Latar Belakang Masalah.
1.1 Latar Belakang Masalah.
Bank merupakan suatu badan usaha di bidang keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Dendawijaya : 2001 : 12). Dalam melaksanakan kegiatan usahanya sebagaimana tersebut di atas bank harus berpedoman kepada perangkat hukum yang terkait, antara lain Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang No.
10 Tahun 1λλ8 tentang Perbankan (“UU Perbankan”). Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian diperoleh melalui kegiatan pinjam-meminjam (Supriyanto : 2006 : 115) .
Informasi kinerja suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba-rugi). Neraca berisi informasi aset, kewajiban dan modal pada suatu waktu. Laporan laba-rugi berisi informasi mengenai hasil aktivitas bisnis dalam kurun waktu Informasi kinerja suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba-rugi). Neraca berisi informasi aset, kewajiban dan modal pada suatu waktu. Laporan laba-rugi berisi informasi mengenai hasil aktivitas bisnis dalam kurun waktu
Indikator kesehatan sejumlah penduduk suatu negara dikaitkan dengan tingkat ekonomi yang mereka miliki. Pernyataan ini bukanlah sekedar isu yang beredar di masyarakat. Pada kenyataannya masyarakat dengan tingkat ekonomi yang tinggi dapat dengan mudah menggunakan fasilitas kesehatan yang mereka inginkan, sebaliknya pada masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk menggunakan fasilitas kesehatan mereka harus mengeluarkan biaya yang seharusnya mereka pergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hal ini dapat mempengaruhi akal pikiran bahwa risiko kesehatan pada suatu saat tidak dapat dihindari untuk terjadi, oleh karena itu mereka memilih untuk mengalihkan risiko.
Dalam mengalihkan risiko kesehatan, pendekatan yang dapat digunakan selain Jaminan Kesehatan adalah dengan Asuransi Kesehatan Sosial. Asuransi kesehatan sosial merupakan asuransi yang wajib diikuti oleh seluruh atau sebagian penduduk (Misalnya Pegawai Negeri), premi atau iurannya bukan nilai nominal tetapi merupakan persentase upah yang wajib dibayarkan dan manfaat asuransi ( benefit ) ditetapkan peraturan perundangan yang relatif sama untuk semua peserta. Jaminan kesehatan dan asuransi kesehatan sosial dapat menjadi solusi untuk mengatasi dan mengalihkan risiko kesehatan yang dapat terjadis sewaktu-waktu.
Jaminan kesehatan dan asuransi kesehatan sosial merupakan penggabungan kombinasi program yang digunakan oleh BPJS Kesehatan dalam menjalankan program pemeliharaan dan perlindungan kesehatan masyarakat Indonesia. Kombinasi dari program ini masih pertama kali dicoba di Indonesia. Oleh karena itu, masih timbul beberapa pertanyaan mengenai bagaimana proses operasional dan penerapan yang akan dilaksanakan untuk menjamin dan melindungi masyarakat Indonesia secara
keseluruhan, seperti visi dari BPJS Kesehatan yaitu “Cakupan Semesta 201λ” yang berarti bahwa seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya pada 1 Januari 2019.
Cara yang paling umum bagi perusahaan, perorangan, atau keluarga untuk mengalihkan resiko adalah dengan membeli pertanggungan asuransi. Resiko kerugian finansial tersebut dialihkan ke perusahaan asuransi, dan apabila terjadi suatu kerugian yang spesifik, perusahaan asuransi tersebut akan membayarkan sejumlah uang asalkan perusahaan asuransi tersebut telah menerima sejumlah uang yang disebut sebagai premi.
Tujuan dari asuransi itu sendiri yaitu memberikan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan finansial. Bagi sebagian besar orang, kebutuhan dasar akan jaminan finansial merupakan hal yang umum. Namun, kebutuhan tersebut berbeda untuk setiap orang dan kebutuhan finansial seseorang pun cenderung berubah dari waktu ke waktu. Asuransi adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk membantu mereka dalam penyediaan jaminan finansial. Sebagian orang menyadari perlunya memiliki jaminan finansial dan membeli asuransi untuk mencukupinya.
Tetapi ada juga sebagian lainnya yang tidak menyadari betapa perlu dan pentingnya asuransi. Kemampuan seseorang untuk mencari penghasilan atau bekerja Tetapi ada juga sebagian lainnya yang tidak menyadari betapa perlu dan pentingnya asuransi. Kemampuan seseorang untuk mencari penghasilan atau bekerja
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan dari 240 juta penduduk seluruh Indonesia baru 4% atau sekitar 62 juta jiwa saja yang telah menggunakan produk jasa asuransi. Dari seluruh pengguna jasa asuransi itu pun hanya sekitar 10 juta orang saja yang merupakan pegguna individu dan lebih dari separuhnya merupakan asuransi kelompok. Indonesia sudah tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Negara-negara itu sudah mencapai sekitar 10% dari total penduduknya yang telah mendaftarkan diri di jasa asuransi. Masih sangat kecil kontirbusi jasa asuransi pada ekonomi dalam negeri. Dalam skema PDB kontribusinya hanya sekitar 2%. Sedangkan total aset industri asurasi dalam negeri sudah mencapai Rp550 triliun dengan pertumbuhan aset sebanyak 25% per tahun.
Dalam undang-undang perpajakan di Indonesia, jika diperhatikan lebih mendalam terdapat dua hal yang perlu mendapat perhatian yang berpotensi mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak, yaitu (1) spirit of punishment ; dan (2) kompleksitas. Undang-undang perpajakan tersebut masih menonjolkan aspek pemberian punishment dari pada spirit pemberian reward . Di lain pihak, aturan perpajakan tersebut cenderung kompleks atau menambah keruwetan dalam menerapan di lapangan. Kecenderungan ini dapat memberikan peluang untuk menimbulkan kerancuan dalam memahami dan menginterpretasikannya.
Sistem self-assessment yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang, mengharuskan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Upaya untuk melaksanakan pemenuhan kewajiban pajak dengan baik dan benar agar tidak terjadi pemborosan sumber dana tidak perlu karena sanksi perpajakan (bunga, denda maupun kenaikan pajak), maka Wajib Pajak harus mengatur kewajiban perpajakannya secara sistematis yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dibidang perpajakan untuk mencapai pemenuhan kewajiban perpajakan yang minimum.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menjadikan topik dalam penelitian ini. Melihat begitu banyak perkembangan asuransi dan perpajakan serta fase ekonomi yang terjadi baik di Indonesia.