Keterbatasan Penelitian Pengaruh Ekstrak Biji Srikaya Annona squamosa L Terhadap Angka

C. Pengaruh Ekstrak Biji Srikaya Annona squamosa L Terhadap Mortalitas

Aedes aegypti Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa penyemprotan pada konsentrasi 0 kontrol dengan menggunakan heksana tidak terdapat nyamuk yang mati pada jam pertama setelah paparan maupun hingga jam ke-24. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan heksana tanpa campuran ekstrak biji srikaya Annona squamosa L tidak berpengaruh terhadap Aedes aegypti. Sehingga tidak menyebabkan kematian. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan koreksi mortalitas pada kelompok kontrol dengan rumus Abbot. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 5.4; 5.6; 5.8; dan 5.10 diketahui data mortalitas Aedes aegypti pada waktu pengamatan hingga 24 jam setelah paparan. Mortalitas Aedes aegypti terjadi pada konsentrasi 10 yaitu dengan persentase rata- rata kematian sebesar 25. Pada konsentrasi 15 terjadi peningkatan mortalitas Aedes aegypti hingga mendekati 50 yaitu dengan persentase rata-rata sebesar 45. Pada konsentrasi 20, mortalitas Aedes aegypti naik menjadi 70 dan terus meningkat hingga konsentrasi 25 dengan persentase rata-rata 92,5. Dimana hal tersebut menunjukkan bahwa angka kematian tertinggi terjadi pada konsentrasi 25. Adapun waktu kematian Aedes aegypti terbanyak terjadi pada jam ke-24 bila dibandingkan dengan jumlah Aedes aegypti yang mati pada jam ke-1 hingga jam ke- 6. Pada grafik 5.1 diketahui bahwa berdasarkan analisis probit, nilai LC 50 Lethal Concentration 50 larutan ekstrak biji srikaya yang dipaparkan terhadap Aedes aegypti yaitu sebesar 14,71 ml100 ml 14,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi terendah dari larutan ekstrak biji srikaya Annona squamosa L yang dapat membunuh hingga 50 Aedes aegypti ialah sebesar 14,71 ml100 ml pada waktu pengamatan 24 jam setelah paparan. Hasil analisis regresi dan korelasi konsentrasi terhadap probit didapat nilai p = 0.003 p 0.05 dengan nilai R 2 = 0.982. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara konsentrasi ekstrak biji srikaya dengan probabilitas kematian Aedes aegypti. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji srikaya yang dipaparkan, semakin tinggi pula probabilitas kematian Aedes aegypti. Berdasarkan Paramita et.al 2010 potensi ekstrak biji srikaya akan semakin meningkat seiring dengan dengan lamanya waktu paparan dan peningkatan konsentrasi. Hal tersebut disebabkan karena zat asetogenin dari biji srikaya bersifat sebagi racun kontak. Dimana semakin lama waktu paparan, semakin banyak pula senyawa asetogenin yang masuk ke dalam tubuh Aedes aegypti melalui kontak fisik setelah terjadi paparan ekstrak biji srikaya. Sehingga efek asetogenin terhadap nyamuk semakin besar. Prijono 1994 dalam Wardhana et.al 2005 menyatakan bahwa penyerapan insektisida racun kontak sebagian besar terjadi pada kutikula. Senyawa aktif akan berpenetrasi ke dalam tubuh serangga melalui bagian yang dilapisi oleh kutikula yang tipis, seperti selaput antar ruas, selaput persendian pada pangkal embelan dan kemoreseptor pada tarsus. Annonain dan squamosin yang terdapat dalam ekstrak biji srikaya diduga mampu berdifusi dari lapisan kutikula yang tipis hingga menyebar ke seluruh tubuh Aedes aegypti melalui aliran hemolimfa. Pada hasil observasi memperlihatkan bahwa setelah paparan larutan ekstrak biji srikaya Annona squamosa L, terjadi perubahan perilaku Aedes aegypti. Setelah terjatuh ke dasar kotak perlakuan akibat adanya paparan, gerakan Aedes aegypti terlihat lemah, melambat, lebih diam, dan malas bergerak. Selain itu nyamuk terlihat malas menghampiri pakan berupa air gula yang diberikan setelah 1 jam pengamatan. Setelah 1 jam pengamatan setelah paparan terjadi peningkatan jumlah Aedes aegypti yang mati dan terus meningkat hingga waktu pengamatan 24 jam setelah paparan. Hal tersebut disebabkan karena adanya kontak antara Aedes aegypti dengan residu dari ekstrak biji srikaya yang menempel pada kotak perlakuan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin lama waktu paparan, semakin banyak pula senyawa asetogenin yang masuk ke dalam tubuh Aedes aegypti melalui kontak fisik. Dimana hal tersebut terjadi melalui kontak fisik antara tubuh Aedes aegypti dengan permukaan kotak perlakuan yang mengandung residu dari ekstrak biji srikaya. Adanya peningkatan konsentrasi larutan ekstrak biji srikaya yang dipaparkan menyebabkan lebih banyak Aedes aegypti yang jatuh dan mati. Karena peningkatan konsentrasi larutan akan meningkatkan kandungan kimia yang bersifat toksik bagi Aedes aegypti. Sehingga akan menggangu proses fisiologis Aedes aegypti dan menyebabkan nyamuk berkurang aktivitas makan dan keaktifannya hingga akhirnya mati. Biji srikaya banyak mengandung senyawa asetogenin seperti annonin atau annonasin, bulatasin, bulatasinon, squamosin, asimisin, dan annonastatin. Dimana zat-zat tersebut memiliki efek toksik ketika dimakan oleh serangga. Kandungan squamosin pada biji srikaya dapat mempengaruhi perilaku serangga dan dapat menghambat aktivitas makan serangga pada konsentrasi yang tinggi Londershausen 1991, Manuwoto et.al 1994 dalam Wardhana et.al 2004. Senyawa asetogenin memiliki cara kerja yang sama dengan cara kerja senyawa rotenon pyrethrins yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut yang bersifat sitotoksik dan dengan menyerang respirasi sel serangga Nurlela 2010 dalam Paramita et.al 2010. Cara kerja insektisida dengan efek racun perut atau penghambat makan yang dipaparkan pada serangga ialah melalui mesenteron salaruran cerna bagian tengah. Insektisida akan terserap dalam dinding mesenteron yang tersusun atas sel-sel epitelium yang terdiri atas senyawa lipida dan protein dan bersifat lipofilik Prijono 1988 dalam Wardhana et. al 2004, Biji srikaya memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi yaitu 42-45. Senyawa aktif yang terkandung dalam daging biji srikaya yang larut dalam lemak akan mudah terserap oleh sel-sel epitelium pada dinding mesenteron sehingga menyebabkan kematian sel epitelium pada mesenteron Kardinan 2000 dalam Wardhana et.al 2004. Dalam penelitian ini ekstrak biji srikaya yang dihasilkan berupa larutan lemak berwarna kuning yang kemudian dilarutkan dengan pelarut heksana. Pelarut heksana