peningkatan kegiatan Majlis Taklim
3. Peningkatan kegiatan BKB, Posyandu Balita, dan Posyandu Lansia.
4. Pemberian Vitamin A, Gondok
5. Menghimpun Iuran Bulanan bagi masyarakat yang ikut Qur’ban.
4. Bundo Kanduang
Lembaga Bundo Kanduang dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai organisasi masyarakat yang mayoritas adalah kaum ibu. Dalam melaksanakan
kegiatannya bekerjasama dengan tim penggerak PKK dalam bentuk pembinaan keluarga sakinah sejahtera dan mengandung nilai-nilai budaya dan agama.
Bundo Kanduang berperan sebagai pendidik anank-anaka generasi penerus bangsa. Bundo Kanduang juga berperan sebagai penopang ekonomi keluarga.
5. LPMNLembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari
LPMN telah berperan aktif dalam menghimpun swadaya masyarakat juga mengembangkan potensi yang ada di nagari Cingkariang. Fungsi LPMN
sebagai perencana, penggerak swadaya masyarakat, pelaksana dan pengendalian pembangunan.
6. Kelompok Tani
Di Nagari Cingkariang terdapat kelompok tani yang aktif melaksanakan kegiatan di bidang pertanian dalam bentuk penyuluhan dan pembinaan kepada
kelompok tani terutama dalam rangka meningkatkan hasil pertanian seperti tanaman pangan, tanaman holtikultura, tanaman perkebunan dan kehutanan
serta penyuluhan di bidang pemanfaatan lahan perladangan termasuk juga pembinaan dan penyuluhan kepada para peternak dalam mengantisipasi gejala-
gejala penyakit ternak yang berbahaya.
7. Parik Paga Nagari
Parik paga nagari merupakan suatu kelompok perlindungan masyarakat di nagari. Dalam pelaksanaan tugas bertanggung jawab kepada walinagari. Dalam
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan fungsinya, parik paga nagari melakukan koordnasi dan konsultasi terlebih dahulu dengan walinagari serta lembaga-lembaga nagari.
40
40
Wawancara dengan Adri S.Ag Sekretaris Nagari Cingkariang, pada tanggal 31 Desember 2009 di Kantor Wali Nagari Cingkariang, Kabupaten Agam.
Universitas Sumatera Utara
BAB III Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Nagari
1. Sejarah Terbentuknya Nagari di Minangkabau
Berbicara mengenai Minangkabau bukanlah berarti menonjolkan sukuisme, tetapi membicarakan salah satu bagian dari suku bangsa di Indonesiaserta membicarakan salah
satu corak dari kebudayaan nasional yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.Propinsi Sumatera barat adalah salah satu propinsi menurut administratif Pemerintahan RI, sedangkan
Minangkabau adalah teritorial menurut kultur Minangkabau yang daerahnya Jauh lebih luas dari Sumatera Barat sebagai salah satu propinsi.
41
1. Darek daerah dataran tinggi yang dilambangkan oleh tiga gunung, yaitu
Gunung Merapi, Gungung Singgalang, dan Gunung Sago. Wilayah Minangkabau terdiri atas tiga bagian, yaitu :
2. Pasisia, yaitu daerah yang berada disepanjang pantai bagian barat tengah Pulau
Sumatera yang dimulai dari perbatasan daerah Bengkulu Sekarang Muko- Muko, sampai perbatasan Tapanuli bagian Selatan
3. Rantau, yaitu daerah tempat aliran sungai yang bermuara ke sebelah timur yang
berbatasan dengan selat malaka dan Laut Cina Selatan. Bahkan sampai ke Malaysia yang disebut Rantau Nan SembilanNegeri Sembilan.
Ketiga bagian daerah ini pada mulanya berasal dari tempat dan daerah yang satu, yang disebut “darek”, yakni dari lereng Gunung Merapi di Nagari Pariangan padang
Panjang.Karena berkembangnya penduduk dan mendesaknya kepentingan hidup berekonomi, maka keluarga demi keluarga dari Lereng Gunung Merapi, daerah asal itu,
melaksanakan transmigrasi lokal. Di daerah baru keluarga-keluarga yang pindah dari daerah asal di Lereng Gunung Merapi itu berkembang dan melakukan pembangunan,
terutama dalam meneruka sawah dan ladang serta irigasi, sekaligus membuat daerah
41
Idrus Hakimy, Pokok-pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkabau,bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997, hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
tempat tinggal yang dimulai dari taratak, dusun, koto, dan nagari, tanpa melupakan hubungan mereka dengan tanah leluhur mereka, yaitu daerah darek.
42
Sudah koto manjadi nagari Asal mula terjadinya nagari menurut perkembangannya, di dalam adat dikatakan
sebagai berikut: Taratak mulo dibuek
Sudah taratak manjadi dusun Sudah Dusun Manjadi Koto
43
1. Taratak
Dari pepatah Minangkabau di atas, dapat dilihat bahwa ada empat fase munculnya nagari, yaitu :
2. Dusun
3. Koto
4. Nagari
1.1 Fase Taratak
Pada saat nenek moyang kita dahulu mulai berpikir untuk menetap pada suatu daerah, saat itulah mulai dicari wilayah yang sesuai dan menjanjikan untuk didiami, semak
belukar dibabat, kayu ditebangi, lurah ditimbun, bukit diratakan, air dialirkan ke sawah ladang. Kemudian ditanamlah ke dalam tanah tiang-tiang pembatas tanah yang disebut
dengan batu lantak dengan syarat dan upacara tertentu. Batu-batu lantak itulah yang menandakan “hak bamilik, harato bapunyo” hak milik harta yang berpunya yang tidak
boleh diganggu gugat. Kegiatan menetapkan batas-batas pendirian pondokrumah sekarang masih
dipertahankan yang disebut maantak tanah. Dengan memanggil dan disaksikan oleh seluruh karib kerabat, pihak yang berbatasan tanah, dan yang dituakan dikampung.
Semakin hari anak kemenakan berkembang biak, daerah wilayah makin diperluas, lalu dibuatlah umpuakpembagian yang jelas terutama untuk kemenakan perempuan yang
disebut ganggam dan baumpuak.
44
42
Ibid., hal. 20-21.
43
M. Rasyid Manggis, Minangkabau, Sejarah Ringkas dan Adatnya, Padang: Sridharma, 1971, hal. 63.
Universitas Sumatera Utara
Taratak merupakan pemukiman yang paling luar dari kesatuan nagari, juga merupakan perladangan dengan berbagai huma di dalamnya. Pimpinannya disebut tuo tua
atau ketua. Taratak belum mempunyai penghulu, dan oleh karenanya rumah-rumahnya belum boleh bergonjong.
45
1.2 Fase Dusun
Sudah menjadi kebiasaan nenek moyang kita untuk berpindah-pindah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin produktif wilayah yang dihuni, semakin lama
mereka menetap. Tentu saja semakin lama anggota keluarga semakin bertambah. Sehingga semakin bertambah warga atau kaum wilayah tersebut.
Dusun merupakan permukiman yang telah lebih banyak penduduknya. Telah mempunyai tempat ibadah seperti surau. Telah dapat mendirikan rumah gadang dengan
dua gonjong, tetapi belum mempunyai penghulu. Pimpinan pemerintaha dinamakan tuo dusun. Telah boleh melakukan kenduri atau perhelatan tetapi belum boleh melakukan hak
bantai memotong ternak berkaki empat.
46
1.3 Fase Koto
Karena anak kemenakan berkembang, wilayah semakin lebar maka aturan dan norma hidup semakin diperluas skopnya,membutuhkan adanya pemimpin di wilayah
tersebut. Maka dipilihlah pangatuotuo kampung dan didirikanlah rumah gadang secara bergotong royong sebagai pelambang kebesaran pemimpin. Diharapkan dengan adanya
pemimpin dengan segala hak dan kewajiban dan atributnya akan tercipta masyarakat harmonis, elok susunnya bak siriah rancak liriknyo bak maatua bagai sirih yang bagus
susunannya setelah dijalin.
47
Koto merupakan permukiman yang telah mempunyai hak-hak dan kewajiban seperti nagari, pimpinan ditangan peghulu, tetapi balairungnya tidak mempunyai dinding.
48
44
Dapat dilihat pada http:www.cimbuak.netcontentview307
. Diakses pada tanggal 6 Januari 2010.
45
A.A Navis, Alam Terkembang Jadi Guru, Adat Dan Kebudayaan Minangkabau, Jakarta: Grafiti Press,1984, hal.94.
46
Ibid.
47
Dapat dilihat pada http:www.cimbuak.netcontentview307
. Diakses pada tanggal 6 Januari 2010.
48
A.A navis, Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Fase Nagari
Dalam fase ini ada beberapa kelompok yang memisahkan diri dari inti, coba merantau kedaerah yang relatif dekat, kemudian di daerah baru tersebut mengalami fase
yang sama dengan daerah asal. Dari taratak manjadi dusun, dari dusun manjadi koto, tetapi mereka tetap menjalin hubungan yang erat dan memakai aturan dan norma yang sama
dengan daerah asal. Agar hubungan kekerabatan tidak putus karena telah berdiri beberapa koto, maka
dengan kesepakatan beberapa tuo kampung yang memiliki kaitan norma dan kekeluargaan maka didirikanlah nagari. Dan daerah asal disebut jorong.
49
Nagari merupakan permukiman yang telah mempunyai alat kelengkapan pemerintahan yang sempurna. Didiami sekurang-kurangnya empat suku penduduk dengan
penghulu pucuk atau penghulu tua selaku pimpinan pemerintahan tertingginya.
50
Keempat fase terbentuknya nagari ini dalam adat Minangkabau disebut dengan koto nan ampek koto nan empat, yang merupakan tingkat daerah permukiman wilayah
pemerintahan nagari.Tingkat permukiman yang lebih rendah dapat berkembang hingga mencapai status permukiman yang bertingkat lebih tinggi.
51
Dengan berdasarkan seia-sekatasakato, mulailah kata mufakatmusyawarah merupakan prinsip dasar dari masyarakat yang terdiri dari beberapa koto yang sekarang
disebut nagari. Dengan hasil mufakat dan musyawarah bersama suatu nagari dipagari dengan undang-undang yang mengatur tentang daerah yang merupakan unsur nagari,
seperti suku, korong, kampung, undang-undang yang mengatur tentang hak milik, ulayat kaum, suku dan nagari.
52
Uraian tentang terjadinya suatu nagari di Minangkabau, semenjak dari taratak, dusun, koto, sampai menjadi nagari merupakan tempat-tempat mulai dikembangkan rasa
kebersamaan, kesatuan dan persatuan, rasa menjunjung tinggi prinsip sakato musyawarah- mufakat, saling menghormati dan bantu membantu. Kesemua itu merupakan unsur-unsur
49
http:www.cimbuak.netcontentview397 . Diakses pada tanggal 6 Januari 2010.
50
A.A Navis. Loc.cit.
51
Ibid.
52
Idrus Hakimi, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994, hal. 115.
Universitas Sumatera Utara
pentingdari ajaran adat Minangkabau yang pada mulanya hakikatnya terdiri dari empat macam, yaitu ;
a. Raso, yang membina rasa kemanusiaan, saling menghormati.
b. Pariso, yang membina setelah melihat kenyataan pentingnya arti sakato yang
melahirkan kekuatan yang disebut persatuan. c.
Malu, ajaran yang membina pentingnya prinsip musyawarah dan mufakat. d.
Sopan, sifat yang membina rasa keadilan dan sosial yang saling membantu, tolong menolong, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
53
Susunan organisasi masyarakat Minang di nagari, yaitu:
1. Paruik
Paruik sudah mempunyai persekutuan hukum. Kelompok paruik ini merupakan satu keluarga besar famili.
2. Jurai
Jurai berasal dari paruik yang sudah berkembang. Perkembangan paruik itu memicu timbulnya keharusan membelah diri menjadi satu kesatuan yang berdiri sendiri.
Inilah yang disebut dengan jurai. 3.
Suku Suku merupakan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya dari Jurai. Organ
masyarakat dalam suku ini merupakan kesatuan-kesatuan matrilineal baru disamping paruik asalnya yang bertali darah dilihat dari garis ibu. Namun suku tidak merupakan satu
persekutuan hukum, karena suku dapat berpencar di lain wilayah. Artinya suku tidak terikat dengan teritorial, tetapi terikat tali darah dari garis ibu. Karena itu, dimana saja suku
yang merasa satu kesatuan masyarakat yang sama merasa setali darah badunsanak. 4.
Kampung Kampung adalah kelanjutan dari paruik. Paruik berkembang menjadi jurai.
Disamping paruik dan jurai berkembang lagi kesatuan matrilineal baru yaitu suku. Mereka
53
Ibid., hal. 116.
Universitas Sumatera Utara
mendirikan rumah berdekatan. Kelompok rumah yang se-paruik, se-jurai dan se-suku inilah yang disebut kampung.
5. Nagari
Nagari kelanjutan dari paruik, jurai, suku dan kampung. Bila kampung lama sudah habis tanah mendirikan rumah, keluarga besar, sawah dan ladang menjadi sempit, maka
mereka mencari lahan baru. Lahan baru itu dibersihkan menjadi taratak. Bagian dari anggota paruik atau jurai atau sesuku dalam kampung yang lama ada yang ingin pindah ke
wilayah baru itu. Taratak berkembang menjadi dusun, dusun memiliki wilayah pusat bernama koto. Masyarakat yang se-paruik,se-jurai,se-suku mendirikan rumah berdekat-
dekatan yang kemudian membentuk kampung. Lama kelamaan kampung menjadi banyak dan terbentuklah nagari.
54
Untuk kelancaran pemerintahan nagari mulai dari taratak sampai ke nagari sudah diatur secara bertingkat sedemikian rupa. Nagari sebagai wilayah sudah memiliki alat
kelengkapan pemerintahan. Struktur pertama dari bawah rumah batungganai sebagai kepala keluarga saudara laki-laki tertua mamak tertua dalam paruik. Kedua bamamak
yakni mamak kaum sebagai penghulu andikodipilih dari tungganai. Ketiga kampung ba nan tuo yakni tuo kampung kepala jorong dipilih dari penghulu andiko, keempat kepala
bertali darah suku dipimpin penghulu suku nan 4 di nagari. Nagari Minang dominan faktor genealogis pertalian darah. Suasana suku lebih
terasa di nagari minang daripada teritorial. Namun walaupun demikian, minang tidak mengabaikan wilayah. Nagari memiliki batas-batas wilayah nagari yang kuat ditetapkan
dengan sumpah setia nenek moyang ketika nagari baru dibuat. Dalam nagari tidak setapak pun tanah tak bermilik. Mulai dari ulayat nagarirajo, ulayat sukupenghulukaum, sampai
milik wakaf dan milik privat yakni ulayat pribadi.
55
2. Sistem Pemerintahan Nagari Menurut Adat Minangkabau
Nagari didirikan di Minangkabau setelah melalui musyawarah dan mufakat karena nagari merupakan gabungan dari beberapa koto dan terdiri dari minimal empat buah suku.
54
http:wawasanislam.wordpress.com200936pemahaman-tentang-nagari . Diakses pada tanggal 6
Januari 2010.
55
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Nagari yang akan dibentuk haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan yang disepakati oleh hasil musyawarah dan mufakat.
2.1 Syarat terbentuknya nagari.
Nagari yang akan didirikan menurut adat Minangkabau, haruslah memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Babalai bamusajik
Maksudnya ialah bahwa suatu nagari haruslah mempunyai balai balairung, tempat roda pemerintahan nagari dilaksanakan di bidang eksekutif, legislatif, dan juga yudikatif.
Anggotanya seluruh penghulu. Juga mempunyai mesjid, yang merupaka pusat peribadatan seluruh penduduk di nagari itu. Pada pemukiman yang statusnya di bawah nagari tidak
dibenarkan kedua sarana itu didirikan. Untuk kedua sarana itu, masing-masing hanya boleh didirikan dalam satu nagari. Sebab, kedua sarana lembaga itu sekaligus merupakan alat
pemersatu seluruh penduduk. b.
Basuku banagari. Maksudnya ialah bahwa setiap penduduk terbagi dalam kelompok masyarakat yang
bernama suku. Setiap nagari minimal mempunyai empat buah suku dengan pimpinan penghulu dan peralatannya. Yang dimaksud banagari ialah bahwa setiap penduduk harus
jelas asal-usulnya, baik sukunya maupun nagarinya yang semula, sebelum berpindah ke nagari yang ditempati saat itu. Sehingga dapat diketahui statusnya sebagai warga migrasi
atau sebagai warga pendatang yang hendak menetap untuk sementara. Status kependudukan ini sangat penting bagi penentuan hak dan kewajiban mereka atas nagari itu.
c. Bakorong bakampuang
Maksudnya ialah bahwa setiap nagari menpunyai wilayah kediaman, baik di dalam lingkaran pusat yang mempunyai batas tertentu yang dibentuk alam atau dibangun
berbentuk parit atao pohon aur berduri, maupun diluar lingkaran sebagai perkampungan, sebagai satelit atau hinterland. Setiap wilayah perkampungan di lingkaran pusat disebut
sebagai korong. Sedangkan wilayah perkampungan di luarnya dinamakan dengan berbagai nama sesuai dengan kondisinya. Yakni koto, dusun, dan taratak yang semuanya disebut
kampung.
Universitas Sumatera Utara
d. Bahuma babendang
Maksudnya ialah setiap nagari haruslah memiliki pengaturan keamanan nagari dari gangguan yang datang dari luar terhadap harta benda serta pengaturan informasi resmi
tentang berbagai hal yang perlu diketahui, seperti musim turun ke sawah, gotong royong, dan kondisi yang perlu dilaksanakan bersama agar segala sesuatau tidak menjadi simpang
siur. e.
Balabuah batapian Maksudnya ialah dalam nagari harus ada pengaturan perhubungan dan lalu lintas
serta perdagangan. f.
Basawah baladang Maksudnya ialah dalam nagari terdapat pengaturan sistem usaha pertanian serta harta
benda yang menjadi sumber kehidupan dan hukum pewarisannya. g.
Bahalaman bapamedanan Maksudnya ialah dalam nagari terdapat pengaturan rukun tetangga, pesta keramaian dan
permainan. h.
Bapandam bapusaro Maksudnya ialah dalam nagari terdapat pengaturan masalah kematian beserta
upacaranya.
56
2.2 Pemerintah Nagari Menurut Adat Minangkabau
Untuk kelancaran pelaksanaan sistem pemerintahan nagari, adat minangkabau mengaturnya sedemikian rupa seperti yang diungkapkan oleh mamangan :
Rang gadih mangarek kuku anak gadis memotong kuku
Pangarek pisau sarawik pemotongnya pisau serawik
Pangabuang batang tuonyo pemotong batang tuanya
Batangnyo ambiak ka lantai Batangnya diambil untuk lantai
56
A.A Navis,Op.Cit., hal. 93.
Universitas Sumatera Utara
Nagari baampek suku Nagari harus ada empat suku
Dalam suku babuah paruik Dalam suku ada keterunan se perut
Kampuang bamamak ba nan tuo Kampung punya mamak dan punya ketua kampung
Rumah dibari batungganai Rumah ada lelaki sulung
Maksudnya, setiap nagari mempunyai empat buah suku. Setiap suku mempunyai beberapa buah perut kaum dari keturunan ibu. Setiap suku mempunyai penghulu, yang
dinamai penghulu suku. Keempat penghulu suku inilah yang menjadi pemegang pemerintahan nagari secara kolektif, sedangkan yang memimpin penduduk ialah kepala
kaumnya masing-masing, yang disebut penghulu kaum. Sedangkan kampung atau permukiman penduduk diatur seorang yang dinamakan tuo ketua kampung, sebagai
organik pimpinan pemerintahan nagari. Kepala rumah tangga disebut tungganai , yaitu seorang laki-laki yang tertua dari keluarga yang mendiami rumah itu, menurut stetsel
matrilineal.
57
Secara tradisional, pemimpin dalam masyarakat minangkabau adalah penghulu. Penghulu berhak menjadi pemimpin sebuah nagari. Penghulu dalam memimpin nagari
berada dalam kelembagaan kolektif yang biasa dikenal dengan Kerapatan Adat Nagari KAN. Penghulu dari empat suku dalam nagari memilih ketua Kerapatan Adat Nagari
KAN, ketua kerapatan nagari langsung menjadi Kapala nagari penghulu palo. Sedangkan tungganaianak lelaki sulung yang berfungsi sebagai kepala keluarga dengan
tugasnya sebagai pengawas harta benda kaumnya.
58
Penghulu suku masing-masing mewakili sukunya masing-masing dalam kerapatan nagari, dan mereka inilah yang menjalankan roda pemerintahan nagari. Segala
permasalahan harus “berjenjang naik, bertangga turun”, artinya segala permasalahan sebelum sampai kepada pemerintahan nagari harus diselesaikan dari bawah dan bila tidak
juga ada penyelesaian, baru dibawa ke tingkat kerapatan nagari. Demikian pula hasil kerapatan nagari agar sampai kepada anak kemenakan juga melalui tingkatan “batanggo
turun”. Penghulu-penghulu suku akan menyampaikanya kepada penghulu kaum mamak
57
Ibid.,hal. 106
58
Dapat dilihat pada http:wawasanislam.wordpress.com20090306pemahaman-tentang-nagari
. diakses pada tanggal 6 januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
kaum, kemudian mamak kaum menyampaikan kepada tungganai, dari tungganai barulah diteruskan kepada anak kemenakannya.
59
Orang Minangkabau hidup bergolong-golongan dan berkelompok-kelompok yang beraneka ragam. Golongan yang terpenting ialah kekerabatan sedarah dari turunan ibu
matrilineal. Golongan itu bertingkat-tingkat , dari tingkatan yang paling kecil sampai ke tingkat yang paling besar merupakan suatu kesatuan yang utuh. Di samping golongan
seturunan darah, mereka hidup berkelompok dalam berbagai jenis perkampungan, seperti taratak, dusun, korong koto dan nagari. Dalam perkampungan itu, hiduplah golongan-
golongan itu secara berbaur erat dalam bentuk integrasi dan asimilasi antar golongan. Disamping itu, merekapun mempunyai perserikatan dalam jenis pekerjaan, keahlian,
kegemaran dan sebagainya tanpa terikat pada golongan keturunan darah, kelompok permukiman dan status sosial.
60
Mamak juga merupakan pemimpin. Pengertian mamak pada setiap laki-laki yang lebih tua juga berarti pernyataan bahwa yang muda memandang yang lebih tua menjadi
pimpinannya, sebagaimana yang diungkapkan mamangan “kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu barajo ka nan bana, bana badiri
sandirinyo.kemenakan beraja kepada mamak, mamak beraja kepada penghulu, penghulu beraja kepada kebenaran, dan kebenaran akan datang dengan sendirinya.
Golongan atau kelompok dalam masyarakat mempunyai pimpinan yang berada di tangan mamak. Pengertian mamak secara harfiah adalah saudara laki-laki ibu. Secara
sosiologis, semua laki-laki dari generasi yang ebih tua adalah mamak. Yang tidak termasuk mamak adalah laki-laki kerabat dekat ayah yang dipanggil dengan sebutan bapak atau pak.
61
Pemimpin golongan atau kelompok genealogis berdasarkan turunan ibu matrilineal adalah mamak menurut tingkatannya masing-masing. Pemimpin rumah
tangga disebut tungganai, pemimpin kaum disebut mamak kaum, dan pemimpin suku ialah penghulu.
62
Penghulu merupakan andiko dari kaumnya atau raja dari kemenakannya, yang berfungsi sebagai kepala pemerintahan dan menjadi pemimpin, menjadi hakim dan
59
Wawancara dengan Bapak H. Maizar Buchari, BA Dt Muncak, ketua KAN Nagari Cingkariangpada tanggal 31 Desember 2009, di Jorong Sungai Buluah no.100. Nagari Cingkariang, kabupaten Agam.
60
Ibid., hal. 119
61
Ibid., hal. 130
62
Ibid., hal. 131
Universitas Sumatera Utara
pendamai dalam kaumnya. Penghulu juga menjadi jaksa dan pembela dalam perkara yang dihadapi kaumya terhadap orang luar.
Dalam mengurus kepentingan dan keselamatan kemenakannya, ia bertindak sebagai pengembala yang bersifat mobil, yang tiada bermarkas atau tempat
kedudukan.Dalam mengahadapi orang luar, ia hanya dapat dihubungi di rumah pusaka kaumnya, yakni di rumah gadang. Namun di rumah tempat tinggal istrinya, kedudukannya
sama dengan urang sumando lainnya.
63
1. Penghulu suku.
Jabatan penghulu sebagai pemimpin suku di Minangkabau bertingkat-tingkat, yaitu sebagai berikut :
Penghulu suku yaitu penghulu yang menjadi pemimpin suku. Penghulu ini disebut penghulu pucuk menurut kelarasan Koto Piliang, dan penghulu tua menurut
kelarasan Bodi Caniago. Penghulu pucuk atau penghulu tua adalah penghulu dari empat suku yang pertama
datang membuka nagari tempat kediamannya, mereka merupakan pimpinan kolektif pada nagari itu. Mereka dinamakan dengan penghulu andiko.
2. Penghulu Payung
Penghulu payung adalah penghulu yang menjadi pemimpin dari warga suku yang telah membelah diri, karena terjadi perkembangan pada jumlah warga suku
pertama. Penghulu belahan baru ini tidak berhak menjadi penghulu tua yang menjadi anggota pimpinan nagari.
3. Penghulu Indu
Penghulu indu merupakan penghulu yang menjadi pemimpin warga suku dari mereka yang telah membelah diri dari kaum sepayungnya. Pembelahan ini
disebabkan karena pembengkakan jumlah mereka, perselisihan dalam perebutan gelar atau jabatan penghulu atau karena memeerlukan seorang pemimpin bagi
kaum mereka yang telah banyak di rantau atau permukiman baru.
63
Ibid., hal. 138-139
Universitas Sumatera Utara
Penghulu pucuk atau penghulu tua, penghulu payung serta penghulu indu secara bersama-sama disebut penghulu satu tungku.
64
2.2.1 Yang Berhak Menjadi Penghulu
Menurut mamangan, jabatan seorang penghulu merupakan jabatan yang diwariskan dari niniak ka mamak, dari mamak ka kamanakan yaitu dari ninik ke mamak, dari mamak
kepada kemenakan sesuai dengan sistem matrilineal berdasarkan garis keturunan ibu. Kemenakan bagi seorang penghulu adalah semua warga sukunya pada nagari
kediamannya. Namun, tidak semua laki-laki warga suku tersebut berhal untuk dicalonkan sebagai penghulu. Kemenakan yang berhak untuk dicalonkan menjadi pengganti panghulu
adalah kemenakan dibawah dagu, yaitu kemenakan yang mempunyai pertalian darah.
65
1. Kemenakan di bawah dagu kamanakan di bawah daguak
Kemenakan menurut struktur kebudayaan Minangkabau dibedakan menjadi empat jenis. Keempat jenis kemenakan di Minangkabau tersebut adalah :
Kemenakan dibawah dagu artinya kemenakan yang memiliki pertalian darah dengan mamaknya, baik yang dekat maupun jauh.
2. Kemenakan di bawah dada kamanakan dibawah dado
Kemenakan dibawah dada artinya kemenakan yang ada hubungannya karena sukunya sama namun penghulunya lain.
3. Kemenakan di bawah pusar kamanakan dibawah pusek
Kemenakan dibawah pusar artinya kemenakan yang ada hubungannya karena sukunya sama namun berbeda nagari asalnya.
4. Kemenakan di bawah lutut kamanakan di bawah lutuik
Kemenakan di bawah lutut artinya seorang kemenakan yang berbeda suku maupun nagari asalnya namun meminta perlindungan di tempatnya.
66
64
Ibid., hal. 131-132
65
Ibid., hal. 136
66
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Syarat-syarat Untuk Menjadi Penghulu
Karena penghulu merupakan pemimpin dalam masyarakat, mulai tingkatan kaum, suku maupun nagari maka untuk menjadi seorang penghulu haruslah yang memenuhi
syarat sebagai berikut : 1.
Laki-laki 2.
Baik zatnya, maksudnya berasal dari keturunan yang baik 3.
Kaya, dalam arti kaya akal, budi, dan pengetahuan dalam bidang adat 4.
Baligh berakal, maksudnya dewasa dan berpendirian tegus serta tegas dalam tiap-tiap tindakan
5. Adil, maksudnya menempatkan sesuatu pada tempatnya.
6. Arif bijaksana, artinya mempunyai perasaan yang halus, paham akan yang
tersirat pikiran tajam dan cendekia, menurut pepatah adat : Tahu dibayang kato sampai
Tahu diranggeh ka malantiang Tahu di tunggua ka manaruang
Takilek ikan dalam aia Lah tantu jantan batinonyo
Kilek baliuang alah ka kaki Kilek camin alah ka muko
7. Tablig, maksudnya menyampaikan sesuatu yang baik kepada umum
8. Pemurah, artinya pemurah pada nasehat, murah pada melarang mudarat
9. Tulus dan sabar, artinya beralam luas, berpadang lapang
67
67
M. Rasyid Manggis., Op.Cit., hal. 127-129
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Kewajiban hutang Penghulu
Sebagai seorang pemimpin, penghulu dikatakan mempuyai “hutang”, yaitu tanggungjawab dan kewajiban yang harus diingatnya sepanjang waktu. Seorang penghulu
di Minangkabau diibaratkan sebagai kayu gadang di tangah padang, ureknyo tampek baselo, dahannyo tampek bagantuan, daunnyo tampek balinduang, batangnyo tampek
basanda. Artinya, penghulu diibaratkan sebagai sebuah kayu besar ditengah padang, uratnya tempat bersila, dahannya tempat bergantung, daunnya tempat berlindung,
batangnya tempat bersandar. Maksudnya, sebagai seorang pemimpin, seorang penghulu harus memelihara keselamatan dan kesejahteraan sesuai dengan hukum serta kelaziman.
68
Hutang yang harus dibayarkan oleh penghulu diselesaikan , seperti warganya seperti yang diungkapkan oleh mamangan “mamak di pintu utang, kamanakan di pintu
bayia”, mamak di pintu hutang, kemenakan di pintu bayar. Maksud dari mamangan ini yaitu bahwa hutang yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban penghulu haruslah
dibayarkan pula oleh kemenakannya yaitu dengan menjaga nama baik penghulu mereka, seperti dengan mematuhi perintahnya.
69
1. Alur dan Patut alua jo patuik
Dalam memimpin anak kemenakan serta masyarakat, ada empat jenis hutang kewajiban yang harus dijalankan oleh seorang penghulu, yaitu:
Alur ialah garis kebijaksanaan menurut hukum. Patut ialah rasa kepantasan suatu hukum untuk dilaksanakan pada situasi dan
kondisi yang tepat. 2.
Jalan yang pasa jalan nan pasa Yang dimaksud dengan jalan yang pasa ialah ketentuan yang berdasarkan
konvensi atau janji yang mengikat. 3.
Harta dan Pusaka harato jo pusako Yang dimaksud dengan harta ialah kemakmuran kaum.
68
A.A Navis., Op.cit., hal. 139
69
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
Pusaka ialah warisan kaum yang berupa benda-benda kehormatan.
70
Harta pusaka merupakan unsur yang sangat penting di dalam adat, karena harta pusaka merupakan wilayah tempat anak kemenakan berkembang dan mencari
kehidupan seperti sawah dan ladangnya.Wilayah inilah yang merupakan daerah kecil kekuasaan seorang penghulu di Minangkabau, tempat anak kemenakannya
berdiam dan berkembang. Wilayah ini mencakup pandam pekuburan, sawah ladang, balai mesjid, labuah tapian, korong kampuang, dan rumah tangga.
71
4. Anak kemenakan
Anak kemenakan ialah seluruh penduduk kampung. Dengan demikian, penghulu berkewajiban untuk memelihara seluruh masyarakat kampung.
Memelihara anak kemenakan merupakan tugas pokok seorang penghulu. Memelihara atau memimpin anak kemenakan di bidang pendidikan untuk
kemajuan lahir batin, kehidupan bidang sawah dan ladang perekonomian, menyelesaikan setiap peresengketaan yang terjadi di bidang adat dalam
kehidupan sehari-hari.
72
2.2.4 Martabat Penghulu
Sebagai seorang pemimpin, penghulu memiliki martabat yaitu kehormatan jabatannya. Mamangan menyebutkan bahwa penghulu itu tumbuah dek ditanam, tinggi dek
dianjuang, gadang dek diambak tumbuh karena ditanam, tinggi karena dianjung, besar karena dipelihara. Artinya, seorang penghulu lahir karena dilahirkan kaumnya, tinggi
karena didukung kaumnya dan besar karena dipupuk kaumnya. Martabat penghulu itu bisa berarti timbal balik. Bagi penghulu agar ia melaksanakan tugasnya dengan benar dan bagi
pihak kemenakan agar menjaga nama dan kehormatan penghulu mereka.
73
Dalam adat, martabat penghulu bertujuan untuk menjaga prestise seorang pebghulu dalam memimpin anak kemenakannya mapun dalam pergaulannya sehari-hari. Penghulu
merupakan contoh telahan bagi anak kemenakan serta masyarakat di sekitarnya. Dengan
70
Ibid.,
71
Idrus Hakimy, Pokok-Pokok Pengetahuan adat Minangkabau, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, hal.74.
72
Ibid.,
73
A.A Navis, Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
mertabat yang dimilikinya, menunjukkan bahwa seorang penghulu memiliki martabat dan wibawa.
Martabat penghulu ada enam macam,yaitu : 1.
Ingek dan jago pada adat, artinya penghulu sebagai seorang pemimpin harus selalu ingat bahwa ia diangkat oleh anak kemenakannya. Setiap prilakunya
akan menjadi contoh teladan bagi masyarakat, sehingga penghulu harus selalu menjaga nama baiknya sebagai pimpinan adat.
2. Berilmu, berpaham,bermakrifat, ujud dan yakin pada Allah, artinya seorang
penghulu seharusnya melengkapi dirinya dengan ilmu pengetahuan yang berguna. Terutama pengetahuan tentang masyarakat yang dipimpinnya, tentang
korong kampuangnya, serta mengetahui tentang hukum dan cara menyelesaikan suatu sengketa. Karena sewaktu waktu seorang penghulu di Minangkabau juga
menjadi hakim dalam kaumnya. Berpaham artinya mempunyai paham dalam sesuatu, bisa menyimpan rahasia
yang patut untuk dirahasiakan. Bermakrifat artinya tahu kepada Allah dan rasulnya, mengerjakan segala perintah dan meninggalkan segala larangannya.
Ujud dan yakin artinya seorang penghulu yang meyakini ujud Tuhan, sehingga tidak mempunyai sifat ragu dalam pimpinan dan tindakan.karena penghulu
telah dilengkapi pengetahuan adat, agam, dan sebagainya. 3.
Kaya dan miskin pada hati dan kebenaran, artinya penghulu adalah orang yang kaya pada hati, yaitu rendah hati, ramah tamah terhadap sesama serta terhadap
kemenakan yang dipimpinnya, sabar, selalu berpikir dengan kepala dingin dan dada yang lapang. Kaya pada kebenaran, artinya seorang penghulu sebagai
tempat bagi anak kemenakannya serta orang lain untuk meminta petunjuk yang baik, pemurah dan suka turun tangan dalam menyelesaikan permasalahan dalam
masyarakat serta jujur dan ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. 4.
Mahal dan murah pada tingkah laku, artinya dalam pergaulan sehari-hari tingkah laku dan perangai penghulu dalam masyarakat mahal dalam arti
kebenaran yang ridak bisa ditawar-tawar. Murah dalam arti sewaktu-waktu seorang penghulu dapat bergaul dan berkelakar dengan seluruh lapisan anak
kemenakan.
Universitas Sumatera Utara
5. Hemat dan cermat, ingat pada akhirat, artinya seorang penghulu sangat hati-hati
dan teliti dalam segala pekerjaan yang dilakukan maupun keputusan yang akan diambil dalam masyarakat.
6. Sabar dan ridha serta fasih lidah berkata-kata. Artinya seorang penghulu yang
bersifat sabar, rendah hati, ramah tamah serta berlaku sabar dan ridha terhadap gunjingan serta kritikan yang datang padanya.
74
2.2.5 Pantangan larangan Penghulu
Penghulu mempunyai pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukannya sebagai seorang penghulu. Pantangan ini dimaksudkan untuk menjaga wibawa dan martabat
penghulu di depan anak kemenakan serta masyarakat karena penghulu merupakan panutan dan tauladan.
Pantangan-pantangan penghulu tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Memerahkan muka, yaitu sikap yang emosional dan tidak mampu mengendalikan perasaan.
2. Menghardik menghantam tanah, yaitu sikap pemarah, pemaki atau penggertak.
3. Menyinsing lengan baju, yaitu sikap seorang penghulu yang melakukakn
pekerjaan kasar seolah-olah tidak mempunyai sember penghidupan dan tidak ada lagi orang yang mau membantunya. Sebagai seorang penghulu, ia memiliki
sawah kagadangan serta warga kaumnya yang menggarap sawah tersebut. 4.
Berlari-lari, yaitu sikap orang yang selalu terburu-buru, seperti pencemas, tidak tabah serta penakut.
5. Memanjat-manjat, yaitu sikap seorang yang suka memanjat-manjat seperti
prilaku anak-anak. 6.
Menjunjung dengan kepala, yaitu meletakkan bebab diatas kepala. Seolah-olah menggambarkan tugas kepalanya untuk meletakkan benda, bukan untuk
berpikir.
75
74
Idrus Hakimy, Op.cit., hal. 62-66
75
A.A Navis, Op.cit., hal. 140-141
Universitas Sumatera Utara
Penghulu sebagai manusia biasa juga memiliki kelemahan-kelemahan. Terkadang kelemahan itu datang dari dalam diri pribadi penghulu tersebut. Karena itu, adat
Minangkabau menggunakan ungkapan-ungkapan untuk menyebut kelemahan penghulu tersebut dengan tujuan agar penghulu selalu ingat dan menghindarinya karena akan
merugikan kaum dan dirinya sendiri. Ungkapan ini merupakan penilaian dari masyarakat terhadap tingkah laku penghulu. Ungkapan ini terdiri dari empat macam penghulu dan
enam macam perangainya. Yang disebut empat macam penghulu yaitu:
1. Penghulu, yaitu penghulu yang sebenarnya yang memegang ajaran dan mampu
memenuhi harapan kaumnya. 2.
Pengeluh pangaluah, yaitu penghulu yang suka mengeluh, hal ini menjadi gambaran ketidakmampuannya menyelesaikan atau mengatasi kesulitan yang
dihadapinya. Baik kesulitan kaumnya maupun kesulitan dirinya sendiri. 3.
Pengalah pangalah, yaitu penghulu yang hanya mau menang sendiri, penghulu yang tidak mau mengalah dan mundur, penghulu yang hanya mau mengalahkan
pendapay orang lain. 4.
Pengelah pangelah, yaitu penghulu yang senantiasa mengelakkan kewajiban yang seharusnya dikerjakannya.
76
Yang disebut enam macam perangai penghulu yaitu: 1.
Penghulu nan ditanjuang panghulu yang ditanjung Merupakan perangai penghulu yang diibaratkan seperti orang yang tinggal di
tanjung, yang dapat berenang di air sebelah kanan atau kiri. Situasi yang seperti ini menyebabkan penghulu mudah mempunyai alasan atau dalih apabila ada
orang yang ingin menemuinya. Ini mencerminpak seorang penghulu yang suka mengelakkan tanggungjawabnya.
2. Penghulu ayam gadang penghulu ayam jago
76
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
Merupakan perangai seorang penghulu yang diibaratkan seperti seekor ayam jago yang berkokok merdu. Ini mengiaskan sikap seorang penghulu yang
pandai bericara tapi tidak mampu bekerja. 3.
Penghulu balah batuang penghulu belah bambu Merupakan perangai seorang penghulu yang diibaratkan seperti orang
membelah bambu, bagian yang satu ditekan dan bagian lain ditarik. Ini mengiaskan sikap seorang penghulu yang tidak adil
4. Penghulu katuak-katuak penghulu katu-katuk
Merupakan perangai penghulu seperti tong yang hanya berbunyi bila diketok. Ini mengiaskan seorang penghulu yang tidak memiliki inisiatif.
5. Penghulu tupai tuo penghulu tupai tua
Merupakan perangai penghulu yang diibaratkan sebagai tupai tua yang tidak mau berusaha karena takut salah, seperti sikap orang yang tidak percaya pada
kemampuannya. 6.
Penghulu busuak hariang penghulu busuk haring Merupakan perangai penghulu yang seperti orang bau kencing, yang
menimbulkan keresahan bagi orang-orang disekitarnya.
2.2.6 Perangkat penghulu
Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin sukunya, penghulu dibantu oleh seperangkat staf. Namun bukan berarti bahwa setiap penghulu memperoleh
perangkat yang lengkap. Yang mempunyai perangkat yang lengkap hanyalah penghulu andiko, yaitu semua penghulu pucuk atau penghulu tua. Sedangkan penghulu lainnya
memperoleh seorang panungkek penongkat.
77
1. Panungkek penongkat, yaitu pembantu utama penghulu. Dia dapat mewakili
penghulu bila penghulu berhalangan. Namun dalam kerapatan nagari, ia hanya sebagai pendengar dan dapat menyampaikan pendapat apabila diminta oleh
Perangkat penghulu tersebut adalah :
77
Ibid., hal. 143
Universitas Sumatera Utara
anggota kerapatan. Adakalanya ia dapat menjadi calon utama pengganti penghulu, karena itu ia berhak menyandang gelar datuk. Penghulu dan
penongkatnya merupakan satu kesatuan pimpinan. 2.
Malin malim, yaitu guru dan orang alim dalam hal agama, yang mengatur serta mengurus masalah keagamaan dan ibadah.
3. Manti mantri, yaitu pembantu penghulu dibidang tatalaksana pemerintahan.
4. Dubalang hulubalang, yaitu petugas penjaga keamanan nagari.
78
Penghulu beserta ketiga perangkatnya, yaitu malin, manti dan dubalang disebut sebagai urang ampek jinih. Menurut Prof. M. Nasroen, tiap-tiap pemimpin mempunyai
tugas dan hak tersendiri berhubung dengan tugas dan hak kedudukannya. Dan tugas urang nan ampek jinih ini adalah:
Penghulu menghukum sepanjang adat, Malin menghukum sepanjang adat,
Manti menghukum silang selisih, Dubalang menghukum waktu ada perkelahian dan perang.
79
Dubalang taguah di nagari Tugas urang nan empat jinih ini dalam pepatah Minangkabau disebutkan sebagai berikut :
Panghulu taguah di adat, Malin taguah di agamo,
Manti taguah dibuek,
80
Dari keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa urang nan ampek jinih ini dalam pemerintahan adat masig-masingnya mempunyai fungsi dan tanggung jawab., dimana
Artinya, penghulu teguh dalam menegakkan adat, malin teguh pada agama, manti tegas dalam tindakan, dan dubalang teguh pada nagari.
78
Ibid.,
79
Prof.M. Nasroen, Dasar FalsafahAdat Minangkabau, Jakarta: Bulan Bintang, 1957,hal. 144.
80
Ibid., hal. 145
Universitas Sumatera Utara
penghulu selaku ninik mamak berfungsi dan bertanggung jawab dalam urusan adat, malin berfungsi dan bertanggung jawab dalam urusan agama, manti berfungsi dan
bertanggungjawab dalam urusan admnistrasi pemerintahan, sedangkan dublang berfungsi dan bertanggungjawab dalam urusan keamanan.
2.2.7 Alasan Mendirikan Penghulu Baru
Dalam adat minangkabau, istilah mendirikan penghulu sering dikenal dengan batagak penghulu yang berarti mendirikan kebesaran. Alasan untuk mendirikan penghulu
baru adalah sebagai berikut : 1.
Mati batungkek budi mati bertongkat budi, yaitu mendirikan penghulu baru karena penghulu yang lama meninggal dunia. Penggatian penghulu seperti ini
dilakukan di pekuburan sebelum jenazah dikebumikan. Proses pengangkatan penghulu seperti ini tidak melakukan penjamuan makan malam. Karena semua
pihak yang dipandang sebagai wakil kaum dan wakil masyarakat umu lainnya telah hadir.
2. Hiduik bakarelaan hidup berkerelaan, yaitu mendirikan penghulu baru karena
penghulu yang lama mengundurkan diri secara sukarela disebabkan karena usia atau karena sebab lain.
3. Mambangkik batang tarandam membangkit batang terendam, yaitu
mendirikan penghulu baru setelah bertahun-tahun tidak dapat dilaksanakan karena belum tersedia biaya yang cukup untuk melaksanakan perjamuan yang
layak. 4.
Mangambangan nan talipek mengembangkan yang terlipat, yaitu mendirikan penghulu baru yang tidak dapat dilaksanakan pada waktunya atau tertangguh
beberapa masa karena belum didapat kesepakatan semua warga terhadap calon pengganti.
5. Manurunkan nan tagantuang menurunkan yang tergantung, yaitu mendirikan
penghulu baru setelah beberapa lama tertangguh karena calaon penghulu dianggap belu cukup umur atau karena persiapan belum dapat disempurnakan
sebagaimana mestinya.
Universitas Sumatera Utara
6. Baju saalai dibagi duo baju sehelai dibagi dua, yaitu mendirikan penghulu
baru karena pembelahan suku akibat warganya telah sangat berkembang, sehingga diperlukan seorang penghulu lain di samping penghulu yang ada.
7. Mangguntiang siba baju menggunting siba baju, yaitu mendirikan penghulu
baru karena terjadi peresengketaaan yang tidak dapat didamaikan antara dua atau beberapa kaum lain dalam menetapkan calon yang berhak sebagai
pengganti penghulu lama yang tidak berfungsi lagi. Dalam pembelahan ini, suku dibelah menjadi dua atau beberapa kaum, yang masing-masing ingim
mempunyai penghulu sendiri. 8.
Gadang manyimpang besar menyimpang, yaitu mendirikan penghulu baru oleh suatu kaum yang ingin memisahkan diri dari pimpinan penghulu yang
telah ada.
81
2.2.8 Prosedur Pengangkatan Penghulu
Jabatan penghulu merupakan warisan turun temurun. Dari ninik turun ka mamak, dari mamak turun ka kamanakan. Dan kemenakan yang berhak menjadi pengganti
penghulu adalah kemenakan di bawah dagu, yaitu yang mempunyai pertalian darah. Semua calon penghulu diseleksi dengan mengkaji keadaan calon tersebut dari
kebaikan dan keburukannya oleh warga kaum, sehingga apabila calon itu sudah diangkat menjadi penghulu, tidak akan ada omelan dikemudian hari. Mencari calon penghulu
dilakukan jauh-jauh hari sebelum ia diangkat menjadi penghulu. Namun, usaha untuk mencari pengganti penghulu ini tidak selalu berjalan lancar.
Apabila kemenakan yang akan diangkat mempunyai banyak kelemahan sehingga tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari anggota kaum, maka penggantian penghulu
ditangguhkan sampai tiba saat yang tepat. Namun apabila tidak didapat kesepakatan antara kaum yang berhak, maka alternatifnya adalah dengan pembelahan kaum dalam bentuk
manguntiang siba baju atau gadang manyimpang. Seseorang yang akan diangkat menjadi penghulu haruslah berdasarkan kesepakatan
dari musyawarah anggota kaumnya. Oleh kaum yang bersangkutan hasilnya disampaikan kepada kerapatan nagari yang dihadiri oleh semua penghulu. Kepada kerapatan nagari
81
A.A Navis., op.cit, hal. 136-138.
Universitas Sumatera Utara
dimintakan persetujuan agar penghulu kaum mereka dapat diterima secara sah dan dijadikan salah seorang dari yang banyak. Setelah semua anggota kerapatan menyatakan
persetujuannya terhadap penghulu yang baru, maka kaum tersebut membayarkan bea persetujuan dan bea perjamuan kepada kerapatan serta menyampaikan hari perjamuan
managakkan penghulu mendirikan penghulu, dengan mengundang seluruh urang nan ampek jinih.
82
3. Peraturan Perundang-undangan dan Hukum adat Minangkabau 3.1 Adat
Suku bangsa yang mempunyai pemerintahan sendiri, tentu saja mempunyai undang-undang dan hukum. Baik itu undang-undang tertulis, maupun undang-undang tidak
tertulis. Apabila undang-undang dan hukum yang tidak tertulis ini masih ditaati dengan setia oleh warga masyarakatnya, maka ia menjadi pandangan hidup dan sebagai alat
pemersatu suku bangsa tersebut serta dipandang sebagai adat.
83
Bagi masyarakat Minangkabau, adat merupakan kebudayaan secara utuh yang dapat berubah. Namun ada adat yang tidak berubah, mamangan menyebutkan : kain
dipakai usang, adat dipakai baru. Artinya, pakaian apabila sering dipakai maka lama kelamaan akan menjadi usang, sedangkan adat apabila dipakai terus menerus akan
senantiasa awet.
84
3.1.1 Adat yang sebenarnya adat adat nan sabana adat Karena ada adat yang dapat dirubah dan adat yang tidak dapat dirubah, maka adat
dalam masyarakat Minangkabau dibagi atas empat kategori, yaitu:
Adat yang sebenarnya adat adalah aturan-aturan dan sifat-sifat serta ketentuan- ketentuan yang terletak pada setiap jenis benda alam, baik alam yang merupakan makhluk
hidup seperti manusia maupun makhluk hewani, nabati, flora dan fauna dan segala sifat- sifatnya yang beku dan cair, warna, bau dan sebagainya atau alam yang dapat diraba
dengan pancaindra manusia, bukan alam yang gaib.
85
82
Ibid., hal. 144-146
83
Ibid., hal. 85
84
Ibid., hal. 88
85
Idrus hakimy, Rangkaian Mustika adat basandi Syarak di Minangkabau, Bandung : Pt. Remaja Rosdakarya,1994, hal. 103
Universitas Sumatera Utara
Adat yang sebenarnya adat merupakan adat asli, adat yang tidak berubah, yang tidak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas. Adat yang lazim digunakan seperti
hukum alam yang merupakan falsafah hidup mereka.
86
Alam terkembang yang disebut adat yang sebenarnya adat di Minangkabau mengandung arti ajaran budi yang tidak pernah meminta untuk dibalas dan dihargai.
Seperti kayu berbuah yang dimakan buahnya untu keperluan manusia. Seluruh isi alam ini dijadikan untuk kepentingan hidup manusia. Dari alam itu manusia mengambil pelajaran
untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Yaitu Alam takambang jadi guru
alam terkembang menjadi guru.
87
3.1.2 Adat yang diadatkan
Adat yang diadatkan ialah peraturan yang dibuat oleh Dt. Perpatiah nan Sabatang dan Dt, Katumanggungan sebagai nenek moyang orang Minangkabau yang dicontoh dari
adat yang sebenarnya adat. Peraturan yang dibuat yakni persoalan yang menyangkut peraturan hidup masyarakat dalam segala bidang yang dilukiskan dengan pepatah.
Contoh, peraturan tentang cara kehidupan dalam masyarakat: Barek samo dipikua,
Ringan samo dijinjiang Nan elok baimbaukan
Sakik disilau Mati bajanguak
88
Adat yang diadatkan oleh nenek moyang tersebut disusun begitu rupa dengan mengambil contoh dan perbandingan dari ketentuan-ketentuan alam takambang. Dengan
kaidah yang disusun dari ketentuan alam takambang jadi guru itulah diatur hubungan baik antara sesama manusia dalam masyarakatnya, semenjak dari tingkatan terendah sampai
kepada tingkatan yang paling tinggi, seperti dari anak-anak sampai kepada yang tua, rakyat dengan pemimpin, agar antara yang satu dengan yang lain terwujud hubungan yang baik
86
A.A Navis, Op.cit., hal. 89
87
Idrus Hakimy, Loc.cit., hal. 104
88
Idrus Hakimy, Op.cit., hal. 136-137
Universitas Sumatera Utara
dan harmonis antar sesamanya, yang saling menghormati, tolong menolong, kasih mengasihi dan saling tenggang rasa.
89
Ketentuan alam takambang jadi guru disusun menjadi kaidah yang kokoh dan kuat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan bersama dalam masyarakat, yaitu terciptanya
persatuan dan kesatuan, menjauhi sifat pecah belah, adu domba, dan khianat. Semua tindakan dalam kehidupan untuk mencapai hubungan manusia dengan manusia yang
harmonis dan baik, serta mencapai persatuan dan kesatuan, senantiasa dilandasi sifat-sifat yang dicontoh dari alam.
90
Jenis adat yang disebut adat yang sebenarnya adat dan adat yang diadatkan oleh nenek moyang Minangkabau yang menciptakan adat tersebut, disebut adat nan babahua
mati. Yaitu adat yang tidak boleh diubah walaupun dengan mufakat sekalipun karena ketentuan ketentuan yang disusun adalah berdasarkan alam takambang jadi guru.
91
3.1.3 Adat yang teradat adat nan teradat
Keduanya merupakan hukum dasar adat Minangkabau, yang tak lakang dek paneh, tak lapuan dek hujan, dikikih bahabih basi, dibasuah bahabih aia.
Adat yang teradat merupakan aturan-aturan yang disusun dengan hasil musyawarah mufakat penghulu-penghulu, ninik mamak di tiap-tiap nagari di Minangkabau. Peraturan
tersebut berguna untuk melaksanakan aturan-aturan atau hukum-hukum dasar dari adat yang diadatkan oleh nenek moyang Minangkabau yang menciptakan hukum tersebut,
karena hukum dasar yang disebutkan hanya garis-garis besarnya saja dan dengan sendirinya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi setiap nagari yang bersangkutan.
Aturan adat yang teradat ini tidak sama coraknya di setiap nagari di Minangkabau. Dan inilah yang dimaksud oleh pepatah yang berbunyi:
Lain Lubuak lain ikannyo Lain padang lain bilalangnyo
Lain nagari lain adatnyo.
89
Idrus Hakimy, Op.cit., hal.106
90
Ibid.,
91
Ibid., hal. 108
Universitas Sumatera Utara
Artinya, aturan pelaksanaan di setiap nagai akan berbeda antara yang satu dengan yang lain. Walaupun berbeda dalam aturan pelaksanaannya, namun tidak berbeda tentang
dasar hukumnya, yaitu sama-sama berdasarkan adat yang diadatkan.
92
3.1.4 Adat Istiadat
Adat istiadat juga merupakan aturan adat Minangkabau yang dibuat dengan kata mufakat ninik mamak dan penghulu-penghulu di nagari-nagari, yaitu peraturan yang
menampung segala kemauan dan kesukaan anak nagari selama menurut ukuran alur dan patut. Contoh, olah raga, kesenian, ukiran dan pakaian yang berbeda disetiap nagari.
93
Adat istiadat merupakan kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat umum atau masyarakat setempat, seperti acara yang bersifat upacara adat atau tingkah laku pergaulan
yang bila dilakukan dianggap baik dan bila tidak dilakukan tidak apa-apa. Adat ini akan tumbuh hanya karena dirawat dengan baik.
94
Adat yang teradat dan adat istiadat disebut dalam adat Minangkabau sebagai adat nan babuhua sentak, artinya aturan yang boleh diubah, ditambah dan dikurangi, mudah
membukanya asal tau caranya, yaitu harus melalui musyawarah. Keduanya merupakan pelaksanaan dari adat yang diadatkan sebagai hukum dasar dari adat Minangkabau.
95
3.2 Undang-Undang
Undang-undang Minangkabau terbagi dalam empat pokok undang-undang yang mengatur seluruh aspek kehidupan pemerintahan dan masyarakat serta ketertiban. Yang
dimaksud dengan undang-undang yang empat tersebut adalah:
3.2.1 Undang-undang nagari
Undang-undang nagari disebut juga sebagai undang-undang tata negara yang ruang lingkup berlakunya sebatas lingkungan nagari yang berstatus otonom. Undang-undang ini
mengandung delapan pasal. Setiap pasal diturunkan dengan judul yang berpasangan. Undang-undang ini mengatur persyaratan suatu nagari yang berpemerintahan penuh.
92
Ibid., hal. 110
93
Ibid., hal. 112
94
A.A Navis, Loc.cit.
95
Idrus Hakimy,Op.Cit., hal. 114
Universitas Sumatera Utara
Artinya, setiap nagari harus mempunyai persyaratan tersebut dengan lengkap baik sarana fisik maupun sarana operasionalnya.
96
1. Babalai bamusajik
Kedelapan pasal undang-undang nagari tersebut adalah :
2. Basuku banagari
3. Bakorong bakampuang
4. Bahuma babendang
5. Balabuah batapian
6. Basawah baladang
7. Bahalaman bapamedanan
8. Bapandam bapakuburan
Penjelasan dari kedelapan pasal undang-undang tersebut dapat dilihat pada syarat terbentuknya nagari yang telah diuraikan di atas.
3.2.2 Undang-undang Isi Nagari
Undang-undang isi nagari adalah ketentuan tentang aturan hidup masyarakat di dalam lingkungan kesatuan masyarakat hukum adat, yaitu nagari, agar tercipta ketertiban,
keamanan, rasa hormat menghormati, tolong menolong, kasih mengasihi, dan saling tenggang rasa.
97
Apabila undang-undang nagari lebih menekankan pada ketentuan mengenai hubungan manusia sebagai warga dengan nagari tempat kediamannya, maka undang-
uandang isi nagari lebih menekankan hubungan manusia dengan manusia secara langsung maupun secara tidak langsung.
98
Kusuik disalasaikan, Contoh, undang-undang isi nagari dalam bidang hukum
96
A.A Navis, Op.cit., hal. 91
97
Idrus Hakimy, Op.cit., hal. 132
98
A.A. Navis,Op.cit., hal. 95
Universitas Sumatera Utara
Karuah dijaniahi, Usua dipamainan,
Cabua dibuang. Hukum adia kato bana,
Indak buliah bapihak-pihak, Indak buliah bakatian kiri,
Luruih bana dipegang sungguah. Di mato jan dipiciangkan,
Di dado jan dibusuangkan, Di paruik usah kikampihkan,
Sifat dia dipakaikan. Bak maelo rambuik dalam tapuang,
Bak mamalu ula dalam baniah, Baniah tak leco, tanah tak lambang,
Panokok tak patah, nan ula mati juo. Artinya, bahwa ketentuan adat tentang setiap sengketa yang terjadi, baik dalam
keluarga maupun dengan orang lain, harus diselesaikan secara adil. Adat mengingatkan agar setiap yang berwenang dalam bidang hukum ini benar-benar bersifat adil dalam
melaksanakan penyelesaian dan tentang hukum yang akan dijatuhkan. Ajaran syarak mengatakan, kalau menghukum antara sesama manusia, maka hendaklah dihukum dengan
seadil-adilnya.
99
3.3.3 Undang-undang Luhak dan Rantau
Undang-undang luhak dan rantau ini adalah undang-undang yang mengatur sistem pemerintahan pada dua wilayah yang berbeda di Minangkabau pada zaman kerajaan masih
99
Idrus Hakimy, Op.cit., hal.135-136
Universitas Sumatera Utara
berdiri. Wilayah yang satu disebut luhak, dan wilayah yang lain disebut rantau. Pada dasarnya, wilayah luhak terletak di nagari-nagari yang berada di selingkar gunung merapi.
Sedangkan wilayah rantau terletak di luarnya, terutama di wilayah pelabuhan bagian timur atau bagian barat Minangkabau.
100
a. Luhak yang tiga luhak nan tigo
Alam Minangkabau mempunyai luhak nan tigo luhak yang tiga, yaitu luhak tanah datar, luhak agam, serta luhak lima puluh kota.Setiap luhak mempunyai ciri atau identitas
sendiri yang dipertahankan dan dibanggakan sebagai alat pemersatu dan pendorong semangat dalam memelihara harga diri mereka sendiri. Perbedaan ciri antara luhak tersebut
terlihat pada bentuk rumah gadang, model pakaian penghulu, pakaian penganti, dan sebagainya.
101
Artinya, sebagai pemimpin pada luhak nan tiga luhak aga, luhak tanah data dan luhak lima puluh kota disebut penghulu kaumkepala adat, yang dalam lembaga disebut
ninik mamak. Sedangkan pemimpin pada wilayah rantau disebut raja. Sistem pemerintahan luhak berbeda dengan sistem pemerintahan rantau. Dalam
ketentuan adat, tentang undang-undang ini disebutkan dalam garis besarnya, Luhak nan bapenghulu
Rantau nan barajo
102
b. Rantau.
Rantau merupakan wilayah Minangkabau yang terletak di luar wilayah luhak nan tiga. Batas-batas wilayah rantau tergantung pada pasang naik dan pasang surut kekuatan
kerajaan pagaruyung. Wilayah rantau pada mulanya merupakan wilayah untuk mencari kekayaan secara individual oleh penduduk, baik dalam bidang perdagangan, usaha dan jasa
maupun dalam kegiatan lain yang bersifat sementara.
103
Sebagai koloni kerajaan, nagari yang tumbuh atau berada di wilayah itu dipimpin seorang penguasa yang diangkat kerajaan. Penguasa iu dijabat secara turun temurun
100
A.A Navis, Op.cit., hal.104
101
Ibid., hal. 105
102
Idrus Hakimy, Op.cit., hal. 130
103
A.A Navis, Op.cit.,hal. 107
Universitas Sumatera Utara
menurut garis keturunan patrilineal dengan gelar jabatan yang sesuai dengan langgam tradisional yang telah ada di tempat itu, seperti gelar rang kaya, tan tuah di wilayah pantai
timur, rang gadang, rang bagindo di wilayah pantai barat. Yang menyandang gelar rajo raja ialah orang-orang bangsawan turunan Kerajaan Pagaruyung sendiri.
104
3.3.4 Undang-undang Dua Puluh
Undang-undang dua puluh menurut adat Minangkabau adalah ketentuan adat untuk menyatakan perbuatan, tingkah laku yang sumbang dan salah sehingga mengakibatkan
tindakan hukuman dan ketentuan yang menyatakan kesalahan yang terjadi, pelanggaran kejahatan dan penganiayaan.
105
Jadi, undang-undang dua puluh merupakan undang-undang yang mengatur persoalan hukum pidana.Undang-undang dua puluh terbagi atas dua bagian, yaitu ungang-
undang delapan dan undang-undang dua belas. Namun, dalam undang-undang ini tidak dicantumkan ancaman hukuman karena ancaman hukuman terhadap pribadi yang
melakukan pelanggaran hukum tidak sesuai dengan sistem masyarakat komunal yang berasaskan kolektivisme.Setiap orang merupakan anggota komunenya yang dalam hal ini
disebut kaum atau suku. Kaum atau suku mempunyai tanggung jawab terhadap tingkah laku anggotanya. Karena itu, apabila seseorang melakukan kejahatan yang patut dihukum,
maka kaum atau sukunyalah yang akan memberikan hukuman.
106
a. Undang-undang Delapan
Undang-undang delapan cemoh nan bakaadaan menyatakan nama kejahatan yang dilakukan, yaitu:
Dago dati mambari malu, Sumbang salah laku parangai.
Samun saka tagak di bateh, Umbuak umbi budi marangkak.
Curi maliang taluang dindiang, Tikam bunuah padang badarah.
104
Ibid.,
105
Idrus Hakimy, Op.cit., hal. 138
106
A.A Navis, Op.Cit., hal. 109-110
Universitas Sumatera Utara
Sia baka sabatang suluah, Upeh racun batabuang sayak
107
1. Tikam bunuah tikam bunuh. Tikam ialah perbuatan yang melikau orang atau
milik orang. Bunuh ialah perbuatan yang menghilangkan nyawa orang atau milik orang dengan menggunakan kekerasan.
Undang-undang delapan terdiri dari delapan pasal yang mencantumkan jenis kejahatan. Setiap pasal mengandung dua macam kejahatan, yang sifatnya sama tetapi
kadarnya bebeda.Urutan pasal undang-undang dua puluh adalah:
2. Upeh racun upas racun. Upas ialah perbuatan yang menyebabkan seseorang
jatuh sakit setelah menelan makan atauminuman yang telah diberi ramuan yang berbisa atau beracun. Racun ialah perbuatan yang menyebabkan seseorang
meninggal setelah menelan makanan atau minuman yang telah diberi ramuan berbisa atau beracun.
3. Samun saka samun saka. Samun ialah perbuatan merampok milik orang
dengan cara melakukan pembunuhan. Sakar ialah perbuatan merampok milik orang dengan cara kekerasan atau aniaya. Pasal ini mempunyai sampiran, yaitu
rabuk rampeh rebut rampas. Rebut ialah perbuatan mengambil barang yang dipegang pemiliknya lalu melarikannya. Rampas ialah perbuatan mengambil
milik orang secara tidak berhak dan melakukan ancaman. 4.
Sia baka siar bakar. Siar ialah perbuatan membuat api yang mengakibatkan milik orang lain sampai terbakar. Bakar ialah perbuatan membakar barang
orang lain. 5.
Maliang curi maling curi. Maling ialah perbuatan mengambil milik orang dengan melakukan pengrusakan atas tempat penyimpanannya. Curi ialah
perbuatan mengambil milik orang lain secara sambil lalu selagi pemiliknya sedang lengah.
6. Dago dagi daga dagi. Daga ialah perbuatan pengacauan dengan desas desus
sehingga terjadi kehebohan. Dagi ialah perbuatan menyebarkan fitnah sehingga merugikan yang bersangkutan.
107
Idrus Hakimy,Op.cit., hal. 139
Universitas Sumatera Utara
7. Kicuah kicang kicuh kicang. Kicuh ialah perbuatan penipuan yang
mengakibatkan kerugian orang lain. Kicang ialah perbuatan pemalsuan yang dapat merugikan orang lain. Pasal ini mempunyai sampiran, yaitu umbuak
umbai umbuk umbai. Umbuk ialah perbuatan penyuapan pada seseorang yang dapat merugikan orang lain. Umbai ialah perbuatan membujuk seseorang agar
sama-sama melakukan kejahatan. 8.
Sumbang salah. Sumbang ialah perbuatan yang menggauli seseorang yang tidak boleh dinikahi. Salah ialah perzinaan dengan istri orang.
108
b. Undang-undang Dua Belas
Undang-undang dua belas merupakan bagian dari undang-undang dua puluh yang terdiri dari dua belas pasal yang dapat dijadikan alasan untuk menangkap dan menghukum
seseorang. Undang-undang dua belas tuduah nan bakatunggangan, yaitu : Anggang lalu atah jatuah,
Pulang pagi babasah-basah, Bajalan bagageh gageh,
Kacondongan mato rang banyak, Dibaok ribuik dibaok angin,
Dibaok pikek dibaok langau, Tasindoroang jajak manurun,
Takukiak jajak mandaki, Bajua murah-murah,
Batimbang jawab ditanyoi, Alah bauriah bak sipasin,
Lah bajajak nan bak bakiek.
109
108
A.A. Navis,Op.cit.,hal. 110-111
109
Idrus Hakimy, Loc.cit.,
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang dua belas terdiri atas dua bagian. Bagian pertama terdiri dari enam pasal. Bagian pertama disebut dengan tuduh. Yaitu pasal-pasal yang dapat menjadikan
seseorang sebagai tertuduh dalam melakukan kejahatan. Setiap pasal mengandung dua macam alasan tuduhan. Urutan pasal tersebut ialah :
1. Tatumbang taciak tertumbang terciak. Tertumbang ialah tersangka tidak dapat
lagi menangkis tuduhan yang didakwakan kepadanya. Terciak ialah tersangka mengakui tuduhan yang didakwakan kepadanya.
2. Tatando tabukti tertanda terbukti. Tertanda ialah ditemukannya milik
terdakwa di tempat kejahatan. Terbukti ialah ditemukannya benda-benda yang berasal dari tempat kejahatan pada terdakwa.
3. Tercancang tarageh tercancang teregas. Tercencang ialah ditemukannya
bekas, akibat, atau milik terdakwa di tempat kejahatan. Teregas ialah ditemukannya pada tubuh terdakwa bekas yang ditimbulkan benda yang berada
di tempat kejahatan itu. 4.
Taikek takabek terikat terkebat. Terikat ialah terdakwa terpergok sedang melakukan kejahatan. Terkebat ialah terdakwa tepergok pada tempat kejahatan.
5. Talala takaja terlatar terkejar. Terlatar ialah terdakwa dapat ditemukan di
tempat persembunyiannya. Terkejar ialah terdakwa dapat ditangkap pada suatu pengejaran.
6. Tahambek tapukua terhambat terpukul. Terhambat ialah terdakwa dapat
ditangkap setelah pengepungan. Terpukul ialah terdakwa dapat tertangkap setelah dimukul atau dikeroyok.
110
Enam pasal lainnya pada undang-undang dua belas dinamakan cemo cemar. Keenam pasal ini merupakan prasangka terhadap seseorang sebagai orang yang telah
melakukan suatu kejahatan sehingga ada alasan untuk menangkap atau untuk memeriksanya. Keenam pasal tersebut ialah ;
1. Basuriah bak sipasin, bajajak bak bakiak bersurih bagai sipasin, berjejak bagai
bekik. Maksud pasal tersebut ialah ditemukan jejak seseorang atau tanda-tanda di tanah. Tanda tersebut apabila diikuti menuju ke arah tersangka.
110
A.A Navis, Op.Cit., hal. 111
Universitas Sumatera Utara
2. Enggang lalu, ata jatuah enggang lewat, atal jatuh. Maksud pasal ini ialah di
tempat kejahatan terjadi, seseorang terlihat sedang berada di tempat itu. 3.
Kacondongan mato urang banyak kecendrungan mata orang banyak. Maksudnya ialah seseorang telah menarik perhatian orang banyak karena
hidupnya telah berubah tanpa diketahui sebab musababnya. 4.
Bajua murah-murah menjual murah-murah. Maksudnya ialah didapati seseorang menjual suatu benda dengan harga yang sangat murah, seolah-olah
menjual benda yang bukan miliknya. 5.
Jalan bagageh-gageh berjalan tergesa-gesa. Maksudnya ialah didapati seseorang sedang berjalan tergesa-gesa pada suatu saat dan tempat yang tidak
tepat, seolah-olah ia sedang ketakutan. 6.
Dibao pikek, dibao langau dibawa pikat, dibawa lalat. Maksudnya ialah didapati seseorang sedang hilir mudik pada suatu tempat tanpa diketahui
maksudnya dengan jelas sehingga menimbulkan kecurigaan.
111
3.3 Cupak
Cupak ialah ukuran yang dipergunakan sehari-hari di Minangkabau untuk penakar beras yang akan dimasak atau dijual. Dalam pelaksanaannya, cupak adalah ukuran yang
tidak boleh dikurangi atau dilebihi, artinya dilebihi untuk keuntungan pribadi dan dikurangi untuk kerugian orang lain.
112
Dalam adat, cupak dijadikan ukuran dalam kehidupan bermasyarakat, yang mengatur dalam bidang hukum untuk menyelesaikan
sengketa yang terjadi sesama manusia, begitu juga ukuran dalam memberikan arah dalam kehidupan sehingga mencapai tujuan yang sempurna dan terjaminnya keamanan dalam
masyarakat.
113
111
A.A Navis, Op.Cit., hal. 112
112
Idrus Hakimy, Op.Cit., hal. 140
113
Ibid., hal. 141
Universitas Sumatera Utara
Cupak terbagi empat, yaitu : 1.
Cupak usali cupak asli. Yaitu ukuran peraturan dalam menyelesaikan suatu persengketaan dalam masyarakat yang bertujuan agar dapat tercapai kehendak
hukum yang sebenarnya, dan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
114
Cupak usali merupakan peraturan-peraturan yang asli tentang adat dan syarak yang tidak dapat ditambah maupun dikurangi.
Cupak usali ialah sesuatu yang diumumkan pada hati manusia. Maksudnya ialah cara seorang hakim menyelesaikan menghukum dalam suatu perkara yang timbul
antara manusia, hendaklah dilaksanakan dengan seadil-adilnya, serta menuruti segala prosedur dan syarat yang mutlak dalam melaksanakan penyelesaian, dan
seharusnya menurut alur dan patut.
115
2. Cupak buatan. Yaitu suatu peraturan yang menguntungkan kepada umum dalam
mencapai kesempurnaan hidup dan kehidupan, seperti melaksanakan peraturan adat Mianangkabau yang kewi dalam setiap aspek kehidupan dan mengerjakan serta
mengamalkan ajaran agama Islamsyarak.
116
Peraturan-peraturan yang dibuat oleh cupak ini ialah peraturan adat dalam satu nagari. Peraturan tersebut memberi kebaikan dalam pergaulan. Sebab, apabila
sudah dapat dilaksanakan akan membawa hasil yang baik dalam hubungan yang satu dengan yang lain.
117
3. Cupak tiruan. Yaitu keinginan yang dimiliki sebagian orang karena dalam
keinginan yang dimaksudkan itu tidak semua orang menyukainya. Adakalanya karena tidak adanya kesanggupan untuk memiliki keinginan tersebut dan
adakalanya karena tidak adanya kesukaan terhadap keinginan tersebut. Seperti pakaian yang indah, permainan yang disukai, dan lain-lain.
118
4. Cupak nan piawai. Yaitu suatu pekerjaan dalam masyarakat untuk tercapai
kehidupan yang sempurna dan pergaulan yang baik serta kebutuhan hidup yang
114
Idrus hakimy, Op.Cit., hal. 146
115
Idrus Hakimy, Op.Cit., hal.142
116
Ibid.,
117
Idrus Hakimy, Op.Cit., hal. 147
118
Ibid., hal. 147
Universitas Sumatera Utara
diridhai oleh Allah SWT.
119
3.4 Hukum Adat Minangkabau
Cupak yang piawai merupakan peraturan ukuran yang sangat dibutuhkan dan disukai untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia,
seperti bercocok tanam pertanian, memelihara yang bernyawa beternak.
Dalam masyarakat yang kolektif seperti Minangkabau, yang memandang setiap orang adalah anggota kaumnya dan setiap kaum adalah warga masyarakat yang harus
disegani dan dimuliakan dengan status yang sama, azas kehidupan mereka berpola pada rasa kebersamaan dan persamaan. Dengan demikian, hukuman yang diberikan kepada
tertuduh kejahatan adalah berdasarkan azas kekeluargaan.
120
3.4.1 Pampasan ganti rugi
Setiap kesalahan yang dilakukan oleh seseorang , yang bertanggung jawab adalah kerabat atau kaum pelaku kejahatan karena ia adalah anggota kaumnya. Orang yang
menjadi korban kejahatan harus diberi pampasan ganti rugi oleh kerabat si pelaku kejahatan.
Berat ringannya pampasan ditentukan oleh empat pasal yang diungkapkan pepatah Minang berikut:
1. Mancancang mamapeh, mambunuh mambangun mencencang memampas,
membunuh membangun. Mencencang memampas maksudnya siapa yang menimbulkan kerusakan terhadap seseorang atau terhadap milik seseorang,
maka hukumannya ialah wajib memberikan ganti rugi. Membunuh membangun maksudnya siapa yang membunuh seseorang atau
milik seseorang maka hukumnya ialah menghidupkan kembali yang terbunuh.
121
119
Ibid.,
120
A.A. Navis.Op.Cit., hal.112
121
Ibid.,hal. 113
Apabila yang mengalami kerusakan atau terbunuh adalah ternak atau barang, maka pelaku wajib mengganti rugi sepenuhnya, sedangka barang atau ternak
yang rusak menjadi milik pelaku kejahatan.
Universitas Sumatera Utara
Apabila menyebabkan seseorang terbunuh, maka pelaku kejahatan menjadi milik kerabat si terbunuh.
2. Mamakan mamuntahkan, maambiak mangambalikan memakan memuntahkan,
mengambil mengembalikan. Memakan memuntahkan maksudnya apabila kesalahan tersebut berupa “memakan” milik orang lain, maka ia berkewajiban
memuntahkan kembali yang dimakannya itu. Mengambil mengembalikan maksudnya apabila seseorang mencuri milik seseorang maka ia berkewajiban
mengembalikan kepada pemiliknya. Hukuman yang diberikan kepada pelaku kejatahan ini diatur sendiri oleh
kerabatnya. 3.
Sasek suruik, gawa maubah sesat surut, gawal mengubah. Sesat surut maksudnya setiap orang memiliki hak dan kewajiban untuk memperbaiki
kesalahannya. Gawal mengubah artinya setiap orang yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya mempunyai hak dan kewajiban untuk mengubah
pekerjaannya kembali. 4.
Bautang mambaia, bapiutang manarimo berhutang membayar, berpiutang menerima. Berhutang membaya maksunya setiap orang yang berhutang wajib
membayar hutangnya. Berpiutang menerima maksudnya setiap orang yang berpiutang berhak menerima kembali piutangnya.
122
3.4.2 Jenis hukuman
Setiap orang yang melakukan kesalah akan dihukum oleh kerabat atau kaumnya. Berat ringannya hukuman yang diterimanya tergantung pada berat ringannya kesalahan
yang dilakukan. Namun dalam adat tidak ada jenis hukuman mati, hukuman penjara dan hukuman siksa. Ada empat jenis hukuman sebagai pampasan ganti rugi atas dasar
pertimbangan yang setimpal dengan sifat kesalahan yang dilakukan. Empat jenis hukuman tersebut ialah :
1. Ditimbang jo bicaro ditimbang dengan bicara. Ialah bentuk hukuman damai,
setelah yang melakukan kesalahan mengakui dan meminta maaf.
122
Ibid.,hal. 113-114
Universitas Sumatera Utara
2. Ditimbang jo budi ditimbang dengan budi. Ialah bentuk hukuman dimana
kerabat yang bersalah memiliki kewajiban untuk mengadakan perjamuan di hadapan orang banyak dan terdakwa atau salah seorang kerabat terdakwa
menyatakan kesalahannya. Kesalahan yang dilakukan dibayar dengan menjalin ikatan kekeluargaan, seperti dengan melakukan ikatan perkawinan antara
kerabat pelaku dengan kerabat penderita. Atau bahkan pelaku melaksanakan perkawinan dengan kerabat penderita.
3. Ditimbang jo ameh perak ditimbang dengan emas dan perak. Maksudnya
ialah kesalah yang dilakukan diganti dalam bentuk harta. 4.
Ditimbang jo badan nyao ditimbang dengan badan dan nyawa. Maksudnya yang bersalah harus menyerahkan badan dan nyawanya kepada kerabat
penderita apabila kesalahan yang dilakukan berupa pembunuhan.
123
3.4.3 Hukum Buang
Orang yang berhak memberikan hukuman kepada pelaku kejahatan adalah kaumnya. Sedangkan pihak memiliki kewajiban untuk mendukung hukuman yang
diberikan tersebut. Apabila seseorang melakukan kejahatan terhadap anggota kaumnya, maka pihak lain tidak memiliki hak untuk mencampuri meskipun kesalahan yang
dilakukan adalah kesalahan yang berat. Pelaku kejahatan yang tidak dapat diampuni disebabkan karena tingkah lakunya tidak dapat diubah, maka bagi pelaku berlaku hukum
buang. Ada tiga jenis hukum buang, yaitu:
1. Buang siriah buang sirih. Artinya pengucilan terhadap kaumnya sendiri.
Sehingga hak dan kewajibannya terhadap kaumnya dicabut. Demikian pula hak dan kewajiban kaum tehadapnya akan dicabut pula.
2. Buang biduak buang biduk. Artinya pengucilan yang dilakukan oleh semua
kaum atan penduduk nagari tempat kediamannya. 3.
Buang tingkarang. Artinya pengusiran terhadap pelaku kejahatan dari nagari kediamannya.
123
Ibid., hal. 114-115
Universitas Sumatera Utara
4. Buang daki buang deki. Artinya pengusiran yang dilakukan terhadan pelaku
kejahatandari nagari tempat kediamannya dan harta bendanya dirampas kemudian diberikan kepada keluarga penderita kejahatan.
124
3.4.4 Peradilan
Setiap orang Minangkabau merupakan saudara dari yang lain.oleh karena itu maka sistem peradilan yang digunakan adalah sistem kekeluargaan. Pelaksanaan peradilan
dilakukan bertingkat, yaitu bakandang ketek dan bakandang gadang berkandang kecil dan berkandang besar. Berkandang kecil artinya kejahatan yang dilakukan oleh anggota
kerabat terhadap kerabatnya sendiri, maupun kejahatan yang dilakukan oleh salah seorang anggota suatu kaum terhadap anggota kaumnya sendiri. Maka yang berhak untu mengadili
adalah kaumnya. Berkandang besar artinya kejahatan yang dilakukan oleh anggota suatu kaum terhadap kaum yang berbeda sukunya, maka yang mengadili adalah pimpinan
nagari.
125
Pelaksanaan peradilan berkandang besar dilakukan di balairung. Orang-orang yang terlibat dalam perkarahadir dan didampingi oleh penghulu masing-masing. Penghulu dari
pihak terdakwa akan bertindak sebagai pembela, sedangkan penghulu dari pihak pendakwa akan bertindak sebagai jasa. Penghulu dari pihak ketiga yang tidak terlibat dalam perkara
akan bertindak sebagai juri dan hakim.
126
Apabila yang menjadi pelaku kejahatan adalah orang luar atau berasal dari nagari lain maka kepadanya tidak dapat dilaksanakan hukum peradilan. Kepadanya uga tidak bisa
diminta pampasan atau ganti rugi terhadap kejahatan yang telah dilakukannya. Namun biasanya terhadap pelaku kejahatan berlaku hukum masyarakat, yaitu dilakukan
pengeroyokan di tempat sepi atau di tempat keramaian seperti pasar.
127
Peradilan yang dilaksanakan berpegang pada pola bahwa pihak yang bersengketa adalah saudara sendiri. Maka kebijaksanaan peradilan yang dilakukan bertolak pada
pepatah “ maelo rambuik dalam tapuang, rambuik ndak putuih,tapuang ndak taserak menghela rambut dalam tepung, rambut tidak putus, tepung tidak berserak. Artinya
apabila keputusan telah diambil, diharapkan tidak menimbulkan persengketaan yang baru
124
Ibid.,
125
Ibid., hal. 116
126
Ibid.,
127
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
atau kebijaksanaan yang diambil tidak menimbulkan kesengsaraan yang tidak terderitakan oleh yang terkena hukuman.
Karena itu, peradilan yang dilakukan mempunyai sistem kebijaksanaan yang pedomannya terdiri atas empat, yaitu:
1. Dicari jo bicarao dicari dengan bicara, ialah upaya mencari perdamaian antara
kedua belah pihak yang bersengketa. 2.
Dicari jo hukum dicari dengan hukum, artinya apabila usaha perdamaian antara kedua belah pihak tidak didapatkan maka persengketaan akan
diselesaikan menurut undang-undang yang berlaku 3.
Dicari jo alua dan patuik dicari dengan alur dan patut, artinya apabila pelaku terbukti melakukan kesalahan dan hukuman yang akan dijatuhkan telah didapat,
perlu dipertimbangkan lagi kemampuan pelaku untuk menjalani hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya.
4. Dicari jo sakato disari dengan sekata, artinya apabila keputusan telah diambil,
maka kedua belah pihak harus menerima dan sama-sama melaksanakan keputusan tersebut. Namun apabila hukuman yang diberikan berupa pampasan
ganti rugi yang tidak sanggup dipikul oleh pelaku dan kerabatnya, maka perlu dilakukan pencarian kata sepakat.
128
128
Ibid., hal. 116-117
Universitas Sumatera Utara
Bab IV Sistem Pemerintahan Nagari Cingkariang Menurut Perda No. 12 Tahun
2007 Tentang Pemerintahan Nagari.
1. Pembentukan Nagari dan Pemerintahan Nagari.
Pengertian nagari menurut Perda kab. Agam No.12 tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas
wilayah tertentu berdasarkan filisofi adat Minangkabau adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dan atau berdasarkan asal usul dan adat salingka nagari.
129
Pemerintahan nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah nagari dan badan permusyawaratan nagari dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indunesia.
130
a. Jumlah penduduk 2000 jiwa atau 400 KK atau lebih
Pembentukan pemerintahan nagari dimaksudkan dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Pembentukan pemerintahan nagari ini haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
b. Luas Wilayah minimal 600 Ha.
c. Wilayah kerja dapat dijangkau dan memiliki jaringan perhubungan antar
jorong. d.
Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat.
e. Memiliki potensi nagari berupa sumber daya alam dan sumber daya
manusia. f.
Memiliki batas nagari yang jelas.
129
Peraturan Daerah Kabupaten Agam, Op.cit , Pasal 1 Ayat 6.
130
Ibid., pasal 1 ayat 8
Universitas Sumatera Utara
g. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan
pemerintahan nagari. h.
Adanya perbedaan struktur adat dalam satu nagari. i.
Kemampuan keuangan daerah j.
Rekomendasi atau pertimbangan dari KAN. Pembentukan pemerintahan nagari juga harus atas persetujuan Bamus Nagari
sebagai unsur penyelenggara urusan pemerintahan nagari. Disamping syarat di atas, untuk membangun sebuah nagari juga harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut : a.
Babalai-bamusajik b.
Balabuah-batapian c.
Basawah-baladang d.
Babanda-babatuan e.
Batanam nan Bapucuak f.
Mamaliaro nan banyao g.
Basuku-basako h.
Niniak mamak nan ampek suku i.
Baadat balimbago j.
Bapandam bapakuburan k.
Bapamedanan l.
Kantua Nagari Pembentukan pemerintahan nagari dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan
memperhatikan asal usul nagari, adat istiadat dan kondisi sosial budaya masyarakat
Universitas Sumatera Utara
setempat. Pembentukan nagari ini dapat dilakukan setelah pemerintahan nagari berjalan paling sedikit 5 lima tahun.
131
a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul nagari
Pemerintah nagari sebagai penyelenggaran urusan nagari yang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat memiliki kewenangan. Kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah nagari mencakup :
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang diserahkan
pengaturannya kepada nagari. c.
Tugas pembantuan kepada pemerintah, Pemerintah provinsi dan Pemerintah Daerah.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh pengaturan perundang-undanagn
diserahkan kepada nagari.
132
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang pengaturannya diserahkan kepada nagari adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat
meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Pemerintahan Nagari Menurut Perda kab. Agam No. 12 tahun 2007 Tentang Pemerintahan Nagari