Sistem Pemajakan. 1.Kebijakan Perpajakan.
1.5.2. Sistem Pemajakan. 1.5.2.1.Kebijakan Perpajakan.
Para ahli administrasi negara telah meletakkan fungsi perumusan kebijakan negara ( public policy formulation ) sebagai bagian yang sama pentingnya dengan fungsi pelaksanaan kebijakan negara. Nicholas Henry dalam Irfan (2003: 3) mengatakan bahwa :
“ For the letter part of the twentieth century, the public bureaucracy has been the locus of public policy formulation and the major determinant of where this country is going “. Politik mempunyai hubungan yang erat sekali dengan administrasi dan menurut
Irfan dalam bukunya Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara yang mengutip pendapat John Rehfuus (2003:7) bahwa politik yang merupakan perjuangan untuk mengalokasikan nilai – nilai dan sumber-sumber sosial – secara erat disejajarkan dengan kegiatan administrasi ( Politics-the struggle over the allocation of social values and resources-is intimately intertwined with administrative action ).
Berdasarkan pernyataan di atas, jelas sekali bahwa peranan lembaga pemerintahan bukan saja melaksanakan kebijakan negara tetapi juga berperan dalam merumuskan kebijakan tersebut. Peranan kembar yang dimainkan oleh lembaga pemerintahan tersebut memberikan gambaran betapa pentingnya peranan administrasi negara dalam proses politik.
Proses pemilihan tujuan dan nilai-nilai serta pengalokasian tujuan nilai-nilai tersebut bagi seluruh anggota masyarakat suatu negara semakin banyak dilakukan oleh badan-badan pemerintahan, dan tugas badan legislatif hanyalah menguji dan menyetujui nilai tersebut. Hal ini dimungkinkan karena badan-badan pemerintahan tersebut telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai ( hardwares and softwares ) untuk itu. Dinamika administrasi negara telah mampu menjadikan dirinya sebagai telah dewasa dalam hal memilih dan mengalokasikan nilai-nilai pada masyarakatnya. Jelasnya, peranan administrasi negara dalam proses politik semakin dominan, yaitu terlibat dalam proses perumusan kebijakan negara dan pelaksanaan kebijakan tersebut. Atau dengan kata lain, administrasi negara tidak hanya memainkan peran instrumental ( instrumental role ) saja melainkan juga aktif dalam peran politik ( political role ). Setiap kebijakan negara, maka secara nyata ( de facto) berarti juga terlibat dalam kegiatan proses politik.
Menurut Daniel Bromley (1989:3) terdapat tiga tingkatan dalam sebuah proses kebijakan sebagai suatu hirarki kelembagaan yang terdiri dari tingkat kebijakan ( policy level ), tingkat organisasi (organizational level), dan tingkat operasional ( operational level).
Pada tingkat kebijakan (policy level), pandangan-pandangan umum dan aspirasi dari masyarakat diperdebatkan, disaring, dan diformulasikan melalui badan legislatif (setelah dilakukan dengar pendapat dengan badan eksekutif) dalam suatu Undang- Pada tingkat kebijakan (policy level), pandangan-pandangan umum dan aspirasi dari masyarakat diperdebatkan, disaring, dan diformulasikan melalui badan legislatif (setelah dilakukan dengar pendapat dengan badan eksekutif) dalam suatu Undang-
Sistem informasi yang efektif merupakan kunci terselenggaranya pemungutan pajak secara adil. Sebaliknya apabila Administrasi Perpajakan itu tidak ditunjang oleh sistem informasi yang efektif, maka akan mengakibatkan ketimpangan, yaitu ada Subjek Pajak yang seharusnya menjadi Wajib Pajak tetapi tidak terdaftar, sehingga penyelenggaraan pemungutan pajak tidak adil. Untuk menciptakan sistem informasi yang efektif harus ada keterlibatan semua pihak, baikpemerintah maupun swasta. Hal inilah yang disebut pentingnya feed-back policy process dalam perumusan kebijakan publik. (Mansury : 2000)
Menurut Norman D. Nowak dalam Mansury (2000) bahwa administrasi perpajakan merupakan kunci bagi berhasilnya pelaksanaan kebijakan perpajakan. Selanjutnya dalam bukunya tersebut dijelaskan bahwa dasar-dasar bagi terselenggaranya administrasi perpajakan yang baik meliputi : (a) kejelasan dan kesederhanaan dari ketentuan undang-undang yang memudahkan bagi administrasi dan memberikan kejelasan bagi Wajib Pajak; (b) kesederhanaan akan mengurangi penyelundupan pajak, sederhana dalam perumusan yuridis yaitu peraturan yang memberikan kemudahan untuk dipahami, maupun kesederhanaan untuk dilaksanakan oleh aparat dan untuk dipatuhi pajaknya oleh Wajib Pajak; (c) reformasi dalam bidang perpajakan yang realistis harus mempertimbangkan kemudahan tercapainya efisiensi dan efektivitas Administrasi Perpajakan, semenjak dirumuskannya Kebijakan Perpajakan; dan (d) administrasi perpajakan yang efisien dan efektif perlu disusun dengan memperhatikan penataan pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan informasi tentang Subjek Pajak dan Objek Pajak.
1.5.2.2.Sistem Pemungutan Pajak.
Sistem perpajakan suatu negara terdiri dari tiga unsur sub-sistem, yaitu tax policy , tax law dan tax administration ( Norman : 1989) Mengacu pada pendapat tersebut, sistem perpajakan dapat disebut sebagai metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terhutang oleh wajib pajak dapat mengalir ke kas negara.
Untuk itu, dalam sistem pajak penghasilan dikenal istilah self assessment, official assessment dan witholding tax system . Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan kepada masyarakat atau wajib pajak untuk melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya, mulai dari pendaftaran sebagai wajib pajak, menghitung, menyetorkan pajak terhutang, melaporkan, hingga mempertanggungjawabkan pajak terhutang (Asikin:1991). Dengan demikian, inisiatif pemenuhan kewajiban pajak terletak pada wajib pajak dan bukan pada fiskus sebagaimana pada official assessment system .
Hanya pajak yang memungkinkan suatu negara modern untuk tetap bisa menegaskan keberadaanya dan mempertahannkannya. Hal ini menekankan bahwa pembiayaan pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri terutama dari pajak merupakan satu hal yang tidak bisa dielakkan dimasa yang akan datang.
Apabila diharapkan pemungutan pajak itu adil, maka ketentuan undang-undang pajak harus diterapkan secara ” Allgemeinheit und Gleichmaszigkeit” (secara umum dan merata), yaitu undang-undang pajak harus diberlakukan umum kepada semua anggota masyarakat tanpa kecuali dan beban pajaknya harus dipikulkan secara merata kepada semua anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar pajak dengan suatu tarip yang progresif, sehingga pemungutan pajak yang demikian akan menciptakan distribusi penghasilan yang lebih baik.