Fase Koto Fase Nagari

Taratak merupakan pemukiman yang paling luar dari kesatuan nagari, juga merupakan perladangan dengan berbagai huma di dalamnya. Pimpinannya disebut tuo tua atau ketua. Taratak belum mempunyai penghulu, dan oleh karenanya rumah-rumahnya belum boleh bergonjong. 45

1.2 Fase Dusun

Sudah menjadi kebiasaan nenek moyang kita untuk berpindah-pindah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin produktif wilayah yang dihuni, semakin lama mereka menetap. Tentu saja semakin lama anggota keluarga semakin bertambah. Sehingga semakin bertambah warga atau kaum wilayah tersebut. Dusun merupakan permukiman yang telah lebih banyak penduduknya. Telah mempunyai tempat ibadah seperti surau. Telah dapat mendirikan rumah gadang dengan dua gonjong, tetapi belum mempunyai penghulu. Pimpinan pemerintaha dinamakan tuo dusun. Telah boleh melakukan kenduri atau perhelatan tetapi belum boleh melakukan hak bantai memotong ternak berkaki empat. 46

1.3 Fase Koto

Karena anak kemenakan berkembang, wilayah semakin lebar maka aturan dan norma hidup semakin diperluas skopnya,membutuhkan adanya pemimpin di wilayah tersebut. Maka dipilihlah pangatuotuo kampung dan didirikanlah rumah gadang secara bergotong royong sebagai pelambang kebesaran pemimpin. Diharapkan dengan adanya pemimpin dengan segala hak dan kewajiban dan atributnya akan tercipta masyarakat harmonis, elok susunnya bak siriah rancak liriknyo bak maatua bagai sirih yang bagus susunannya setelah dijalin. 47 Koto merupakan permukiman yang telah mempunyai hak-hak dan kewajiban seperti nagari, pimpinan ditangan peghulu, tetapi balairungnya tidak mempunyai dinding. 48 44 Dapat dilihat pada http:www.cimbuak.netcontentview307 . Diakses pada tanggal 6 Januari 2010. 45 A.A Navis, Alam Terkembang Jadi Guru, Adat Dan Kebudayaan Minangkabau, Jakarta: Grafiti Press,1984, hal.94. 46 Ibid. 47 Dapat dilihat pada http:www.cimbuak.netcontentview307 . Diakses pada tanggal 6 Januari 2010. 48 A.A navis, Loc.cit. Universitas Sumatera Utara

1.4 Fase Nagari

Dalam fase ini ada beberapa kelompok yang memisahkan diri dari inti, coba merantau kedaerah yang relatif dekat, kemudian di daerah baru tersebut mengalami fase yang sama dengan daerah asal. Dari taratak manjadi dusun, dari dusun manjadi koto, tetapi mereka tetap menjalin hubungan yang erat dan memakai aturan dan norma yang sama dengan daerah asal. Agar hubungan kekerabatan tidak putus karena telah berdiri beberapa koto, maka dengan kesepakatan beberapa tuo kampung yang memiliki kaitan norma dan kekeluargaan maka didirikanlah nagari. Dan daerah asal disebut jorong. 49 Nagari merupakan permukiman yang telah mempunyai alat kelengkapan pemerintahan yang sempurna. Didiami sekurang-kurangnya empat suku penduduk dengan penghulu pucuk atau penghulu tua selaku pimpinan pemerintahan tertingginya. 50 Keempat fase terbentuknya nagari ini dalam adat Minangkabau disebut dengan koto nan ampek koto nan empat, yang merupakan tingkat daerah permukiman wilayah pemerintahan nagari.Tingkat permukiman yang lebih rendah dapat berkembang hingga mencapai status permukiman yang bertingkat lebih tinggi. 51 Dengan berdasarkan seia-sekatasakato, mulailah kata mufakatmusyawarah merupakan prinsip dasar dari masyarakat yang terdiri dari beberapa koto yang sekarang disebut nagari. Dengan hasil mufakat dan musyawarah bersama suatu nagari dipagari dengan undang-undang yang mengatur tentang daerah yang merupakan unsur nagari, seperti suku, korong, kampung, undang-undang yang mengatur tentang hak milik, ulayat kaum, suku dan nagari. 52 Uraian tentang terjadinya suatu nagari di Minangkabau, semenjak dari taratak, dusun, koto, sampai menjadi nagari merupakan tempat-tempat mulai dikembangkan rasa kebersamaan, kesatuan dan persatuan, rasa menjunjung tinggi prinsip sakato musyawarah- mufakat, saling menghormati dan bantu membantu. Kesemua itu merupakan unsur-unsur 49 http:www.cimbuak.netcontentview397 . Diakses pada tanggal 6 Januari 2010. 50 A.A Navis. Loc.cit. 51 Ibid. 52 Idrus Hakimi, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994, hal. 115. Universitas Sumatera Utara pentingdari ajaran adat Minangkabau yang pada mulanya hakikatnya terdiri dari empat macam, yaitu ; a. Raso, yang membina rasa kemanusiaan, saling menghormati. b. Pariso, yang membina setelah melihat kenyataan pentingnya arti sakato yang melahirkan kekuatan yang disebut persatuan. c. Malu, ajaran yang membina pentingnya prinsip musyawarah dan mufakat. d. Sopan, sifat yang membina rasa keadilan dan sosial yang saling membantu, tolong menolong, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. 53 Susunan organisasi masyarakat Minang di nagari, yaitu: 1. Paruik Paruik sudah mempunyai persekutuan hukum. Kelompok paruik ini merupakan satu keluarga besar famili. 2. Jurai Jurai berasal dari paruik yang sudah berkembang. Perkembangan paruik itu memicu timbulnya keharusan membelah diri menjadi satu kesatuan yang berdiri sendiri. Inilah yang disebut dengan jurai. 3. Suku Suku merupakan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya dari Jurai. Organ masyarakat dalam suku ini merupakan kesatuan-kesatuan matrilineal baru disamping paruik asalnya yang bertali darah dilihat dari garis ibu. Namun suku tidak merupakan satu persekutuan hukum, karena suku dapat berpencar di lain wilayah. Artinya suku tidak terikat dengan teritorial, tetapi terikat tali darah dari garis ibu. Karena itu, dimana saja suku yang merasa satu kesatuan masyarakat yang sama merasa setali darah badunsanak. 4. Kampung Kampung adalah kelanjutan dari paruik. Paruik berkembang menjadi jurai. Disamping paruik dan jurai berkembang lagi kesatuan matrilineal baru yaitu suku. Mereka 53 Ibid., hal. 116. Universitas Sumatera Utara mendirikan rumah berdekatan. Kelompok rumah yang se-paruik, se-jurai dan se-suku inilah yang disebut kampung. 5. Nagari Nagari kelanjutan dari paruik, jurai, suku dan kampung. Bila kampung lama sudah habis tanah mendirikan rumah, keluarga besar, sawah dan ladang menjadi sempit, maka mereka mencari lahan baru. Lahan baru itu dibersihkan menjadi taratak. Bagian dari anggota paruik atau jurai atau sesuku dalam kampung yang lama ada yang ingin pindah ke wilayah baru itu. Taratak berkembang menjadi dusun, dusun memiliki wilayah pusat bernama koto. Masyarakat yang se-paruik,se-jurai,se-suku mendirikan rumah berdekat- dekatan yang kemudian membentuk kampung. Lama kelamaan kampung menjadi banyak dan terbentuklah nagari. 54 Untuk kelancaran pemerintahan nagari mulai dari taratak sampai ke nagari sudah diatur secara bertingkat sedemikian rupa. Nagari sebagai wilayah sudah memiliki alat kelengkapan pemerintahan. Struktur pertama dari bawah rumah batungganai sebagai kepala keluarga saudara laki-laki tertua mamak tertua dalam paruik. Kedua bamamak yakni mamak kaum sebagai penghulu andikodipilih dari tungganai. Ketiga kampung ba nan tuo yakni tuo kampung kepala jorong dipilih dari penghulu andiko, keempat kepala bertali darah suku dipimpin penghulu suku nan 4 di nagari. Nagari Minang dominan faktor genealogis pertalian darah. Suasana suku lebih terasa di nagari minang daripada teritorial. Namun walaupun demikian, minang tidak mengabaikan wilayah. Nagari memiliki batas-batas wilayah nagari yang kuat ditetapkan dengan sumpah setia nenek moyang ketika nagari baru dibuat. Dalam nagari tidak setapak pun tanah tak bermilik. Mulai dari ulayat nagarirajo, ulayat sukupenghulukaum, sampai milik wakaf dan milik privat yakni ulayat pribadi. 55

2. Sistem Pemerintahan Nagari Menurut Adat Minangkabau