seseorang. Di samping itu, ketiga lingkungan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain serta tidak dapat dipisahkan.
2.4 Anak Jalanan
2.4.1 Pengertian Anak Jalanan
Banyak istilah yang ditunjukkan kepada anak jalanan seperti anak pasar, anak tukang semir, anak lampu merah, peminta-minta, anak gelandangan, anak
pengamen dan sebagainya. Menurut Lusk 1989, 57-58, yang dimaksud anak jalanan adalah ”...any girl or boy..for whom the street in the widest sense of the
word, including unoccupied dwellings, wasterland, etc.. has become his or her habitual abodeland or source of livelihood; and who is inadequately protected,
supervised, or directed by responsible adults” ..setiap anak perempuan atau laki- laki...yang memanfaatkan jalanan dalam pandangan yang luas ditulis, meliputi
tidak punya tempat tinggal, tinggal di tanah kosong dan lain sebagainya menjadi tempat tinggal sementara dan atau sumber kehidupan; dan tidak dilindungi, diawasi
atau diatur oleh orang dewasa yang bertanggung jawab Setiawan, 2007. Definisi anak jalanan yang disusun peserta lokakarya nasional anak jalanan
DEPSOS bulan oktober 1995, yang dimaksud anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau
tempat-tempat umum lainnya. Usia anak jalanan berkisar antara 6 sampai dengan 18 tahun, rentang usia ini dianggap rawan karena mereka belum mampu berdiri
sendiri, labil mudah terpengaruh dan belum mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Di jalanan memang anak usia 5 tahun ke bawah, tetapi
mereka biasanya dibawa orang tua atau disewakan untuk mengemis. Memasuki usia 6 tahun biasanya dilepas atau mengikuti temannya. Anak-anak yang berusia 18
sampai dengan 21 tahun dianggap sudah mampu bekerja atau mengontrak rumah sendiri bersama teman-temannya Setiawan, 2007.
UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai anak-anak yang pergi meninggalkan rumah, sekolah dan lingkungan tinggalnya sebelum mencapai usia
16 tahun. Mereka berada di jalan-jalan ataupun tempat-tempat umum lainnya. Biasanya kelompok anak-anak ini mempunyai karakteristik dan gaya hidup yang
serupa. Mereka kebanyakan berasal dari keluarga miskin yang orang tuanya tidak memiliki pekerjaan, kehidupan perkawinannya tidak stabil, peminum alcohol dan
lain lain. Kekerasan tampak merupakan cara yang biasa diterapkan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan antar pribadi. Mereka umumnya anak yang liar
dan tidak tersosialisasi dengan baik Garliah, 2004. Departemen sosial RI mengartikan anak jalanan sebagai anak-anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah, berkeliaran dijalanan maupun di tempat-tempat umum lainnya Dok.Disbintal, 2004. Mereka
yang biasanya disebut sebagai anak jalanan “sejati” adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja dan bersosialisasi
dengan orang lain Blanc, et al, Soedijar, Kusumanegara, Sanusi, dalam Irwanto 1999. Anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian
besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian lainnya.
Adapun kategori anak jalanan berdasarkan hasil penelitian Departemen Sosial dan UNDP di Jakarta dan Surabaya BKSN, 2000, sebagai berikut:
1. Anak yang hidup di jalanan, sudah putus sekolah dan tidak ada hubungan
dengan keluarga Children off the street.
2. Anak yang bekerja dijalanan, sudah putus sekolah dan berhubungan tidak
teratur dengan keluarga Children on the street. 3.
Anak yang rentan menjadi anak jalanan, masih sekolah ataupun sudah putus sekolah serta masih berhubungan teratur dengan orang tua Vulnerable to be
street children. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
anak-anak jalanan adalah anak-anak yang setiap hari menghabiskan waktunya dijalanan dengan waktu kurang lebih 2-20 jam sehari dan berprofesi sebagai joki,
pengelap mobil, pengamen, pedagang koran, pengasong dan pengemis karena tuntutan ekonomi dalam keluarganya yang mengharuskan mereka di jalan.
2.4.2 Faktor-faktor Yang Mendorong Anak Turun Ke Jalan