Analisis Topik Penelitian
4.3. Analisis Topik Penelitian
Tabel 3 menunjukkan frekuensi distribusi penelitian transfer pricing berdasarkan topik yang diteliti. Dari tabel 3 tersebut terlihat bahwa dari seluruh jurnal yang dianalis, topik yang paling banyak diteliti adalah hubungan antara transfer pricing dan pajak (28%). Topik kedua terbanyak adalah transfer pricing dan akuntansi manajemen (20%). Topik terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode transfer pricing, dan topik yang menggabungkan transfer pricing, pajak dan akuntansi manajemen, masing-masing menempati posisi ketiga (12%). Topik terkait penentuan nilai transfer pricing (8%), dan sisanya topik terkait pemilihan metode transfer pricing, pengaruh transfer pricing terhadap nilai perusahaan, kerangka analisis transfer pricing, hubungan transfer pricing dengan etika bisnis, dan analisis kritikal atas penelitian transfer pricing, masing-masing sebanyak 4%.
Tabel 3 Frekuensi Distribusi Topik
No.
Topik
Jumlah % Artikel
1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode transfer
3 12% pricing
1 4% Reviu dan analisis kritikal
1 4% Transfer pricing - cara pemilihan metode
1 4% Tranfer pricing dan nilai perusahaan
1 4% Transfer pricing - kerangka analisis
2 8% Transfer pricing - penentuan nilai transfer pricing
5 20% Transfer pricing dan akuntansi manajemen
1 4% Transfer pricing dan etika bisnis
No.
Topik
Jumlah % Artikel
7 28% Transfer pricing dan pajak
3 12% Transfer pricing , pajak dan akuntansi manajemen
25 100% Sumber: Data diolah penulis
Total
Jika ditelaah lebih lanjut, penelitian dengan topik transfer pricing dan pajak meliputi analisis mengenai penghindaran pajak (3 jurnal), arm’s length principle (1), pemeriksaan pajak (2), dan perencanaan pajak (1). Sedangkan penelitian dengan topik transfer pricing dan akuntansi manajemen meliputi analis pengaruh transfer pricing terhadap penggunaan direct costing, perhitungan alokasi biaya overhead, persaingan perusahaan yang terdesentralisasi, perhitungan biaya dengan menggunakan activity-based costing (ABC), dan penentuan nilai economic order quantity (EOQ). Sedangkan topik penelitian yang menggabungkan pembahasan transfer pricing, pajak dan akuntansi manajemen, menganalisis mengenai kaitan tema tersebut dengan evaluasi kinerja, management control system dan strategi bisnis.
Topik transfer pricing dan pajak Yancey dan Cravens (1998) melakukan penelitian yang bertujuan untuk untuk merangkum dan memberikan ilustrasi mengenai berbagai area yang ada dalam isu-isu yang dihadapi oleh manajer perusahaan multinasional yang berlokasi di Amerika Serikat (AS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa transfer pricing merupakan salah satu isu yang diperhatikan dalam perencanaan pajak internasional.
Bartelsman dan Beetsmab (2003) memberikan bukti empiris bahwa kurangnya perhatian atas income shifting di antara negara-negara OECD merupaka tindakan yang tidak tepat. Padahal praktik income shifting sangat mungkin terjadi di antara negara-negara ini karena banyaknya transaksi perdagangan yg terjadi antar negara ini. Bartelsman dan Beetsmab (2003) mengembangkan metode baru untuk mengisolasi efek murni pergeseran pendapatan, dengan mengontrol dampak dari pajak dan produktivitas tidak teramati pada skala aktivitas ekonomi riil. Dalam mengolah data, penelitian ini menggunakan sektor industri tertentu dalam sekelompok negara OECD (data sektoral). Bartelsman dna Beetsmab (2003) menemukan hasil yang konsisten dengan hipotesis yang menyatakan bahwa dimana ada penegakan hukum, maka praktik income shifting akan lebih rendah. Hasil analisis data menunjukkan bahwa di antara negara OECD terjadi praktik income shifting namun tidak besar.
Borkowski (2010) melakukan penelitian guna mengetahui (1) apakah keanggotaan PATA (Pacific Association of Tax Administrators – tax authorities of Australia, Canada, Japan and US) berarti bagi perusahaan multinasional? (2) apakah adanya PATA akan meningkatkan/menurunkan pemeriksaan transfer pricing ? Dengan menggunakan survey atas perusahaan multinasional yang berada di Australia, Kanada, Jepang dan AS, penelitian ini menemukan bahwa walau perusahaan MNC menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan karena demografi negara, keuangan, pajak dan variabel perilaku, namun variabel-variabel tersebut tidak mempengaruhi pemilihan metode transfer pricing atau risiko pemeriksaan perusahaan. Pemilihan metode transfer pricing yang digunakan perusahaan mempengaruhi tingkat pemeriksaan pajak. Dan keanggotaan PATA tidak mengurangi kemungkinan MNC diperiksa pajak.
Sikka dan Willmott (2010) memberikan bukti praktik transfer pricing yang digunakan perusahaan untuk menghindari pajak di negara berkembang dan negara maju dapat Sikka dan Willmott (2010) memberikan bukti praktik transfer pricing yang digunakan perusahaan untuk menghindari pajak di negara berkembang dan negara maju dapat
Yao (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh dari arm’s length principle kepada penerimaan pajak, dengan adanya pengaruh dari pilihan lokasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat transfer price tidak hanya tergantung pada kebijakan
perpajakan, namun juga pilihan lokasi perusahaan. Penerapan arm’s length principle pada perusahaan multinasional tidak meningkatkan penerimaan pajak negara tempat lokasi.
Richardson dan Taylor (2015) melakukan pengujian mengenai hubungan antara income shifting incentives termasuk multinasional, agresivitas transfer pricing, thin capitalization, aset tidak berwujud dan penggunaan tax haven. Dengan menggunakan data keuangan perusahaan multinasional AS selama periode 2006-2012, penelitian ini menunjukkan bahwa multinasional, agresivitas transfer pricing , thin capitalization dan aset tidak berwujud secara positif berhubungan dengan penggunaan tax haven.
Topik transfer pricing dan akuntansi manajemen Bolander, Gooding dan Mister (1999) mengembangkan suatu rumus perhitungan jumlah economic order quantity (EOQ) dengan mempertimbangkan transfer pricing dan setup cost dalam perumusannya. Riset yang dilakukan Bolander, Gooding dan Mister (1999) dikategorikan sebagai basic research.
Zhao (2000) menyusun model sederhana mengenai perusahaan multinasional yang terdesentralisasi (sebagian) dalam berkompetisi dengan perusahaan pesaing. Model yang dihasilkan menunjukkan bahwa transfer pricing bisa digunakan sebagai alat rent-shifting oleh perusahaan multinasional dalam bersaing dengan kompetitornya. Besaran nilai transfer pricing yang dipilih tergantung apakah perusahaan pesaing memproduksi intermediate good , final good , atau keduanya, dan apakah perusahaan pesaing terintegrasi atau tidak.
Stevenson dan Cabell (2002) memberikan ilustrasi bagaimana pendekatan ABC dapat mengurangi kemungkinan pemeriksaan pajak dan membantu dalam pembuatan kesepakatan harga. Dalam penelitiannya ini Stevenson dan Cabell (2002) memberikan ilustrasi pendekatan ABC dengan menggunakan rumus serta ilustrasi angka perhitungan.
Rossing dan Rohde (2010) berusaha untuk meneliti tentang bagaimana desain dari sistem alokasi biaya overhead perusahaan multinasional dipengaruhi oleh peraturan pajak terkait transfer pricing . Dengan menggunakan studi kasus pada perusahaan multinasional Denmark yang memiliki banyak divisi yang berlokasi di Eropa, Asia dan US, penelitian ini menemukan bahwa penerapan strategi kepatuhan pajak terkait transfer pricing menyebabkan banyak perubahan pada desain sistem alokasi biaya overhead. Terdapat hubungan kontinjensi antara alokasi biaya overhead dnegan kepatuhan pajak transfer pricing.
Matsui (2013) melakukan penelitian guna menguji mengenai pilihan antara direct dan absorption costing dalam cost-based transfer pricing system pada perusahaan duopolistik yang bersaing dalam harga pasar produk. Model yang dikembangkan Matsui (2013) menunjukkan baik dari perspektif perusahaan maupun regulator, penerapan direct cost secara strategis mengungguli penerapan absorption costing . Penerapan direct costing transfer pricing dapat mencegah masuknya pesaing baru dalam pasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode transfer pricing Borkowski (1997a) telah melakukan perbandingan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi transfer pricing dan income shifting pada perusahaan multinasional Kanada dan A.S. Dengan menggunakan sampel perusahaan Kanada yang terdaftar pada Canadian business corporate 500 atau the Directory of Corporate Affiliates, yang memiliki minimal Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode transfer pricing Borkowski (1997a) telah melakukan perbandingan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi transfer pricing dan income shifting pada perusahaan multinasional Kanada dan A.S. Dengan menggunakan sampel perusahaan Kanada yang terdaftar pada Canadian business corporate 500 atau the Directory of Corporate Affiliates, yang memiliki minimal
Borkowki (1997b) juga telah melakukan analisis mengapa dan bagaimana perusahaan multinasional Jepang dan AS memilih metode transfer pricing. Dengan menggunakan data archival dan survey yang dilakukan kepada VP atau direktur pajak internasional perusahaan Jepang dan AS yang terdaftar pada Directory of Corporate Affiliates (1995), Fortune 500 (1995), atau Business Week 1000 (1995), serta memiliki satu anak perusahaan di negara Jepang/US, Borkowki (1997b) menemukan bahwa perusahaan Jepang lebih memilih untuk menggunakan negotiated methods . Hal ini dikarenakan warga Jepang lebih menyukai prinsip collectivism dan consensus. Sedangkan perusahaan AS cenderung sedikit lebih memilih metode cost-based dibandingkan market dan negotiated methods. Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya dimana perusahaan AS memilih metode transfer pricing dengan tujuan financial dan performance evaluation. Perusahaan Jepang lebih memilih metode negoisasi karena secara budaya metode lebih bisa diterima, sehingga biasanya hal ini dapat menimbulkan masalah data dalam financial dan performance evaluation. Dalam penelitian ini terlihat juga bahwa dibandingkan statutory rates, effective tax rates lebih mempengaruhi perilaku perusahaan dalam melakukan income shifting. Dapat disimpulkan, keputusan pemilihan metode transfer pricing perusahaan Jepang & AS dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan finansial.
Richardson, Taylor dan Lanis (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari determinan dari agresivitas transfer pricing. Dengan menggunakan perusahaan publik di Australia pada tahun 2009 sebagai sampel, penelitian ini menemukan bahwa firm size, profitability, leverage, intangible assets, dan multinationality secara positif dan signifikan terbukti mempengaruhi transfer pricing aggressiveness. Temuan ini didapat setelah Setelah melakukan kontrol atas pengaruh sektor industri.
Topik transfer pricing, pajak dan akuntansi manajemen Borkowski (1999) melakukan penelitian guna mengetahui apakah terdapat perbedaan kriteria dalam mengevaluasi manajer perusahaan multinasional. Dengan menggunakan sampel perusahaan AS yang terdaftar di Directory of Corporate Affiliates, Fortune 500, atau Business Week 1000 yang memiliki anak perusahaan di Jepang, Kanada, Jerman atau di Inggris, penelitian ini menemukan secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan kriteria evaluasi kinerja antar negara. Hal ini dikarenakan semua anak perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan profit perusahaan. Namun antar negara terdapat perbedaan dalam pemilihan metode transfer pricing , dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang digunakan dalam evaluasi kinerja. Perusahaan multinasiona yang menggunakan market-based transfer price biasanya berada di industri dimana harga pembanding tersedia (lingkungan yang berkompetisi). Hal ini mendukung temuan yang menyatakan bagi perusahaan multinasional yang menggunakan market dan negotiated method , nilai laba bersih dan ROI lebih penting daripada yang tidak menggunakan metode tersebut. Dan transfer pricing bukan merupakan determinan evaluasi kinerja.
Cools, Emmanuel dan Jorrissen (2008) berusaha untuk menguji pengaruh dari kepatuhan pajak terkait transfer pricing terhadap desain management control system (MCS), pada satu perusahaan multinasional yang menggunakan nilai transfer pricing yang sama untuk kepatuhan pajak dan tujuan internal manajemen. Dengan menggunakan studi kasus, penelitian ini menemukan adanya bukti pengaruh dari kepatuhan pajak terhadap desain Cools, Emmanuel dan Jorrissen (2008) berusaha untuk menguji pengaruh dari kepatuhan pajak terkait transfer pricing terhadap desain management control system (MCS), pada satu perusahaan multinasional yang menggunakan nilai transfer pricing yang sama untuk kepatuhan pajak dan tujuan internal manajemen. Dengan menggunakan studi kasus, penelitian ini menemukan adanya bukti pengaruh dari kepatuhan pajak terhadap desain
Rossing (2013) melakukan penelitian guna menguji bagaimana strategi pajak mempengaruhi management control system (MCS) pada peusahaan yang menghadapi risiko pajak transfer pricing . Dengan menggunakan studi kasus dan Levers of Control versi Simons (1995) sebagai kerangka acuan, penelitian ini menemukan bahwa MCS dalam perusahaan multinasional tergantung respon perusahaan multinasional tersebut terhadap lingkungan pajaknya. Penelitian ini mengembangkan contingency based theory pada MCS dengan memberikan ilustrasi atas peranan kerjasama jaringan antar organisasi yang beranggotakam ahli transfer pricing perusahaan multinasional. Kolaborasi ini terbentuk karena luasnya pengetahuan tentang pajak sehingga dengan adanya kolaborasi diharapkan dapat terjadi interactive control system dan mengurangi ketidakpastian. Dalam menjelaskan hasil, penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan, yaitu contingency-based theory dan network theory pada level antar organisasi.
Topik transfer pricing lainnya Borkowski (1996) melakukan kajian literatur terkait transfer pricing. Dengan kajiannya ini Borkowski (1996) berupaya untuk mengintegrasikan hasil yang bertentangan dan/atau tidak memperkuat hasil studi sebelumnya dan kemudian menarik kesimpulan secara keseluruhan mengenai riset transfer pricing. Kajian dilakukan dengan menggunakan meta- analisis dan reviu naratif secara tradisional. Dari hasil analisisnya, Barkowski (1996) menemukan bahwa faktor yang secara konsisten mempengaruhi pemilihan metode transfer pricing adalah ukuran perusahaan dan jenis industri.
Mehafdi (2000) telah melakukan pengidentifikasian dan mendiskusikan isu etika dan menilai implikasinya terhadap internalisasi perdagangan, desain dari sistem transfer pricing, dan peraturan pajak internasional. Dari hasil analisisnya dihasilkan suatu kerangka pemikiran dimana isu etika terkait transfer pricing dilihat dari konteks domestik & internasional. Dalam penelitiannya Mehafdi (2000) juga melihat implikasi efek buruk transfer pricing harm dari sisi: transferor , transferee , perusahaan dan host country (otoritas pajak, tenaga kerja dan lingkungan).
Baldenius, Melumad, dan Reichelstein (2004) berusaha untuk membuat model perhitungan nilai transfer pricing di suatu perusahaan multinasional jika masing-masing divisi dianggap menghadapi tarif pajak penghasilan yang berbeda. Penelitian Baldenius, Melumad, dan Reichelstein (2004) dikategorikan sebagai basic research.
Chan dan Lo (2004) berusaha untuk memberi bukti empiris mengenai hubungan antara persepsi manajemen atas pentingnya variabel lingkungan dan pilihan mereka atas metode transfer pricing internasional, dalam konteks ekonomi berkembang. Penelitian dilakukan dengan metode interview dan analisis atas data archival. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin manajemen merasa kepentingan partner lokal dan pemeliharaan hubungan baik deengan pemerintah itu penting, maka semakin besar kecenderungan foreign investment enterprises (FIE) di Cina akan menggunakan market- based transfer pricing method. Di sisi lain, semakin manajemen merasa kontrol devisi itu penting dalam keputusan transfer pricing maka semakin besar kecenderungan FIE menggunakan cost-based method.
Eden, Valdez dan Li (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh dari AS transfer pricing penalty pada stock market valuation dari perusahaan multinasional Jepang yang memiliki anak perusahaan di US pada tahun 1990an. Dengan menggunakan event study , penelitian ini menemukan bahwa adanya penalti menyebabkan turunnya nilai cumulative market value .
Cecchini, Leitch dan Strobel (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk Cecchini, Leitch dan Strobel (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
Gao dan Zhao (2015) membuat model komprehensif yang bertujuan untuk menentukan nilai transfer pricing yang optimal pada perusahaan multinasional, guna memaksimalkan laba perusahaan secara keseluruhan. Model yang dihasilkan berupa persamaan matematika, sehingga penelitian ini dikategorikan sebagai basic research.