KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN LITERATUR
2. KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN LITERATUR
2.1.Perkembangan terkini Transfer Pricing Penggunaan transfer pricing dimulai sejak adanya desentralisasi pada operasional perusahaan (Zhao, 2000). Penerapan desentralisasi dapat memberikan beberapa manfaat, seperti mengatasi keterbatasan informasi yang dapat diperoleh kantor pusat, mengurangi biaya kontrol, menyediakan insentif yang lebih baik kepada anak perusahaan dll. Namun
penerapan desentralisasi juga dapat menyebabkan beberapa masalah, antara lain yaitu kecenderungan anak perusahaan untuk memaksimalkan keuntungannya sendiri, yang akhirnya dapat mengurangi keuntungan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karenanya, untuk mempertahankan keuntungan penerapan desentralisasi, namun dapat menghindari adanya perilaku yang merugikan perusahaan secara keseluruhan, transfer pricing diterapkan sebagai solusi. Seperti dinyatakan dalam Borkowski (1996), salah satu tujuan dari digunakannya transfer pricing adalah untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dan sebagai alat ukur kinerja anak perusahaan.
Penerapan transfer pricing lebih banyak digunakan antar unit atau antar anak perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Karena keputusan/penetapan angka transfer pricing akan dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, dan mempengaruhi nilai laba maupun jumlah pajak yang akan dibayar unit atau anak perusahaan tersebut. Pengaruh ini dikarenakan adanya perbedaan tarif pajak antar negara (Borkowski, 1996).
Horngren et al. (2012) menyebutkan ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menentukan transfer pricing. Pertama, metode market-based transfer prices, dimana besaran harga transfer disesuaikan dengan harga pasar atas produk atau jasa yang diberikan. Kedua, metode cost-based transfer prices, dimana besaran harga transfer menutupi biaya produksi produk atau jasa yang ditransfer. Seringkali penetapan transfer pricing dengan metode ini disertai penambahan besaran margin tertentu. Dan ketiga, metode hybrid transfer prices. Penggunaan metode ini merupakan campuran dari metode market-based dan cost-based, dimana manajemen tiap divisi/anak perusahaan akan bernegoisasi untuk memaksimalkan keuntungan masing-masing divisi.
Penerapan transfer pricing di atas atau di bawah harga pasar dapat mempengaruhi besaran laba suatu unit atau anak perusahaan, yang kemudian akan mempengaruhi besaran jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan tersebut kepada otoritas pajak negara. Praktik seperti inilah yang disebut praktik profit shifting, yaitu tindakan pemindahan keuntungan dari perusahaan yang berada di negara X ke perusahaan afiliasi yang berada di negara lain yang memiliki tarif pajak lebih rendah (www.pajak.go.id).
Terkait praktik profit shifting, beberapa negara telah melakukan beberapa kesepakatan internasional untuk menangani penyalahgunaan penerapan transfer pricing ini . Kesepakatan yang dimaksud antara lain berupa kesepakatan pertukaran informasi secara otomatis
(automatic exchange of information – AEOI). Kesepakatan semacam ini pertama kali dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) pada tahun 2010 ketika pemerintah AS mengeluarkan kebijakan Foreign Account Tax Compliance Act (FATCA), dimana pemerintah AS mewajibkan lembaga keuangan yang berada di luar AS, untuk melakukan pelaporan (automatic exchange of information – AEOI). Kesepakatan semacam ini pertama kali dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) pada tahun 2010 ketika pemerintah AS mengeluarkan kebijakan Foreign Account Tax Compliance Act (FATCA), dimana pemerintah AS mewajibkan lembaga keuangan yang berada di luar AS, untuk melakukan pelaporan
2.2. Analisis Kajian Riset Transfer Pricing Kajian atas riset transfer pricing telah dilakukan oleh Borkowski (1996) dan Cecchini, et al. (2013). Menurut Borkowski (1996), penelitian terkait transfer pricing telah mulai marak dilakukan sejak tahun 1970an. Hal ini terlihat dari banyaknya riset yang dilakukan dengan mengambil sampel berupa perusahaan multinasional dari sampel atau populasi yang sama. Penelitian Borkowski (1996) fokus pada praktik tra nsfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan multinasional. Borkowski (1996) tidak melakukan riset atas praktik transfer pricing domestic, karena proses transfer domestik terjadi pada kondisi ekonomi dan lingkungan politik yang sederhana, tidak terpengaruh oleh pajak internasional, tarif, nilai mata uang dan faktor negara. Borkowski (1996) menemukan bahwa atas 21 riset terkait transfer pricing, topik yang banyak digunakan dalam penelitian transfer pricing adalah tujuan transfer pricing , pajak/tarif/peraturan yang terkait, karakteristik organisasi, variabel lingkungan, dan batasan dari tiap negara. Borkowski (1996) menemukan bahwa beberapa hasil dari riset terlihat saling melengkapi. Namun ada juga beberapa yang saling bertolakbelakang. Dari hasil meta-analisis yang dilakukan Borkowski (1996) menemukan bahwa ukuran dan jenis industri merupakan faktor-faktor yang secara konsisten mempengaruhi tindakan transfer pricing yang dilakukan perusahaan.
Cecchini, et al. (2013) menganalisis penelitian terkait transfer pricing dalam perusahaan multinasional dengan menggunakan teori Transaction Cost Economics (TCE) dan Resource Based View (RBV) sebagai kerangka analisis. Cecchini, et al. (2013) melakukan reviu atas teori TCE dan RBV, kemudian mengembangkan anteseden dan konsekuensi dari transfer pricing berdasarkan teori tersebut. Kerangka berpikir (framework) yang dibangun Cecchini, et al. (2013) menunjukkan bahwa kebijakan penetapan transfer pricing merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan banyak faktor serta banyak konsekuensi yang mungkin bertentangan satu dengan yang lainnya.
2.3. Metodelogi Kajian Riset
Penelitian terdahulu telah melakukan kajian riset dengan berbagai metodologi, antara lain yaitu content analysis, methodology analysis, dan author analysis. Ketiga metodologi tersebut seringnya dilakukan secara bersamaan seperti yang dilakukan oleh Hopper et al. (2008), Pickerd et al. (2011) dan Hoque (2014).
Menurut Pickerd et al (2011), metodelogi penelitian dapat dikelompokkan dan didefinisikan menjadi empat kelompok, yaitu: (1) analytical, yaitu penelitian yang menganalisis dan memberikan kesimpulan berdasarkan teori model atau terminologi matematika. Penelitian ini menggunakan alat analisis untuk memprediksi, menjelaskan, atau memberikan substansi atas suatu teori; (2) Archival, yaitu penelitian yang menganalisis dan memberikan kesimpulan berdasarkan data objektif yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Termasuk dalam kategori ini adalah penelitian yang menggunakan data riset berupa angka- angka objektif, seperti data laba bersih, penjualan, biaya, dll.; (3) Experimental , yaitu penelitian yang menganalisis dan memberikan kesimpulan berdasarkan data yang peneliti Menurut Pickerd et al (2011), metodelogi penelitian dapat dikelompokkan dan didefinisikan menjadi empat kelompok, yaitu: (1) analytical, yaitu penelitian yang menganalisis dan memberikan kesimpulan berdasarkan teori model atau terminologi matematika. Penelitian ini menggunakan alat analisis untuk memprediksi, menjelaskan, atau memberikan substansi atas suatu teori; (2) Archival, yaitu penelitian yang menganalisis dan memberikan kesimpulan berdasarkan data objektif yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Termasuk dalam kategori ini adalah penelitian yang menggunakan data riset berupa angka- angka objektif, seperti data laba bersih, penjualan, biaya, dll.; (3) Experimental , yaitu penelitian yang menganalisis dan memberikan kesimpulan berdasarkan data yang peneliti
Terkait penelitian transfer pricing, Borkowski (1996) melakukan kajian riset dengan metode meta-analisis dan juga metode reviu narasi secara tradisional. Dalam kajiannya Borrowski (1996) menganalisis besaran sampel, tipe penelitian, serta tingkat respon dari seluruh hasil penelitian yang dikaji.