Uji Efikasi Insektisida TINJAUAN PUSTAKA

adalah umur, tempat tumbuh, genetik, jenis pelarut yang digunakan dan kecepatan pertumbuhan Fengel dan Wegener 1995 dalam Darwiati 2009.

G. Integrated Vector Management

Integrated Vector Management IVM atau pengendalian vektor terpadu adalah proses pengambilan keputusan yang rasional untuk optimisasi penggunaan segala sumber daya dalam pengendalian vektor. Tujuan dari pendekatan IVM ialah untuk berkontribusi dalam pencapaian tujuan global dalam pengendalian penyakit akibat vektor dengan membuat pengendalian vektor yang lebih efisien, ekonomis, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penggunaan IVM membantu program pengendalian vektor untuk menemukan dan menggunakan lebih banyak temuan lapangan untuk meningkatkan intervensi yang tepat dan bekerja sama dengan sektor kesehatan dan sektor lain seperti rumah tangga dan masyarakat WHO, 2012. Konsep pengendalian vektor terpadu serupa dengan konsep pengendalian hama terpadu yaitu dengan mengintegrasikan cara-cara pengendalian yang potensial secara efektif, ekonomis dan ekologis untuk menekan populasi serangga vektor pada aras yang dapat ditoleransi. Konsep pengendalian tersebut dapat diterapkan pada jenis serangga vektor penyakit lain selain Ae. Aegypti dan Ae. Abopictus yang berhubungan dengan penyakit tular vektor pada manusia Oka 1995 dalam Supartha, 2008. Di Amerika, cara pengendalian terpadu vektor tersebut dikonsepkan tidak hanya untuk vektor DBD yang ditularkan oleh Ae. Aegypti tetapi juga untuk pengendalian populasi vektor penyakit lain seperti tikus, jenis nyamuk lain dan juga lalat dengan pertimbangan matang melalui fisik, kimia dan hayati Lloyd 2003 dalam Supatha 2008. Prinsip dasar IVM adalah surveilans epidemiologi dan entomologis, manajemen lingkungan sehat, kajian bioekologi serangga vektor, sosialisasi dan program aksi kesehatan lintas instansi, partisipasi aktif masyarakat. Prinsip tersebut juga menyangkut usaha mencari dan menyusun cara-cara alternatif yang kompatibel dan efektif mengendalikan vektor dan penyakit Supartha, 2008. Pendekatan IVM menyediakan beragam alternatif biologis yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan kimia antara lain pengendalian biologis, biopestisida, botanikal, semi-kimia, dan organisme transgenik. Dari beberapa jenis pengendalian tersebut, metode pengendalian biologis dan biopestisida ataupun botanikal adalah metode yang paling sering digunakan sebagai pengganti penggunaan pestisida kimia SP-IPM, 2006.

H. Pola Air Tanah

Proses alami yang berpengaruh terhadap perjalanan pestisida dalam tanah dapat dikelompokkan antara lain luas penyerapan, pencucian, penguapan, degradasi dan penyerapan oleh tanaman. Banyak senyawa pestisida terserap oleh tanaman atau partikel tanah liat dan material organik pada tanah. Tetapi sebagian senyawa pestisida yang tidak terserap akan menguap melalui permukaan daun, partikel tanah, dan kelembaban tanah. Penurunan senyawa pestisida di dalam tanah disebabkan oleh adanya proses metabolit oleh mikroba danatau proses kimia yang secara cepat memecah senyawa pestisida menjadi komponen-komponen kecil seperti amonia dan kabon dioksida UNEP, 2003. Proses pelemahan senyawa pestisida pada tanah seperti penyerapan, penguapan dan degradasi sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah. Daerah yang memiliki kontur tanah liat dan bahan organik serta populasi mikroba aktif dengan kadar tinggi lebih cepat mengurai residu pestisida dibandingkan dengan jenis tanah lainnya. Meskipun jumlah residu pestisida di tanah dapat berkurang akibat proses degradasi, namun sebagian residu tersebut dapat bergerak masuk ke dalam permukaan air tanah UNEP, 2003. Sistem air tanah merupakan sistem yang dinamis dimana air tanah secara terus menerus bergerak turun secara perlahan dari daerah yang terisi penuh yaitu daerah dengan permukaan yang lebih tinggi ke daerah dengan air tanah yang lebih sedikit seperti dataran rendah. Pada sistem akuifer yang lebih besar, dibutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun agar air bisa melewati lapisan subterania dalam siklus hidrologi. Sedangkan pada lapisan batuan kapur kecepatan pergerakan air dapat mencapai hingga beberapa kmjam UNEP, 2003. Karakteristik hidrolik beberapa jenis akuifer, khususnya bentuk patahan, aliran air, serta daya serap tanah dapat menaikkan kecepatan pergerakan pestisida dari permukaan tanah untuk masuk ke dalam zona air tanah dangkal. Evaluasi potensi pencemaran pestisida pada air tanah tergantung pada banyaknya senyawa pestisida yang mengalami pencucian ke dalam air tanah. Konsentrasi dan waktu yang dibutuhkan oleh residu pestisida untuk dapat memasuki permukaan air tanah