7. Efektitivas Insektisida
Wardhana et.al 2004 mengemukakan bahwa biji srikaya mengandung squamosin dan annonain yang merupakan golongan asetogenin. Dimana kedua
senyawa tersebut berpengaruh terhadap saluran cerna larva serta dapat menghambat pertumbuhan larva lalat Chrysoma bezziana.
Penggunaan ekstrak biji srikaya sangat nyata mempengaruhi aktivitas makan ulat krop kubis. Konsentrasi tertinggi 15 ccl nyata mengurangi selera makan
serangga uji. Penurunan aktivitas makan serangga uji terlihat pada peningkatan konsentrasi ekstrak dari 3-15 ccl persentase penurunannya sebesar 91,99-97,87
persen. Dimana hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan kondisi tubuh ulat semakin lemah dan berakibat turunnya nafsu makan
Herminanto, et.al, 2004. Biji srikaya bersifat efek racun kontak yang efektif terhadap larva B.
microplus pada konsentrasi 5 ekstrak air; 0,50 ekstrak metanol dan 0,75 ekstrak heksana. Ekstrak metanol biji srikaya tanpa kulit mempunyai nilai
konsentrasi letal lebih rendah dan waktu letal yang lebih pendek daripada ekstrak heksana Wardhana et. al. 2005.
Formulasi campuran ekstrak Piper retrofractum dan Annona squamosa serta campuran ekstrak Aglaia odorata dan Annona squamosa menunjukkan efikasi yang
tinggi dan lebih efektif dibandingkan deltamethrin. Diantara kedua formulasi tersebut campuran Piper retrofractum dan Annona squamosa 0,1 lebih efektif terhadap
larva P.xylostella daripada larva C. pavonana, sedangkan campuran ekstrak Aglaia
odorata dan Annona squamosa 0,1 menunjukkan efektivitas yang sama terhadap terhadap larva P.xylostella dan larva C. pavonana. Pengujian dengan kedua
formulasi tersebut menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengurangi kerusakan pada kubis dibandingkan dengan penggunaan deltametrin. Selain itu pengujian
dengan formulasi campuran Piper retrofractum dan Annona squamosa 0,1 dapat meningkatkan produksi hasil panen kubis Dadang et.al, 2009.
Dari suatu studi yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas potensi insektisida ekstrak biji srikaya Annona squamosal L. terhadap larva dan kumbang
Tribolium castaneum dewasa dari strain Raj, CR 1, FSS II, dan CTC-12, diketahui bahwa ekstrak biji srikaya dalam pelarut spirtus memiliki toksisitas paling tinggi
terhadap strain Raj LD
50
= 0,03µg cm
-2
dibandingkan dan toksisitas terendah yaitu pada pelarut methanol terhadap strain FSS II LD
50
= 15,697µg cm
-2
. Begitu pula dengan hasil pengujian terhadap kumbang Tribolium castaneum dewasa, ekstrak biji
srikaya dengan pelarut spirtus memiliki tingkat toksisitas tertinggi terhadap strain CTC-12 sementara toksisitas terendah yaitu pada pelarut aseton terhadap strain CR1.
Khalequzzaman dan Sultana, 2006. Hasil pengujian dari ekstrak etanol dari biji Annona squamosa dan Annona
muricata terhadap Spodoptera litura, diketahui bahwa ekstrak etanol biji Annona squamosa 20 kali lebih efektif dibandingkan ekstrak etanol biji Annona muricata.
Leatemia dan Isman, 2004. Menurut Londerhausen et al.1991 dalam Kulsum 1998, terdapat tiga
senyawa yang cukup aktif dalam biji srikaya yaitu annonin I squamosin, annonin
III, dan annonin IV. Annonin I lebih efektif dibandingkan dengan annonin lainnya. Gejala yang dapat dilihat setelah aplikasi terhadap serangga uji adalah serangga
berkurang keaktifannya.
D. Uji Toksisitas
1. Lethal Concentration 50 LC
50
LC
50
Median Lethal Concentration yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50 dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan
perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC
50
48 jam, LC
50
96 jam sampai waktu hidup hewan uji Dhahiyat dan Djuangsih 1997 dalam Rossiana
2006 . Uji toksisitas dibedakan dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi menurut
waktu, yaitu uji hayati jangka pendek short term bioassay, jangka menengah intermediate bioassay dan uji hayati jangka panjang long term bioassay.
Klasifikasi menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan, yaitu uji hayati statik static bioassay, pergantian larutan renewal biossay, mengalir flow
trough bioassay. Klasifikasi menurut maksud dan tujuan penelitian adalah pemantauan kualitas air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan
toksisitas serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji. Adapun untuk mengetahui nilai LC
50
digunakan uji statik. Dalam penentuan nilai LC
50
terbagi dalam dua tahapan penelitian yaitu Rossiana, 2006:
Uji Pendahuluan. Untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu konsentrasi
yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50 dan kematian terkecil mendekati 50.
Uji Lanjutan. Setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan konsentrasi
akut berdasarkan seri logaritma konsentrasi yang dimodifikasi Rochini et. al. 1982 dalam Rossiana 2006.
2. Knockdown Time 90 KT
90
Knockdown Time 90 KT
90
atau waktu jatuh 90 ialah waktu yang dibutuhkan untuk dapat menyebabkan hingga 90 kejatuhan pada hewan uji Komisi Pestisida,
2012. Berdasarkan kriteria efikasi oleh Komisi Pestisida, suatu formulasi akan
dinyatakan efektif apabila Knockdown Time 90 KT
90
paling lama 30 menit untuk formulasi waterbase.
E. Uji Efikasi Insektisida
Uji efikasi merupakan suatu proses pengujian obat atau bahan kimia untuk mengetahui manfaatnya terhadap kesehatan dengan menggunakan placebo atau
hewan uji yang diujikan dalam kondisi yang ideal seperti uji coba klinik yang dikontrol dengan ketat Thaul, 2012.