memanfaatkan Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe dibandingkan dengan pendidikan rendah, dan semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan lebih mengetahui risiko
penyakit IMS, maka ada kecenderungan memanfaatkan Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe.
5.2.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS
Puskesmas Kabanjahe
Hasil uji regresi berganda menunjukkan jenis pekerjaan berpengaruh signifikan p0,05 terhadap pemanfaatan pelayanan klinik IMS Puskesmas
Kabanjahe. Menurut Dever 1984, bahwa pekerjaan yang terkait dengan sosial ekonomi
berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Penelitian ini mendukung Nurmansyah 2005, di Puskesmas Glugur
Darat dan Darussalam bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap kunjungan pasien. Mengacu kepada hasil penelitian dan pendapat di atas maka dapat dijelaskan
bahwa penderita IMS yang bekerja sebagai pekerja tidak tetap PSK, berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena pekerjaan sebagai PSK lebih berisiko menderita penyakit IMS.
5.2.3. Pengaruh Suku Bangsa terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS
Puskesmas Kabanjahe
Hasil uji regresi berganda menunjukkan suku bangsa tidak berpengaruh p0,05 terhadap pemanfaatan pelayanan Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai penelitian Rachmadi 2005, bahwa faktor suku bangsa pasien tidak berpengaruh dalam mempersepsikan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karimun, selanjutnya faktor suku bangsa juga tidak berpengaruh terhadap kepuasan dalam memanfaatkan pelayanan rumah
sakit. Mengacu kepada hasil penelitian dan pendapat di atas maka dapat dijelaskan
bahwa tidak adanya pengaruh suku bangsa terhadap pemanfaatan Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe kemungkinan disebabkan karena suku bangsa Karo maupun
suku bangsa lainnya pada saat menderita penyakit IMS mempunyai sikap yang sama dalam memanfaatkan Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe untuk kesembuhan
penyakitnya. Di samping itu bahwa tidak ada perbedaan risiko tertular penyakit IMS antara suku bangsa Karo maupun suku bangsa lainnya.
5.2.4. Pengaruh Pendapatan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS
Puskesmas Kabanjahe
Hasil uji regresi berganda menunjukkan tingkat pendapatan berpengaruh p0,05 terhadap pemanfaatan pelayanan klinik IMS Puskesmas Kabanjahe.
Menurut Mills dan Gibson 1990, pemanfaatan pelayanan sarana kesehatan berhubungan dengan tinggi rendahnya pendapatan, besarnya permintaan akan
pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan modern, biaya pelayanan berperan dalam permintaan akan kebutuhan kesehatan, pada kelompok masyarakat
yang berpendapatan rendah dibandingkan dengan masyarakat yang berpendapatan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Mengacu kepada hasil penelitian dan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin memanfaatkan pelayanan
kesehatan di Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe untuk kesembuhan penyakitnya. Hal ini kemungkinan disebabkan lebih besar kemampuan dalam membayar biaya
pelayanan kesehatan. 5.3. Pengaruh Keyakinan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS
di Puskesmas Kabanjahe
Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui bahwa variabel keyakinan tidak berpengaruh p0,005 terhadap pemanfaatan pelayanan klinik IMS
Puskesmas Kabanjahe. Sesuai penelitian Puspitasari 2008, bahwa faktor keyakinan pasien terhadap
layanan jasa Rumah Sakit Al-Aziziyah Gresik tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diberikan pada rumah sakit tersebut.
Mengacu kepada hasil penelitian dan pendapat di atas kemungkinan disebabkan karena beberapa instrumen yang digunakan untuk mengukur keyakinan
pada penelitian ini tidak merupakan faktor yang utama pada sebagian responden dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe. Hal
ini terlihat dari hasil penelitian bahwa walaupun sebagian responden tidak yakin terhadap pelayanan Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe, namun karena besarnya faktor
motivasi eksternal sehingga responden tetap memanfaatkannya.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Pengaruh Karakteristik Pendukung Kemampuan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS di Puskesmas Kabanjahe
Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui bahwa variabel kemampuan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan klinik IMS Puskesmas
Kabanjahe. Mengacu kepada hasil penelitian tentang kemampuan responden berkunjung ke klinik IMS di Puskesmas Kabanjahe diketahui bahwa terbanyak
dengan kategori mampu 61,2. Setelah dilakukan uji regresi ganda menunjukkan variabel kemampuan berpengaruh p0,005 terhadap pemanfaatan pelayanan klinik
IMS Puskesmas Kabanjahe. Menurut Dever 1984, keterjangkauan tempat pelayanan diukur dengan jarak
tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu, ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan
peningkatan pemakaian pelayanan. Mengacu kepada hasil penelitian dan pendapat di atas maka dapat dijelaskan
bahwa faktor pendukung penderita IMS dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe senantiasa mempertimbangkan faktor biaya, jarak
dan waktu yang tersita.
5.5. Pengaruh Karakteristik Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS di Puskesmas Kabanjahe
Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui bahwa variabel karakteristik kebutuhan perasaan subjektif dan evaluasi klinis tidak berpengaruh
p0,005 terhadap pemanfaatan pelayanan klinik IMS Puskesmas Kabanjahe.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai penelitian Puspitasari 2008, bahwa faktor kebutuhan pasien terhadap layanan jasa Rumah Sakit Al-Aziziyah Gresik tidak berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diberikan pada rumah sakit tersebut. Lebih lanjut dijelaskan Puspitasari bahwa faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan
pelayanan bukan saja yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien, karena pasien tidak hanya menginginkan sembuh dari penyakit yang dideritanya saja namun
lebih dari itu pelayanan, keramah tamahan dari orang-orang yang ada di rumah sakit itui sendiri.
Mengacu kepada hasil penelitian dan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa kemungkinan karena beberapa instrumen yang digunakan untuk mengukur
aspek kebutuhan pada penelitian ini tidak merupakan faktor yang utama pada sebagian responden dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Klinik IMS
Puskesmas Kabanjahe. Hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa walaupun sebagian responden tidak membutuhkan pelayanan Klinik IMS Puskesmas Kabanjahe, namun
karena besarnya faktor motivasi eksternal sehingga responden tetap memanfaatkannya.
5.6. Pengaruh Motivasi internal dan eksternal terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS di Puskesmas Kabanjahe
Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui bahwa variabel motivasi berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan klinik IMS Puskesmas
Kabanjahe. Mengacu kepada hasil penelitian tentang motivasi responden berkunjung di klinik IMS Puskesmas Kabanjahe bahwa responden terbanyak dengan kategori
Universitas Sumatera Utara
termotivasi yaitu 51,0. Berdasarkan hasil analisis statistik Chi Square, diketahui Pemanfaatan pelayanan klinik IMS dengan kategori tidak berulang, dominan pada
motivasi kategori tidak termotivasi 83,3 dan terdapat hubungan antara motivasi dengan pemanfaatan pelayanan klinik IMS p0,05. Setelah dilakukan uji regresi
berganda menunjukkan variabel motivasi berpengaruh p0,005 terhadap pemanfaatan pelayanan klinik IMS Puskesmas Kabanjahe.
Menurut Rossenstock dan Hoch dalam Mantra 1989, seseorang akan mencari pelayanan kesehatan profesional apabila ia merasa sensitif perceived
susceptibility terhadap suatu keadaan yang merugikan dan keadaan yang diderita cukup besar perceived severity maka akan semakin besar motivasi dorongan
mereka untuk mencari pelayanan kesehatan yang profesional dan sebaliknya mereka akan mencari yang tidak profesioanal.
Didukung oleh Trisnantoro 2004, ilmu ekonomi juga dapat dipergunakan untuk menerangkan mengapa terjadi pelayanan kesehatan yang rendah, salah satu
diantaranya adalah akibat kekurangan dana operasional yang terbatas dan insentif juga terbatas, sehingga pihak pemberi layanan tidak mampu menarik para profesional
untuk bekerja sepenuh hati yang berakibat pada motivasi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan menjadi rendah.
Gitosudarmo dan Sudita 2000, mendefinisikan motivasi sebagai faktor- faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya
untuk memenuhi tujuan tertentu. Widjaja 1996, bahwa motivasi adalah psikologis tertentu dalam diri
seseorang yang muncul oleh karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Thabrany 2001, pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama, yaitu uncertainty ketidakpastian, asymmetry of information ketidakseimbangan
informasi, dan externality pengaruh terhadap masyarakat di sekeliling disamping itu kemampuan pemerintah untuk mengawasi dan mengendalikan pelayanan
kesehatan masih sangat terbatas, sehingga masyarakat makin rentan sebagai korban supply induced demand pemanfaatan berlebihan tidak sesuai kebutuhan medis, serta
moral hazard dari rumah sakit dan praktik dokter yang mencari laba, sehingga orang enggan kurang termotivasi memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
Hamurwono 2001, buruknya pelayanan puskesmas dokter umum di puskesmas terlalu disibukkan dengan urusan nonmedis. Pengobatan kebanyakan
dilakukan perawat. Akibatnya, terjadi 60 persen kekeliruan diagnosis di puskesmas. Buruknya kinerja puskesmas mengakibatkan penyakit menular seperti malaria, TB,
serta angka kematian bayi tetap tinggi. Hal ini pula yang menyebabkan kasus medik dasar menumpuk di rumah sakit.
Mengacu kepada hasil penelitian dan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa penderita IMS yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Klinik IMS
Puskesmas Kabanjahe terkait dengan seberapa tinggi motivasi yang ada dalam dirinya untuk mencari pengobatan serta motivasi yang diberikan oleh orang di
sekitarnya seperti petugas kesehatan, keluarga, teman, LSM maupun majikan tempatnya bekerja. Pengaruh motivasi terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan
begitu besar, sehingga walaupun faktor keyakinan dan kebutuhan kurang pada penderita IMS tetapi masih memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN