Pemerintah Nagari Menurut Adat Minangkabau

d. Bahuma babendang Maksudnya ialah setiap nagari haruslah memiliki pengaturan keamanan nagari dari gangguan yang datang dari luar terhadap harta benda serta pengaturan informasi resmi tentang berbagai hal yang perlu diketahui, seperti musim turun ke sawah, gotong royong, dan kondisi yang perlu dilaksanakan bersama agar segala sesuatau tidak menjadi simpang siur. e. Balabuah batapian Maksudnya ialah dalam nagari harus ada pengaturan perhubungan dan lalu lintas serta perdagangan. f. Basawah baladang Maksudnya ialah dalam nagari terdapat pengaturan sistem usaha pertanian serta harta benda yang menjadi sumber kehidupan dan hukum pewarisannya. g. Bahalaman bapamedanan Maksudnya ialah dalam nagari terdapat pengaturan rukun tetangga, pesta keramaian dan permainan. h. Bapandam bapusaro Maksudnya ialah dalam nagari terdapat pengaturan masalah kematian beserta upacaranya. 56

2.2 Pemerintah Nagari Menurut Adat Minangkabau

Untuk kelancaran pelaksanaan sistem pemerintahan nagari, adat minangkabau mengaturnya sedemikian rupa seperti yang diungkapkan oleh mamangan : Rang gadih mangarek kuku anak gadis memotong kuku Pangarek pisau sarawik pemotongnya pisau serawik Pangabuang batang tuonyo pemotong batang tuanya Batangnyo ambiak ka lantai Batangnya diambil untuk lantai 56 A.A Navis,Op.Cit., hal. 93. Universitas Sumatera Utara Nagari baampek suku Nagari harus ada empat suku Dalam suku babuah paruik Dalam suku ada keterunan se perut Kampuang bamamak ba nan tuo Kampung punya mamak dan punya ketua kampung Rumah dibari batungganai Rumah ada lelaki sulung Maksudnya, setiap nagari mempunyai empat buah suku. Setiap suku mempunyai beberapa buah perut kaum dari keturunan ibu. Setiap suku mempunyai penghulu, yang dinamai penghulu suku. Keempat penghulu suku inilah yang menjadi pemegang pemerintahan nagari secara kolektif, sedangkan yang memimpin penduduk ialah kepala kaumnya masing-masing, yang disebut penghulu kaum. Sedangkan kampung atau permukiman penduduk diatur seorang yang dinamakan tuo ketua kampung, sebagai organik pimpinan pemerintahan nagari. Kepala rumah tangga disebut tungganai , yaitu seorang laki-laki yang tertua dari keluarga yang mendiami rumah itu, menurut stetsel matrilineal. 57 Secara tradisional, pemimpin dalam masyarakat minangkabau adalah penghulu. Penghulu berhak menjadi pemimpin sebuah nagari. Penghulu dalam memimpin nagari berada dalam kelembagaan kolektif yang biasa dikenal dengan Kerapatan Adat Nagari KAN. Penghulu dari empat suku dalam nagari memilih ketua Kerapatan Adat Nagari KAN, ketua kerapatan nagari langsung menjadi Kapala nagari penghulu palo. Sedangkan tungganaianak lelaki sulung yang berfungsi sebagai kepala keluarga dengan tugasnya sebagai pengawas harta benda kaumnya. 58 Penghulu suku masing-masing mewakili sukunya masing-masing dalam kerapatan nagari, dan mereka inilah yang menjalankan roda pemerintahan nagari. Segala permasalahan harus “berjenjang naik, bertangga turun”, artinya segala permasalahan sebelum sampai kepada pemerintahan nagari harus diselesaikan dari bawah dan bila tidak juga ada penyelesaian, baru dibawa ke tingkat kerapatan nagari. Demikian pula hasil kerapatan nagari agar sampai kepada anak kemenakan juga melalui tingkatan “batanggo turun”. Penghulu-penghulu suku akan menyampaikanya kepada penghulu kaum mamak 57 Ibid.,hal. 106 58 Dapat dilihat pada http:wawasanislam.wordpress.com20090306pemahaman-tentang-nagari . diakses pada tanggal 6 januari 2010. Universitas Sumatera Utara kaum, kemudian mamak kaum menyampaikan kepada tungganai, dari tungganai barulah diteruskan kepada anak kemenakannya. 59 Orang Minangkabau hidup bergolong-golongan dan berkelompok-kelompok yang beraneka ragam. Golongan yang terpenting ialah kekerabatan sedarah dari turunan ibu matrilineal. Golongan itu bertingkat-tingkat , dari tingkatan yang paling kecil sampai ke tingkat yang paling besar merupakan suatu kesatuan yang utuh. Di samping golongan seturunan darah, mereka hidup berkelompok dalam berbagai jenis perkampungan, seperti taratak, dusun, korong koto dan nagari. Dalam perkampungan itu, hiduplah golongan- golongan itu secara berbaur erat dalam bentuk integrasi dan asimilasi antar golongan. Disamping itu, merekapun mempunyai perserikatan dalam jenis pekerjaan, keahlian, kegemaran dan sebagainya tanpa terikat pada golongan keturunan darah, kelompok permukiman dan status sosial. 60 Mamak juga merupakan pemimpin. Pengertian mamak pada setiap laki-laki yang lebih tua juga berarti pernyataan bahwa yang muda memandang yang lebih tua menjadi pimpinannya, sebagaimana yang diungkapkan mamangan “kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu barajo ka nan bana, bana badiri sandirinyo.kemenakan beraja kepada mamak, mamak beraja kepada penghulu, penghulu beraja kepada kebenaran, dan kebenaran akan datang dengan sendirinya. Golongan atau kelompok dalam masyarakat mempunyai pimpinan yang berada di tangan mamak. Pengertian mamak secara harfiah adalah saudara laki-laki ibu. Secara sosiologis, semua laki-laki dari generasi yang ebih tua adalah mamak. Yang tidak termasuk mamak adalah laki-laki kerabat dekat ayah yang dipanggil dengan sebutan bapak atau pak. 61 Pemimpin golongan atau kelompok genealogis berdasarkan turunan ibu matrilineal adalah mamak menurut tingkatannya masing-masing. Pemimpin rumah tangga disebut tungganai, pemimpin kaum disebut mamak kaum, dan pemimpin suku ialah penghulu. 62 Penghulu merupakan andiko dari kaumnya atau raja dari kemenakannya, yang berfungsi sebagai kepala pemerintahan dan menjadi pemimpin, menjadi hakim dan 59 Wawancara dengan Bapak H. Maizar Buchari, BA Dt Muncak, ketua KAN Nagari Cingkariangpada tanggal 31 Desember 2009, di Jorong Sungai Buluah no.100. Nagari Cingkariang, kabupaten Agam. 60 Ibid., hal. 119 61 Ibid., hal. 130 62 Ibid., hal. 131 Universitas Sumatera Utara pendamai dalam kaumnya. Penghulu juga menjadi jaksa dan pembela dalam perkara yang dihadapi kaumya terhadap orang luar. Dalam mengurus kepentingan dan keselamatan kemenakannya, ia bertindak sebagai pengembala yang bersifat mobil, yang tiada bermarkas atau tempat kedudukan.Dalam mengahadapi orang luar, ia hanya dapat dihubungi di rumah pusaka kaumnya, yakni di rumah gadang. Namun di rumah tempat tinggal istrinya, kedudukannya sama dengan urang sumando lainnya. 63 1. Penghulu suku. Jabatan penghulu sebagai pemimpin suku di Minangkabau bertingkat-tingkat, yaitu sebagai berikut : Penghulu suku yaitu penghulu yang menjadi pemimpin suku. Penghulu ini disebut penghulu pucuk menurut kelarasan Koto Piliang, dan penghulu tua menurut kelarasan Bodi Caniago. Penghulu pucuk atau penghulu tua adalah penghulu dari empat suku yang pertama datang membuka nagari tempat kediamannya, mereka merupakan pimpinan kolektif pada nagari itu. Mereka dinamakan dengan penghulu andiko. 2. Penghulu Payung Penghulu payung adalah penghulu yang menjadi pemimpin dari warga suku yang telah membelah diri, karena terjadi perkembangan pada jumlah warga suku pertama. Penghulu belahan baru ini tidak berhak menjadi penghulu tua yang menjadi anggota pimpinan nagari. 3. Penghulu Indu Penghulu indu merupakan penghulu yang menjadi pemimpin warga suku dari mereka yang telah membelah diri dari kaum sepayungnya. Pembelahan ini disebabkan karena pembengkakan jumlah mereka, perselisihan dalam perebutan gelar atau jabatan penghulu atau karena memeerlukan seorang pemimpin bagi kaum mereka yang telah banyak di rantau atau permukiman baru. 63 Ibid., hal. 138-139 Universitas Sumatera Utara Penghulu pucuk atau penghulu tua, penghulu payung serta penghulu indu secara bersama-sama disebut penghulu satu tungku. 64

2.2.1 Yang Berhak Menjadi Penghulu

Menurut mamangan, jabatan seorang penghulu merupakan jabatan yang diwariskan dari niniak ka mamak, dari mamak ka kamanakan yaitu dari ninik ke mamak, dari mamak kepada kemenakan sesuai dengan sistem matrilineal berdasarkan garis keturunan ibu. Kemenakan bagi seorang penghulu adalah semua warga sukunya pada nagari kediamannya. Namun, tidak semua laki-laki warga suku tersebut berhal untuk dicalonkan sebagai penghulu. Kemenakan yang berhak untuk dicalonkan menjadi pengganti panghulu adalah kemenakan dibawah dagu, yaitu kemenakan yang mempunyai pertalian darah. 65 1. Kemenakan di bawah dagu kamanakan di bawah daguak Kemenakan menurut struktur kebudayaan Minangkabau dibedakan menjadi empat jenis. Keempat jenis kemenakan di Minangkabau tersebut adalah : Kemenakan dibawah dagu artinya kemenakan yang memiliki pertalian darah dengan mamaknya, baik yang dekat maupun jauh. 2. Kemenakan di bawah dada kamanakan dibawah dado Kemenakan dibawah dada artinya kemenakan yang ada hubungannya karena sukunya sama namun penghulunya lain. 3. Kemenakan di bawah pusar kamanakan dibawah pusek Kemenakan dibawah pusar artinya kemenakan yang ada hubungannya karena sukunya sama namun berbeda nagari asalnya. 4. Kemenakan di bawah lutut kamanakan di bawah lutuik Kemenakan di bawah lutut artinya seorang kemenakan yang berbeda suku maupun nagari asalnya namun meminta perlindungan di tempatnya. 66 64 Ibid., hal. 131-132 65 Ibid., hal. 136 66 Ibid., Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Syarat-syarat Untuk Menjadi Penghulu

Karena penghulu merupakan pemimpin dalam masyarakat, mulai tingkatan kaum, suku maupun nagari maka untuk menjadi seorang penghulu haruslah yang memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Laki-laki 2. Baik zatnya, maksudnya berasal dari keturunan yang baik 3. Kaya, dalam arti kaya akal, budi, dan pengetahuan dalam bidang adat 4. Baligh berakal, maksudnya dewasa dan berpendirian tegus serta tegas dalam tiap-tiap tindakan 5. Adil, maksudnya menempatkan sesuatu pada tempatnya. 6. Arif bijaksana, artinya mempunyai perasaan yang halus, paham akan yang tersirat pikiran tajam dan cendekia, menurut pepatah adat : Tahu dibayang kato sampai Tahu diranggeh ka malantiang Tahu di tunggua ka manaruang Takilek ikan dalam aia Lah tantu jantan batinonyo Kilek baliuang alah ka kaki Kilek camin alah ka muko 7. Tablig, maksudnya menyampaikan sesuatu yang baik kepada umum 8. Pemurah, artinya pemurah pada nasehat, murah pada melarang mudarat 9. Tulus dan sabar, artinya beralam luas, berpadang lapang 67 67 M. Rasyid Manggis., Op.Cit., hal. 127-129 Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Kewajiban hutang Penghulu

Sebagai seorang pemimpin, penghulu dikatakan mempuyai “hutang”, yaitu tanggungjawab dan kewajiban yang harus diingatnya sepanjang waktu. Seorang penghulu di Minangkabau diibaratkan sebagai kayu gadang di tangah padang, ureknyo tampek baselo, dahannyo tampek bagantuan, daunnyo tampek balinduang, batangnyo tampek basanda. Artinya, penghulu diibaratkan sebagai sebuah kayu besar ditengah padang, uratnya tempat bersila, dahannya tempat bergantung, daunnya tempat berlindung, batangnya tempat bersandar. Maksudnya, sebagai seorang pemimpin, seorang penghulu harus memelihara keselamatan dan kesejahteraan sesuai dengan hukum serta kelaziman. 68 Hutang yang harus dibayarkan oleh penghulu diselesaikan , seperti warganya seperti yang diungkapkan oleh mamangan “mamak di pintu utang, kamanakan di pintu bayia”, mamak di pintu hutang, kemenakan di pintu bayar. Maksud dari mamangan ini yaitu bahwa hutang yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban penghulu haruslah dibayarkan pula oleh kemenakannya yaitu dengan menjaga nama baik penghulu mereka, seperti dengan mematuhi perintahnya. 69 1. Alur dan Patut alua jo patuik Dalam memimpin anak kemenakan serta masyarakat, ada empat jenis hutang kewajiban yang harus dijalankan oleh seorang penghulu, yaitu: Alur ialah garis kebijaksanaan menurut hukum. Patut ialah rasa kepantasan suatu hukum untuk dilaksanakan pada situasi dan kondisi yang tepat. 2. Jalan yang pasa jalan nan pasa Yang dimaksud dengan jalan yang pasa ialah ketentuan yang berdasarkan konvensi atau janji yang mengikat. 3. Harta dan Pusaka harato jo pusako Yang dimaksud dengan harta ialah kemakmuran kaum. 68 A.A Navis., Op.cit., hal. 139 69 Ibid., Universitas Sumatera Utara Pusaka ialah warisan kaum yang berupa benda-benda kehormatan. 70 Harta pusaka merupakan unsur yang sangat penting di dalam adat, karena harta pusaka merupakan wilayah tempat anak kemenakan berkembang dan mencari kehidupan seperti sawah dan ladangnya.Wilayah inilah yang merupakan daerah kecil kekuasaan seorang penghulu di Minangkabau, tempat anak kemenakannya berdiam dan berkembang. Wilayah ini mencakup pandam pekuburan, sawah ladang, balai mesjid, labuah tapian, korong kampuang, dan rumah tangga. 71 4. Anak kemenakan Anak kemenakan ialah seluruh penduduk kampung. Dengan demikian, penghulu berkewajiban untuk memelihara seluruh masyarakat kampung. Memelihara anak kemenakan merupakan tugas pokok seorang penghulu. Memelihara atau memimpin anak kemenakan di bidang pendidikan untuk kemajuan lahir batin, kehidupan bidang sawah dan ladang perekonomian, menyelesaikan setiap peresengketaan yang terjadi di bidang adat dalam kehidupan sehari-hari. 72

2.2.4 Martabat Penghulu

Sebagai seorang pemimpin, penghulu memiliki martabat yaitu kehormatan jabatannya. Mamangan menyebutkan bahwa penghulu itu tumbuah dek ditanam, tinggi dek dianjuang, gadang dek diambak tumbuh karena ditanam, tinggi karena dianjung, besar karena dipelihara. Artinya, seorang penghulu lahir karena dilahirkan kaumnya, tinggi karena didukung kaumnya dan besar karena dipupuk kaumnya. Martabat penghulu itu bisa berarti timbal balik. Bagi penghulu agar ia melaksanakan tugasnya dengan benar dan bagi pihak kemenakan agar menjaga nama dan kehormatan penghulu mereka. 73 Dalam adat, martabat penghulu bertujuan untuk menjaga prestise seorang pebghulu dalam memimpin anak kemenakannya mapun dalam pergaulannya sehari-hari. Penghulu merupakan contoh telahan bagi anak kemenakan serta masyarakat di sekitarnya. Dengan 70 Ibid., 71 Idrus Hakimy, Pokok-Pokok Pengetahuan adat Minangkabau, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, hal.74. 72 Ibid., 73 A.A Navis, Loc.cit. Universitas Sumatera Utara mertabat yang dimilikinya, menunjukkan bahwa seorang penghulu memiliki martabat dan wibawa. Martabat penghulu ada enam macam,yaitu : 1. Ingek dan jago pada adat, artinya penghulu sebagai seorang pemimpin harus selalu ingat bahwa ia diangkat oleh anak kemenakannya. Setiap prilakunya akan menjadi contoh teladan bagi masyarakat, sehingga penghulu harus selalu menjaga nama baiknya sebagai pimpinan adat. 2. Berilmu, berpaham,bermakrifat, ujud dan yakin pada Allah, artinya seorang penghulu seharusnya melengkapi dirinya dengan ilmu pengetahuan yang berguna. Terutama pengetahuan tentang masyarakat yang dipimpinnya, tentang korong kampuangnya, serta mengetahui tentang hukum dan cara menyelesaikan suatu sengketa. Karena sewaktu waktu seorang penghulu di Minangkabau juga menjadi hakim dalam kaumnya. Berpaham artinya mempunyai paham dalam sesuatu, bisa menyimpan rahasia yang patut untuk dirahasiakan. Bermakrifat artinya tahu kepada Allah dan rasulnya, mengerjakan segala perintah dan meninggalkan segala larangannya. Ujud dan yakin artinya seorang penghulu yang meyakini ujud Tuhan, sehingga tidak mempunyai sifat ragu dalam pimpinan dan tindakan.karena penghulu telah dilengkapi pengetahuan adat, agam, dan sebagainya. 3. Kaya dan miskin pada hati dan kebenaran, artinya penghulu adalah orang yang kaya pada hati, yaitu rendah hati, ramah tamah terhadap sesama serta terhadap kemenakan yang dipimpinnya, sabar, selalu berpikir dengan kepala dingin dan dada yang lapang. Kaya pada kebenaran, artinya seorang penghulu sebagai tempat bagi anak kemenakannya serta orang lain untuk meminta petunjuk yang baik, pemurah dan suka turun tangan dalam menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat serta jujur dan ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. 4. Mahal dan murah pada tingkah laku, artinya dalam pergaulan sehari-hari tingkah laku dan perangai penghulu dalam masyarakat mahal dalam arti kebenaran yang ridak bisa ditawar-tawar. Murah dalam arti sewaktu-waktu seorang penghulu dapat bergaul dan berkelakar dengan seluruh lapisan anak kemenakan. Universitas Sumatera Utara 5. Hemat dan cermat, ingat pada akhirat, artinya seorang penghulu sangat hati-hati dan teliti dalam segala pekerjaan yang dilakukan maupun keputusan yang akan diambil dalam masyarakat. 6. Sabar dan ridha serta fasih lidah berkata-kata. Artinya seorang penghulu yang bersifat sabar, rendah hati, ramah tamah serta berlaku sabar dan ridha terhadap gunjingan serta kritikan yang datang padanya. 74

2.2.5 Pantangan larangan Penghulu

Penghulu mempunyai pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukannya sebagai seorang penghulu. Pantangan ini dimaksudkan untuk menjaga wibawa dan martabat penghulu di depan anak kemenakan serta masyarakat karena penghulu merupakan panutan dan tauladan. Pantangan-pantangan penghulu tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memerahkan muka, yaitu sikap yang emosional dan tidak mampu mengendalikan perasaan. 2. Menghardik menghantam tanah, yaitu sikap pemarah, pemaki atau penggertak. 3. Menyinsing lengan baju, yaitu sikap seorang penghulu yang melakukakn pekerjaan kasar seolah-olah tidak mempunyai sember penghidupan dan tidak ada lagi orang yang mau membantunya. Sebagai seorang penghulu, ia memiliki sawah kagadangan serta warga kaumnya yang menggarap sawah tersebut. 4. Berlari-lari, yaitu sikap orang yang selalu terburu-buru, seperti pencemas, tidak tabah serta penakut. 5. Memanjat-manjat, yaitu sikap seorang yang suka memanjat-manjat seperti prilaku anak-anak. 6. Menjunjung dengan kepala, yaitu meletakkan bebab diatas kepala. Seolah-olah menggambarkan tugas kepalanya untuk meletakkan benda, bukan untuk berpikir. 75 74 Idrus Hakimy, Op.cit., hal. 62-66 75 A.A Navis, Op.cit., hal. 140-141 Universitas Sumatera Utara Penghulu sebagai manusia biasa juga memiliki kelemahan-kelemahan. Terkadang kelemahan itu datang dari dalam diri pribadi penghulu tersebut. Karena itu, adat Minangkabau menggunakan ungkapan-ungkapan untuk menyebut kelemahan penghulu tersebut dengan tujuan agar penghulu selalu ingat dan menghindarinya karena akan merugikan kaum dan dirinya sendiri. Ungkapan ini merupakan penilaian dari masyarakat terhadap tingkah laku penghulu. Ungkapan ini terdiri dari empat macam penghulu dan enam macam perangainya. Yang disebut empat macam penghulu yaitu: 1. Penghulu, yaitu penghulu yang sebenarnya yang memegang ajaran dan mampu memenuhi harapan kaumnya. 2. Pengeluh pangaluah, yaitu penghulu yang suka mengeluh, hal ini menjadi gambaran ketidakmampuannya menyelesaikan atau mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Baik kesulitan kaumnya maupun kesulitan dirinya sendiri. 3. Pengalah pangalah, yaitu penghulu yang hanya mau menang sendiri, penghulu yang tidak mau mengalah dan mundur, penghulu yang hanya mau mengalahkan pendapay orang lain. 4. Pengelah pangelah, yaitu penghulu yang senantiasa mengelakkan kewajiban yang seharusnya dikerjakannya. 76 Yang disebut enam macam perangai penghulu yaitu: 1. Penghulu nan ditanjuang panghulu yang ditanjung Merupakan perangai penghulu yang diibaratkan seperti orang yang tinggal di tanjung, yang dapat berenang di air sebelah kanan atau kiri. Situasi yang seperti ini menyebabkan penghulu mudah mempunyai alasan atau dalih apabila ada orang yang ingin menemuinya. Ini mencerminpak seorang penghulu yang suka mengelakkan tanggungjawabnya. 2. Penghulu ayam gadang penghulu ayam jago 76 Ibid., Universitas Sumatera Utara Merupakan perangai seorang penghulu yang diibaratkan seperti seekor ayam jago yang berkokok merdu. Ini mengiaskan sikap seorang penghulu yang pandai bericara tapi tidak mampu bekerja. 3. Penghulu balah batuang penghulu belah bambu Merupakan perangai seorang penghulu yang diibaratkan seperti orang membelah bambu, bagian yang satu ditekan dan bagian lain ditarik. Ini mengiaskan sikap seorang penghulu yang tidak adil 4. Penghulu katuak-katuak penghulu katu-katuk Merupakan perangai penghulu seperti tong yang hanya berbunyi bila diketok. Ini mengiaskan seorang penghulu yang tidak memiliki inisiatif. 5. Penghulu tupai tuo penghulu tupai tua Merupakan perangai penghulu yang diibaratkan sebagai tupai tua yang tidak mau berusaha karena takut salah, seperti sikap orang yang tidak percaya pada kemampuannya. 6. Penghulu busuak hariang penghulu busuk haring Merupakan perangai penghulu yang seperti orang bau kencing, yang menimbulkan keresahan bagi orang-orang disekitarnya.

2.2.6 Perangkat penghulu

Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin sukunya, penghulu dibantu oleh seperangkat staf. Namun bukan berarti bahwa setiap penghulu memperoleh perangkat yang lengkap. Yang mempunyai perangkat yang lengkap hanyalah penghulu andiko, yaitu semua penghulu pucuk atau penghulu tua. Sedangkan penghulu lainnya memperoleh seorang panungkek penongkat. 77 1. Panungkek penongkat, yaitu pembantu utama penghulu. Dia dapat mewakili penghulu bila penghulu berhalangan. Namun dalam kerapatan nagari, ia hanya sebagai pendengar dan dapat menyampaikan pendapat apabila diminta oleh Perangkat penghulu tersebut adalah : 77 Ibid., hal. 143 Universitas Sumatera Utara anggota kerapatan. Adakalanya ia dapat menjadi calon utama pengganti penghulu, karena itu ia berhak menyandang gelar datuk. Penghulu dan penongkatnya merupakan satu kesatuan pimpinan. 2. Malin malim, yaitu guru dan orang alim dalam hal agama, yang mengatur serta mengurus masalah keagamaan dan ibadah. 3. Manti mantri, yaitu pembantu penghulu dibidang tatalaksana pemerintahan. 4. Dubalang hulubalang, yaitu petugas penjaga keamanan nagari. 78 Penghulu beserta ketiga perangkatnya, yaitu malin, manti dan dubalang disebut sebagai urang ampek jinih. Menurut Prof. M. Nasroen, tiap-tiap pemimpin mempunyai tugas dan hak tersendiri berhubung dengan tugas dan hak kedudukannya. Dan tugas urang nan ampek jinih ini adalah: Penghulu menghukum sepanjang adat, Malin menghukum sepanjang adat, Manti menghukum silang selisih, Dubalang menghukum waktu ada perkelahian dan perang. 79 Dubalang taguah di nagari Tugas urang nan empat jinih ini dalam pepatah Minangkabau disebutkan sebagai berikut : Panghulu taguah di adat, Malin taguah di agamo, Manti taguah dibuek, 80 Dari keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa urang nan ampek jinih ini dalam pemerintahan adat masig-masingnya mempunyai fungsi dan tanggung jawab., dimana Artinya, penghulu teguh dalam menegakkan adat, malin teguh pada agama, manti tegas dalam tindakan, dan dubalang teguh pada nagari. 78 Ibid., 79 Prof.M. Nasroen, Dasar FalsafahAdat Minangkabau, Jakarta: Bulan Bintang, 1957,hal. 144. 80 Ibid., hal. 145 Universitas Sumatera Utara penghulu selaku ninik mamak berfungsi dan bertanggung jawab dalam urusan adat, malin berfungsi dan bertanggung jawab dalam urusan agama, manti berfungsi dan bertanggungjawab dalam urusan admnistrasi pemerintahan, sedangkan dublang berfungsi dan bertanggungjawab dalam urusan keamanan.

2.2.7 Alasan Mendirikan Penghulu Baru

Dalam adat minangkabau, istilah mendirikan penghulu sering dikenal dengan batagak penghulu yang berarti mendirikan kebesaran. Alasan untuk mendirikan penghulu baru adalah sebagai berikut : 1. Mati batungkek budi mati bertongkat budi, yaitu mendirikan penghulu baru karena penghulu yang lama meninggal dunia. Penggatian penghulu seperti ini dilakukan di pekuburan sebelum jenazah dikebumikan. Proses pengangkatan penghulu seperti ini tidak melakukan penjamuan makan malam. Karena semua pihak yang dipandang sebagai wakil kaum dan wakil masyarakat umu lainnya telah hadir. 2. Hiduik bakarelaan hidup berkerelaan, yaitu mendirikan penghulu baru karena penghulu yang lama mengundurkan diri secara sukarela disebabkan karena usia atau karena sebab lain. 3. Mambangkik batang tarandam membangkit batang terendam, yaitu mendirikan penghulu baru setelah bertahun-tahun tidak dapat dilaksanakan karena belum tersedia biaya yang cukup untuk melaksanakan perjamuan yang layak. 4. Mangambangan nan talipek mengembangkan yang terlipat, yaitu mendirikan penghulu baru yang tidak dapat dilaksanakan pada waktunya atau tertangguh beberapa masa karena belum didapat kesepakatan semua warga terhadap calon pengganti. 5. Manurunkan nan tagantuang menurunkan yang tergantung, yaitu mendirikan penghulu baru setelah beberapa lama tertangguh karena calaon penghulu dianggap belu cukup umur atau karena persiapan belum dapat disempurnakan sebagaimana mestinya. Universitas Sumatera Utara 6. Baju saalai dibagi duo baju sehelai dibagi dua, yaitu mendirikan penghulu baru karena pembelahan suku akibat warganya telah sangat berkembang, sehingga diperlukan seorang penghulu lain di samping penghulu yang ada. 7. Mangguntiang siba baju menggunting siba baju, yaitu mendirikan penghulu baru karena terjadi peresengketaaan yang tidak dapat didamaikan antara dua atau beberapa kaum lain dalam menetapkan calon yang berhak sebagai pengganti penghulu lama yang tidak berfungsi lagi. Dalam pembelahan ini, suku dibelah menjadi dua atau beberapa kaum, yang masing-masing ingim mempunyai penghulu sendiri. 8. Gadang manyimpang besar menyimpang, yaitu mendirikan penghulu baru oleh suatu kaum yang ingin memisahkan diri dari pimpinan penghulu yang telah ada. 81

2.2.8 Prosedur Pengangkatan Penghulu

Jabatan penghulu merupakan warisan turun temurun. Dari ninik turun ka mamak, dari mamak turun ka kamanakan. Dan kemenakan yang berhak menjadi pengganti penghulu adalah kemenakan di bawah dagu, yaitu yang mempunyai pertalian darah. Semua calon penghulu diseleksi dengan mengkaji keadaan calon tersebut dari kebaikan dan keburukannya oleh warga kaum, sehingga apabila calon itu sudah diangkat menjadi penghulu, tidak akan ada omelan dikemudian hari. Mencari calon penghulu dilakukan jauh-jauh hari sebelum ia diangkat menjadi penghulu. Namun, usaha untuk mencari pengganti penghulu ini tidak selalu berjalan lancar. Apabila kemenakan yang akan diangkat mempunyai banyak kelemahan sehingga tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari anggota kaum, maka penggantian penghulu ditangguhkan sampai tiba saat yang tepat. Namun apabila tidak didapat kesepakatan antara kaum yang berhak, maka alternatifnya adalah dengan pembelahan kaum dalam bentuk manguntiang siba baju atau gadang manyimpang. Seseorang yang akan diangkat menjadi penghulu haruslah berdasarkan kesepakatan dari musyawarah anggota kaumnya. Oleh kaum yang bersangkutan hasilnya disampaikan kepada kerapatan nagari yang dihadiri oleh semua penghulu. Kepada kerapatan nagari 81 A.A Navis., op.cit, hal. 136-138. Universitas Sumatera Utara dimintakan persetujuan agar penghulu kaum mereka dapat diterima secara sah dan dijadikan salah seorang dari yang banyak. Setelah semua anggota kerapatan menyatakan persetujuannya terhadap penghulu yang baru, maka kaum tersebut membayarkan bea persetujuan dan bea perjamuan kepada kerapatan serta menyampaikan hari perjamuan managakkan penghulu mendirikan penghulu, dengan mengundang seluruh urang nan ampek jinih. 82 3. Peraturan Perundang-undangan dan Hukum adat Minangkabau 3.1 Adat