Pengertian Persepsi Iklim Kelas

2.2 Persepsi Iklim Kelas

2.2.1 Pengertian Persepsi Iklim Kelas

Davidoff dalam Lutfi dkk, 2009 menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang terintegrasi mengenai perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir dan kerangka acuan yang dimiliki oleh seseorang terhadap objek. Davidoff menambahkan bahwa persepsi sangat bermanfaat bagi individu. Proses ini akan memberikan informasi sehingga seseorang akan menyadari, mengerti dan memahami keadaan disekitarnya serta keadaan diri sendiri. Kondisi ini akan menolong individu untuk dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan sosial. Matlin 1994 dan Solso 2005 menyatakan bahwa persepsi adalah penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengolah dan menginterpretasikan stimulus yang diterima oleh indera. Persepsi terhadap suatu objek dapat dijelaskan melalui teori pemprosesan dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah bottom-up-top-down processing. Dalam memproses suatu stimulus, seseorang akan mencatat stimulus dalam reseptor sensoris. Hadirnya stimulus akan menggerakan proses pengenalan objek. Informasi yang diterima oleh reseptorsensoris akan ”bergerak” dari tingkat pengenalan yang paling rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi dalam korteks sehingga objek dapat dikenali. Bersamaan dengan terjadinya proses bottom-up terjadi juga proses top-down. Proses ini menekankan bagaimana konsep yang sudah dimiliki seseorang dan proses mental tingkat tinggi mempengaruhi pengenalan objek. Dapat dikatakan bahwa konsep yang sudah dimiliki, harapan, dan ingatan akan membantu seseorang dalam mengidentifikasi suatu objek. Harapan ini terbentuk berdasarkan pengalaman di masa lalu. Subiyanto dan Hadiyanto dalam Tarmidi Lita, 2005 menyatakan bahwa suasana yang dialami siswa di dalam kelas lazim disebut iklim kelas. Ada beberapa istilah yang kadang-kadang digunakan secara bergantian untuk mendefinisikan iklim kelas. Climate, yang diterjemahkan dengan iklim, feel, atmosphere, tone, dan environment. Istilah iklim kelas digunakan untuk mewakili kata-kata tersebut di atas dan kata-kata lain seperti learning environment, group climate dan classroom environment. Reilly dan Lewis 1983 memberikan batasan mengenai iklim kelas sebagai berikut: Classroom climate refers to the various psychological and social dimension in the classroom sunch as degree of formality, flexibility, structure, anxiety, teacher control, activity, and stimulation. Sementara itu Engel dan Tannenbaum dalam Ramelan, 1989 memberikan batasan mengenai iklim kelas sebagai berikut: The classroom is just as much a psychological climate, which may be describe in terms of expectations, sanctions, and codes for personal-social interchange, as it is a medium for the specific tasks of leraning, describable as a teaching method, equipment and assessment. Dari dua pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa iklim kelas merupakan kondisi psikologis yang tercermin dari suatu lingkungan kelas sebagai tempat belajar mengajar sebagaimana yang dipersepsikan oleh individu yang ada di dalamnya. Kondisi psikologis tersebut terbentuk karena adanya faktor-faktor yang ada dalam lingkungan kelas itu seperti faktor administratif, disiplin, formalitas, emosi, sosial, di mana kesemuanya tidak terpisahkan dan saling berinteraksi sehingga mempengaruhi individu di dalamnya. Disini terlibat juga proses persepsi yaitu bagaimana seseorang melihat, mendengar atau merasakan lingkungan di sekitarnya, atau apa saja yang dialami oleh orang tersebut Morgan, King Robinson, dalam Ramelan, 1989. Dengan demikian bagaimana iklim kelas dalam suatu lingkungan kelas adalah sebagaimana yang dipersepsi individu. Walberg dalam Tarmidi Lita, 2005 mengklaim bahwa apapun yang terjadi dan kondisi yang terbentuk dalam kelas, akan memberikan iklim sosial tersendiri. Moos dalam Tarmidi Lita, 2005 menyatakan bahwa seperti halnya manusia, lingkungan juga mempunyai kepribadian. Ia yakin bahwa lingkungan dapat memberikan kehangatan, semangat atau sebaliknya, kaku dan menghambat. Dalam dunia pendidikan, Moos juga meyakini bahwa persepsi siswa mengenai lingkungan belajar termasuk ruang kelas, dimana siswa menghabiskan sebagian besar waktunya, memberikan arti penting yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar. Menurut Bloom adalah kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Selain itu, menurut Barcley dan DeMers dalam Ramelan, 1989 mengemukakan bahwa iklim kelas adalah suatu sistem psikologis yang bersifat umum yang tercermin dalam suatu konteks lingkungan yang spesifik. Tidak ada iklim kelas yang bersifat total atau menyeluruh melainkan lebih merupakan hasil sekumpulan persepsi individu terhadap lingkungan tersebut. Dapat disimpulkan di sini bahwa iklim kelas merupakan suatu sekumpulan atau ”set” dari keadaan di lingkungan tersebut dan diasumsikan bahwa keadaan itu tidak akan mempengaruhi individu. Dunkin dan Biddle dalam Pintrich Schunk, 1996 berpendapat bahwa iklim kelas mengarah pada atmosfer dalam kelas yang memiliki karakteristik sosial, psikologis dan emosional. Hal terpenting dari iklim kelas adalah hubungannya dengan motivasi yang bersumber dari gagasan bahwa mengajar adalah kepemimpinan yang bertujuan untuk mempengaruhi tingkah laku kelas. Iklim kelas sering digambarkan dengan menggunakan istilah seperti ”kehangatan”, ”kedinginankekakuan”, ”permisif”, ”demokratis”, ”otoriter” atau ”berpusat pada siswa”. Jadi, iklim dalam kelas lebih banyak ditentukan oleh bentuk interaksi antara guru dengan siswa yang berlangsung terus menerus dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas mengenai iklim kelas peneliti menyimpulkan bahwa persepsi iklim kelas adalah kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan kondisi psikologis yang tercermin dalam suatu lingkungan kelas pada proses belajar mengajar.

2.2.2 Dimensi-dimensi iklim kelas