Undang-undang Dua Belas Peraturan Perundang-undangan dan Hukum adat Minangkabau 1 Adat

7. Kicuah kicang kicuh kicang. Kicuh ialah perbuatan penipuan yang mengakibatkan kerugian orang lain. Kicang ialah perbuatan pemalsuan yang dapat merugikan orang lain. Pasal ini mempunyai sampiran, yaitu umbuak umbai umbuk umbai. Umbuk ialah perbuatan penyuapan pada seseorang yang dapat merugikan orang lain. Umbai ialah perbuatan membujuk seseorang agar sama-sama melakukan kejahatan. 8. Sumbang salah. Sumbang ialah perbuatan yang menggauli seseorang yang tidak boleh dinikahi. Salah ialah perzinaan dengan istri orang. 108

b. Undang-undang Dua Belas

Undang-undang dua belas merupakan bagian dari undang-undang dua puluh yang terdiri dari dua belas pasal yang dapat dijadikan alasan untuk menangkap dan menghukum seseorang. Undang-undang dua belas tuduah nan bakatunggangan, yaitu : Anggang lalu atah jatuah, Pulang pagi babasah-basah, Bajalan bagageh gageh, Kacondongan mato rang banyak, Dibaok ribuik dibaok angin, Dibaok pikek dibaok langau, Tasindoroang jajak manurun, Takukiak jajak mandaki, Bajua murah-murah, Batimbang jawab ditanyoi, Alah bauriah bak sipasin, Lah bajajak nan bak bakiek. 109 108 A.A. Navis,Op.cit.,hal. 110-111 109 Idrus Hakimy, Loc.cit., Universitas Sumatera Utara Undang-undang dua belas terdiri atas dua bagian. Bagian pertama terdiri dari enam pasal. Bagian pertama disebut dengan tuduh. Yaitu pasal-pasal yang dapat menjadikan seseorang sebagai tertuduh dalam melakukan kejahatan. Setiap pasal mengandung dua macam alasan tuduhan. Urutan pasal tersebut ialah : 1. Tatumbang taciak tertumbang terciak. Tertumbang ialah tersangka tidak dapat lagi menangkis tuduhan yang didakwakan kepadanya. Terciak ialah tersangka mengakui tuduhan yang didakwakan kepadanya. 2. Tatando tabukti tertanda terbukti. Tertanda ialah ditemukannya milik terdakwa di tempat kejahatan. Terbukti ialah ditemukannya benda-benda yang berasal dari tempat kejahatan pada terdakwa. 3. Tercancang tarageh tercancang teregas. Tercencang ialah ditemukannya bekas, akibat, atau milik terdakwa di tempat kejahatan. Teregas ialah ditemukannya pada tubuh terdakwa bekas yang ditimbulkan benda yang berada di tempat kejahatan itu. 4. Taikek takabek terikat terkebat. Terikat ialah terdakwa terpergok sedang melakukan kejahatan. Terkebat ialah terdakwa tepergok pada tempat kejahatan. 5. Talala takaja terlatar terkejar. Terlatar ialah terdakwa dapat ditemukan di tempat persembunyiannya. Terkejar ialah terdakwa dapat ditangkap pada suatu pengejaran. 6. Tahambek tapukua terhambat terpukul. Terhambat ialah terdakwa dapat ditangkap setelah pengepungan. Terpukul ialah terdakwa dapat tertangkap setelah dimukul atau dikeroyok. 110 Enam pasal lainnya pada undang-undang dua belas dinamakan cemo cemar. Keenam pasal ini merupakan prasangka terhadap seseorang sebagai orang yang telah melakukan suatu kejahatan sehingga ada alasan untuk menangkap atau untuk memeriksanya. Keenam pasal tersebut ialah ; 1. Basuriah bak sipasin, bajajak bak bakiak bersurih bagai sipasin, berjejak bagai bekik. Maksud pasal tersebut ialah ditemukan jejak seseorang atau tanda-tanda di tanah. Tanda tersebut apabila diikuti menuju ke arah tersangka. 110 A.A Navis, Op.Cit., hal. 111 Universitas Sumatera Utara 2. Enggang lalu, ata jatuah enggang lewat, atal jatuh. Maksud pasal ini ialah di tempat kejahatan terjadi, seseorang terlihat sedang berada di tempat itu. 3. Kacondongan mato urang banyak kecendrungan mata orang banyak. Maksudnya ialah seseorang telah menarik perhatian orang banyak karena hidupnya telah berubah tanpa diketahui sebab musababnya. 4. Bajua murah-murah menjual murah-murah. Maksudnya ialah didapati seseorang menjual suatu benda dengan harga yang sangat murah, seolah-olah menjual benda yang bukan miliknya. 5. Jalan bagageh-gageh berjalan tergesa-gesa. Maksudnya ialah didapati seseorang sedang berjalan tergesa-gesa pada suatu saat dan tempat yang tidak tepat, seolah-olah ia sedang ketakutan. 6. Dibao pikek, dibao langau dibawa pikat, dibawa lalat. Maksudnya ialah didapati seseorang sedang hilir mudik pada suatu tempat tanpa diketahui maksudnya dengan jelas sehingga menimbulkan kecurigaan. 111

3.3 Cupak