Penilaian Depresiasi Sumberdaya Ikan Lemuru Dan Dampaknya Bagi Kesejahteraan Nelayan Sebagai Bahan Pertimbangan Rekomendasi Kebijakan Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi)

(1)

SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN REKOMENDASI

KEBIJAKAN PERIKANAN

(Studi Kasus: Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi)

TIFFANY LAVENIA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Depresiasi Sumberdaya Ikan Lemuru dan Dampaknya bagi Kesejahteraan Nelayan sebagai Bahan Pertimbangan Rekomendasi Kebijakan Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Tiffany Lavenia


(4)

(5)

TIFFANY LAVENIA. Penilaian Depresiasi Sumberdaya Ikan Lemuru dan Dampaknya bagi Kesejahteraan Nelayan sebagai Bahan Pertimbangan Rekomendasi Kebijakan Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi). Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan BENNY OSTA NABABAN.

Kecamatan Muncar merupakan penyumbang terbesar perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi, dengan produksi perikanan tangkap dominan yaitu ikan lemuru. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis nilai depresiasi sumberdaya ikan lemuru, (2) menganalisis dampak depresiasi terhadap perubahan kesejahteraan nelayan, (3) mengidentifikasi alternatif rekomendasi kebijakan strategi adaptasi nelayan dan menganalisis alternatif kebijakan lain yang dilakukan pemerintah. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah model bioekonomi Schaefar, metode present value, analisis perubahan surplus produsen, metode WSM dan analisis deskriptif. Berdasarkan data terkoreksi, depresiasi terjadi selama 9 kali dalam 15 tahun. Estimasi nilai depresiasi sebesar Rp 1,7 triliun dengan rata-rata Rp 214,3 miliar per tahun. Skenario pencemaran 10%, 25%, 50%, estimasi nilai depresiasi sebesar Rp 1,6 triliun, Rp 1,4 triliun, Rp 1,2 triliun. Total surplus yang hilang dari 190 armada di Kecamatan Muncar sebesar Rp 2,31 triliun/tahun. Alternatif kebijakan strategi adaptasi yang terbaik dilakukan yaitu penanaman pohon mangrove di Perairan Muncar. Rekomendasi kebijakan lain yang diajukan yaitu adanya pembatasan pemanfaatan perikanan tangkap dan mengurangi limbah pencemaran dengan aturan-aturan yang berlaku.

Kata kunci: bioekonomi, depresiasi, lemuru, perubahan surplus produsen, strategi adaptasi, weighted sum model


(6)

Impact towards the Welfare of Fishermen as Consideration Fisheries Policy (Case of Study: Sub district of Muncar, Banyuwangi). Supervised by AKHMAD FAUZI and BENNY OSTA NABABAN.

Muncar sub-district is the largest contributor of fishery production in Banyuwangi, with the most dominant product is lemuru. The objectives of this study are (1) to analyze the depreciation value of lemuru resources, (2) to analyze the impact of depreciation towards the welfare changes of fishermen, (3) to identify alternative policy recommendation of the adaptation strategies of fishermen and to analyze other alternative the policy recommendations. The underlying method used in this study is a Schaefar bio economy model, present value method, change producer surplus analysis, WSM method and descriptive analysis. According to the corrected data, depreciation occurred for 9 times in 15 years. Estimated value of depreciation was IDR 1.7 trillion with an average of IDR 214.3 billion per year. Based on pollution scenario of 10%, 25%, 50%, estimated depreciation value respectively were IDR 1.6 trillion, IDR 1.4 trillion, IDR 1.2 trillion. The missing total surplus among the 190 fleet in Muncar sub-district was IDR 2.31 trillion per year. The best adaptation strategy purposed is planting mangrove trees in the waters of Muncar. The other policy recommendations proposed is the restrictions on the use of fisheries and the reduction of waste pollution with the applicable rules.

Key words: adaptation strategy, bio economy, change surplus productivity, depreciation, lemuru, weighted sum model


(7)

SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN REKOMENDASI

KEBIJAKAN PERIKANAN

(Studi Kasus: Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi)

TIFFANY LAVENIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

(10)

(11)

segala limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan Tangkap Lemuru dan Dampaknya bagi Kesejahteraan Nelayan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam kesempatan kali ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua tercinta (Bapak Agus Tri Raharjo dan Ibu Ida Widiarti) dan Adik saya (Geofany Galindra) serta sepupu saya (Yeshinta Noventina), yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan kepada penulis. Semoga karya ini dapat menjadi salah satu persembahan terbaik untuk mereka.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu, wawasan serta waktu kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen penguji perwakilan departemen yang telah menyempurnakan skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Ir. Sutara Hendra Kusumaatmaja, M.Sc dan Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku pembimbing akademik.

5. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL.

6. Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Banyuwangi, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, Badan Pengelolaan Pendaratan Ikan Kecamatan Muncar, Perangkat Kecamatan Muncar, Nelayan Muncar yang telah memberikan informasi dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

7. Sahabat-sahabat perjuangan: Deni, Dilla, Novia, Munawaroh dan sahabat bimbingan skripsi yaitu Lina, Bibah, Umi, Deanty, Iin, Luthfi, Suri, Oci, Acid, Teguh serta ESL 48 yang selalu memberikan bantuan, keceriaan dan semangat.

8. Sahabat kontrakan, yaitu Riana dan Wiwid yang telah memberikan keceriaan, semangat, kekeluargaan selama 4 tahun ini.

9. Sahabat ekoman Nisa, Nerrisa, Apri, Denanda, Rinda, Arif atas semangat dan kehadirannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik terkait skripsi sangat diharapkan oleh penulis. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.

Bogor, Agustus 2015


(12)

(13)

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Sumberdaya Perikanan Tangkap... 9

2.2 Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil: Ikan Lemuru ... 10

2.3 Alat Tangkap Purse Seine Dua Kapal ... 11

2.4 Deplesi, Degradasi dan Depresiasi ... 12

2.5 Pencemaran Pesisir dan Laut ... 12

2.6 Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat Nelayan ... 14

2.7 Kesejahteraan Nelayan... 15

2.8 Adaptasi Ekonomi Masyarakat Nelayan ... 16

2.9 Fungsi Ekosistem Mangrove ... 16

2.10 Penelitian Terdahulu ... 17

3. KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 23

3.1.1 Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan ... 23

3.1.2 Konsep Surplus ... 23

3.1.3 Konsep Multi-Criteria Decision Making (MCDM) ... 24

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

4. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.2 Metode Penelitian ... 29

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 29

4.4 Metode Pengambilan Sampel Penelitian ... 30

4.5 Metode Analisis Data ... 31

4.5.1 Metode Bioekonomi ... 31

4.5.2 Rente Ekonomi ... 33

4.5.3 Metode Present Value ... 33

4.5.4 Analisis Perubahan Surplus Produsen ... 34

4.5.5 Metode Weighted Sum Model (WSM) ... 34

4.5.6 Analisis Deskriptif ... 35

4.6 Batasan Penelitian ... 35

5. GAMBARAN UMUM ... 37


(14)

5.4 Kondisi Perikanan Tangkap Lemuru di Kecamatan Muncar ... 43

5.5 Karakteristik Responden ... 45

5.6 Kondisi Strategi Adaptasi Nelayan ... 48

5.6.1 Memperluas Kawasan Berlayar ... 49

5.6.2 Pekerjaan Tambahan ... 49

5.6.3 Adopsi Teknologi Modern ... 50

5.6.4 Menanam Pohon Mangrove/Bakau ... 50

6. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

6.1 Produksi, Effort Aktual dan Terkoreksi Penangkapan Ikan Lemuru di Kacamatan Muncar ... 51

6.1.1 Catch Per Unit Effort (CPUE) ... 55

6.1.2 Estimasi Parameter Biologi ... 56

6.1.3 Estimasi Biaya dan Harga Riil ... 56

6.1.4 Estimasi Produksi Lestari (Terkoreksi) ... 58

6.1.5 Estimasi Depresiasi Sumberdaya Perikanan Tangkap dengan Skenario Tanpa Pencemaran (Terkoreksi) ... 60

6.1.6 Estimasi Depresiasi Sumberdaya Perikanan Tangkap dengan Skenario Pencemaran (Terkoreksi) ... 61

6.2 Perubahan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Perikanan Tangkap Lemuru di Kecamatan Muncar ... 64

6.3 Alternatif Rekomendasi Kebijakan Penanganan Depresiasi Sumberdaya ikan Lemuru ... 65

6.3.1 Alternatif Rekomendasi Kebijakan Strategi Adaptasi nelayan 66 6.3.2 Alternatif Rekomendasi Kebijakan untuk Pemerintah ... 70

7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

7.1 Kesimpulan ... 73

7.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 79


(15)

1 Distribusi persentase produk domestik regional bruto tahun

2010-2013 ADHK 2000, Kabupaten Banyuwangi ... 2

2 Matriks pemanfaatan sumberdaya perairan ... 9

3 Matriks persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu ... 20

4 Matriks struktur MCDM ... 25

5 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ... 30

7 Kualitas air sungai Kali Mati, Kali Tratas dan Kali Moro tahun 2007 di Kecamatan Muncar... 38

8 Data kualitas air laut Perairan Muncar tahun 2007 dan 2010 ... 39

9 Jumlah penduduk dengan profesi nelayan tahun 2004-2013 di Kecamatan Muncar ... 41

10 Jumlah armada perikanan tangkap tahun 2004-2013 di Kecamatan Muncar ... 42

11 Jumlah alat tangkap tahun 2004-2013 di Kecamatan Muncar ... 42

12 Data produksi dan harga ikan lemuru tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 44

13 Parameter biologi (r, q dan K) sumberdaya ikan lemuru (terkoreksi) 56 14 Biaya riil penangkapan ikan lemuru tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 57

15 Harga riil sumberdaya ikan lemuru tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 57

16 Nilai present value sumberdaya ikan lemuru kondisi tanpa dan dengan pencemaran 10%, 25% dan 50% (terkoreksi) ... 61

17 Perubahan surplus produsen sebelum dan setelah depresiasi ... 65

18 Hasil penilaian alternatif strategi adaptasi nelayan ... 66


(16)

1 Ikan lemuru (Sardinella lemuru) ... 10

2 Alat tangkap purse seine ... 11

3 Foto kapal purse seine dengan dua kapal ... 12

4 Grafik surplus produsen ... 24

5 Kerangka pemikiran operasional ... 27

6 Grafik tren produksi perikanan tangkap tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 43

7 Grafik tren produksi perikanan tangkap lemuru tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 44

8 Tingkat usia responden nelayan perikanan tangkap lemuru ... 45

9 Tingkat pendidikan responden perikanan tangkap lemuru ... 46

10 Jumlah tanggungan responden perikanan tangkap lemuru ... 46

11 Pengalaman responden menjadi nelayan ... 47

12 Lama kepemilikan kapal responden nelayan perikanan tangkap lemuru ... 48

13 Grafik tren produksi ikan lemuru berdasarkan alat tangkap purse seine tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 51

14 Grafik effort aktual penangkapan sumberdaya ikan lemuru dengan alat tangkap purse seine tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar .... 52

15 Data produksi dan effort aktual perikanan lemuru dengan alat tangkap purse seine tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 53

16 Grafik produksi aktual dan terkoreksi ikan lemuru dengan alat tangkap purse seine tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 53

17 Grafik effort aktual dan terkoreksi ikan lemuru dengan alat tangkap purse seine tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 54

18 Grafik perbandingan produksi dan effort penangkapan ikan lemuru dengan alat tangkap purse seine tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar (terkoreksi) ... 54

19 Grafik CPUE terkoreksi penangkapan lemuru tahun 2000-2014 di Kecamatan Muncar ... 55

20 Grafik perbandingan produksi terkoreksi dan lestari sumberdaya ikan lemuru tahun 2000-2014 ... 58

21 Grafik produksi terkoreksi dan produksi lestari sumberdaya ikan lemuru (tanpa dan dengan pencemaran 10%, 25% dan 50%) ... 59

22 Grafik laju present value rente dan perubahan PV rente atau depresiasi sumberdaya ikan lemuru (terkoreksi) ... 60

23 Grafik depresiasi sumberdaya ikan lemuru terkoreksi tanpa dan dengan pencemaran (10%, 25% dan 50%) pada tahun 2000-2014 .... 63


(17)

1 Kuesioner 1: kesejahteraan nelayan ... 81 2 Kuesioner 2: strategi adaptasi nelayan ... 83 3 Peta lokasi penelitian ... 84 4 Data produksi dan effort perikanan tangkap lemuru tahun

2000-2014 di Kecamatan Muncar (aktual) ... 85 5 Data produksi dan effort penangkapan ikan lemuru tahun

2000-2014 di Kecamatan Muncar (terkoreksi) ... 86 6 Data dan perhitungan produksi lestari lemuru tahun 2000-2014 di

Kecamatan Muncar (terkoreksi) ... 87 7 Hasil analisis regresi sumberdaya ikan lemuru dengan skenario

tanpa pencemaran (terkoreksi) ... 88 8 Hasil analisis regresi sumberdaya ikan lemuru dengan skenario

pencemaran 10% (terkoreksi) ... 89 9 Hasil analisis regresi sumberdaya ikan lemuru dengan skenario

pencemaran 25% (terkoreksi) ... 90 10 Hasil analisis regresi sumberdaya ikan lemuru dengan skenario

pencemaran 50% (terkoreksi) ... 91 11 Hasil analisis bioekonomi dan rente ekonomi sumberdaya ikan

lemuru dengan skenario tanpa pencemaran (terkoreksi) ... 92 12 Hasil analisis bioekonomi dan rente ekonomi sumberdaya ikan

lemuru dengan skenario pencemaran 10% (terkoreksi) ... 93 13 Hasil analisis bioekonomi dan rente ekonomi sumberdaya ikan

lemuru dengan skenario pencemaran 25% (terkoreksi) ... 94 14 Hasil analisis bioekonomi dan rente ekonomi sumberdaya ikan

lemuru dengan skenario pencemaran 50% (terkoreksi) ... 95 15 Data produksi, hari melaut dan total biaya responden sebelum

adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru ... 96 16 Data produksi, hari melaut dan total biaya responden setelah

adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru ... 97 17 Dokumentasi penelitian ... 98


(18)

(19)

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dengan luas lautan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan perairan ZEE Indonesia. Negara Indonesia juga memiliki 17.504 buah pulau dengan panjang garis pantai 104.000 km. Potensi lestari sumberdaya perikanan tangkap laut Indonesia adalah sekitar 6,5 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 juta ton pada tahun 2011 (77,38%), dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan laut tersebut, beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) tertentu seperti Laut Jawa telah terjadi tangkapan lebih atau over fishing

(KKP, 2013).

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan atas dasar harga berlaku pada periode 2009-2012 meningkat sebesar 13,07% yaitu dari Rp 177 triliun menjadi Rp 255 triliun (KKP, 2013), sedangkan untuk nilai PDB sub sektor perikanan pada tahun 2014 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 247 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 17,28% dibandingkan tahun 2013 (KKP, 2014). Menurut Direktorat Jendral Perikanan Tangkap (2014), subsektor perikanan tangkap menjadi andalan dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan dengan peran strategis antara lain: (1) Penyedia lapangan kerja khususnya bagi masyarakat di daerah pesisir dan sekitar perairan umum daratan, (2) Penyedia bahan pangan (protein hewani) bagi masyarakat, (3) Penghasil devisa bagi negara (melalui ekspor komoditas perikanan), (4) Pendorong tumbuhnya industri-industri lain terkait dan (5) Penggerak pertumbuhan ekonomi di daerah.

Wilayah perairan di Kabupaten Banyuwangi dibatasi oleh lautan yaitu Selat Bali di sebelah timur dan Samudra Indonesia di sebelah selatan, merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur, dengan garis panjang pantai 175,8 km (DKP, 2013a). Sub sektor perikanan di Kabupaten Banyuwangi telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang semakin meningkat di setiap tahunnya. Tahun 2013 nilai subsektor perikanan dalam PDRB Kabupaten Banyuwangi sebesar 8,20% dan menempati posisi ke dua setelah tanaman bahan makanan, sebesar 14,93% di sektor pertanian.


(20)

Sementara PDRB sektor pertanian sendiri selalu menduduki urutan pertama selama tahun 2010-2013 yaitu sebesar 47,08%, 46,27 %, 39,45% dan 37,83%. Data distribusi PDRB menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi persentase produk domestik regional bruto tahun 2010-2013 ADHK 2000, Kabupaten Banyuwangi

Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 1. Pertanian 47,08 46,27 39,45 37,83

a. Tanaman bahan makanan 23,41 23,19 15,60 14,93 b. Tanaman perkebunan 8,48 8,14 8,02 7,63 c. Peternakan dan hasil-hasilnya 1,65 5,47 5,94 5,72 d. Kehutanan 1,65 1,62 1,46 1,37 e. Perikanan 7,87 7,86 8,42 8,20 2. Pertambangan dan penggalian 4,40 4,41 4,90 4,71 3. Industri pengolahan 6,34 6,26 6,87 6,59 4. Listrik, gas dan air bersih 0,46 0,45 0,47 0,45 5. Bangunan 0,85 0,88 1,02 1,03 6. Perdagangan, hotel dan restoran 25,22 26,11 29,88 29,68 7. Pengangkutan dan komunikasi 4,39 4,40 4,91 4,75 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 5,88 5,88 6,40 6,26 9. Jasa-jasa 5,38 5,34 6,09 5,96 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS (2014b)

Sentra produksi perikanan di Kabupaten Banyuwangi berada di Kecamatan Muncar, sumberdaya perikanan yang melimpah membuat aktivitas perikanan di kecamatan tersebut tinggi. Dapat dilihat dari banyaknya industri pengolahan ikan secara tradisional dan modern yang diusahakan oleh nelayan dan swasta. Industri tersebut seperti industri cold storage, pengalengan, pemindangan, pengeringan minyak ikan dan tepung ikan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan produksi perikanan telah memberikan dampak besar bagi perekonomian nelayan dan daerah.

Aktivitas kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya perikanan tangkap cenderung akan meningkatkan eksploitasi perikanan secara besar-besaran. Hal ini terjadi di Kecamatan Muncar, sumberdaya perikanan tangkap telah mengalami eksploitasi yang menurunkan produksi perikanan tangkap. Tahun 2007 produksi perikanan tangkap mencapai 60.393,65 ton, sedangkan pada tahun 2014 produksi perikanan tangkap sebesar 11.792,71 ton (BPPI, 2015e). Menurunnya produksi tersebut terjadi akibat adanya tekanan lingkungan seperti pemanfaatan berlebih dan beberapa faktor lainnya seperti adanya pencemaran,


(21)

sehingga terjadinya depresiasi sumberdaya perikanan tangkap di Kecamatan Muncar.

Adanya depresiasi sumberdaya perikanan tangkap yang menjadi penggerak utama perekonomian di Kecamatan Muncar, berpengaruh secara langsung terhadap keseimbangan dan keberlanjutan aktivitas perekonomian nelayan dan daerah. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai penilaian depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru dan dampaknya bagi kesejahteraan nelayan di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Selanjutnya, hasil penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan.

1.2 Perumusan Masalah

Sumberdaya perikanan merupakan aset alam yang diekstraksi untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi manusia. Namun demikian aspek manfaat ini memiliki berbagai dimensi, baik dimensi ekonomi, ekologi maupun sosial. Kompleksitas sumberdaya ikan ini menyebabkan tujuan pembangunan perikanan juga semakin kompleks (Fauzi, 2010).

Pembangunan perikanan secara langsung merupakan pembangunan perekonomian. Kabupaten Banyuwangi sebagai pusat perikanan terbesar di Jawa Timur juga memiliki potensi yang tinggi untuk dilakukan pembangunan di sektor perikanan dalam mendukung perekonomian daerah. Tercatat pada tahun 2013, nilai produksi tangkapan ikan air laut di Kabupaten Banyuwangi mencapai 658,2 miliar dengan jumlah produksi 49.511,44 ton (DKP, 2013a). Angka ekonomi tersebut sudah mengalami penurunan dan bisa ditingkatkan apabila daya dukung dan kualitas perairan tetap dapat dipertahankan dari kemungkinan terjadinya

overfishing dan pencemaran.

Daerah penyumbang terbesar dari perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi yaitu Kecamatan Muncar, dengan produksi sebesar 21.466,87 ton ditahun 2014 yaitu 43,32% dari produksi total perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi (DKP, 2013a). Sumberdaya perikanan tangkap di Kecamatan Muncar yang dominan adalah ikan lemuru yaitu 80% dari hasil tangkapan. Produksi ikan lemuru mengalami penurunan dalam 7 tahun terakhir, tahun 2007 sumberdaya ikan lemuru sebesar 54.089,14 ton, sedangkan tahun 2011 produksi


(22)

ikan lemuru hanya sebesar 8.091,17 ton (BPPI, 2015c). Penurunan produksi diakibatkan adanya tekanan dari lingkungan berupa kelebihan tangkap dan pencemaran, sehingga perikanan tangkap di Kecamatan Muncar mengalami depresiasi.

Gejala overfishing perikanan tangkap lemuru di Kecamatan Muncar telah terjadi sejak 1998 menurut penelitian Setyohadi, et. al. (1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perikanan lemuru baik menurut model surplus produksi maupun model analitik dengan program FISAT terjadi tangkapan lebih. Penelitian terkait tangkapan lebih sumberdaya ikan lemuru juga pernah dilakukan Wujdi, et. al. (2012), dimana laju eksploitasi sumberdaya ikan lemuru (E=0,65) lebih besar 23% dari pada laju eksploitasi optimal.

Tekanan lingkungan akibat pencemaran berasal dari limbah buangan di laut. Banyaknya industri pengolahan ikan sejalan dengan banyaknya limbah buangan yang dihasilkan dari proses produksi, dan berpeluang adanya pembuangan limbah ke lingkungan. Industri pengolahan ikan di Kecamatan Muncar sebanyak 183 unit dalam skala perorangan maupun perusahaan (BAPPEDA, 2012). Hasil penelitian Setiyono dan Satmoko (2008b) jumlah limbah cair industri pengolahan ikan di Kecamatan Muncar mencapai 14.266 m3/hari. Sebagian besar industri pengolahan ikan di Kecamatan Muncar belum memiliki unit pengolahan yang memenuhi persyaratan dan membuang limbah cair secara langsung tanpa unit pengolahan. Selain itu, sarana pengelolaan limbah tidak tersedia dalam skala kawasan, sehingga semua limbah dibuang menggunakan sarana drainase air hujan yang ada dan langsung ke sungai terdekat atau laut.

Pembuangan limbah bukan hanya dari industri pengolahan ikan saja, penduduk di Kecamatan Muncar yang terbilang padat penduduk tentunya juga memiliki peran dalam pencemaran limbah domestiknya. Menurut BPS (2013), jumlah penduduk Kecamatan Muncar sebesar 130.270 orang yang merupakan penduduk terbesar di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini berpotensi menghasilkan limbah domestik yang tidak sedikit, selain itu juga limbah dari transportasi laut dan limbah pertanian. Limbah yang tak terkendali ini menyebabkan pencemaran air laut, sehingga menghambat pertumbuhan ikan.


(23)

Adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru menyebabkan terhambatnya kegiatan perekonomian produksi perikanan tangkap di Kecamatan Muncar. Sebagai akibatnya, perusahaan pengolahan ikan kekurangan bahan baku, nelayan mengalami penurunan pendapatan dan kerugian akibat adanya penurunan sumberdaya ikan lemuru. Sehingga dengan adanya penelitian ini, diharapkan adanya perhatian khusus dari pemerintah dengan adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Berapa besar nilai depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi?

2. Bagaimana dampak depresiasi sumberdaya ikan lemuru terhadap perubahan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi?

3. Bagaimana alternatif rekomendasi kebijakan strategi adaptasi yang dilakukan nelayan dan apa alternatif kebijakan lain yang dilakukan pemerintah dengan adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian berupaya untuk menyelesaikan masalah tersebut yakni meliputi:

1. Mengestimasi nilai depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

2. Menganalisis dampak depresiasi sumberdaya ikan lemuru terhadap perubahan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap lemuru di Kecamatan Muncar. 3. Mengidentifikasi alternatif rekomendasi kebijakan strategi adaptasi yang

dilakukan nelayan dan menganalisis alternatif kebijakan lain yang dilakukan pemerintah dengan adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.


(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2. Bagi masyarakat khususnya nelayan perikanan tangkap di perairan laut Banyuwangi, sebagai pedoman, informasi serta pengambilan keputusan dalam menjalankan kegiatan pemanfaatan perikanan tangkap.

3. Bagi perusahaan pengolahan ikan, diharapkan sebagai tinjauan ulang terkait masalah pengolahan limbah pencemaran dan diharapkan lebih memperhatikan keberlanjutan sumberdaya perikanan tangkap.

4. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan dinas kepemerintahan daerah lainnya sebagai informasi dan masukan untuk menentukan dasar kebijakan yang sesuai agar sumberdaya perikanan tangkap di Kecamatan Muncar tidak mengalami depresiasi sumberdaya perikanan tangkap yang diakibatkan pemanfaatan berlebih dan pencemaran.

5. Bagi peneliti lain dan akademisi, sebagai informasi tambahan atau bahan rujukan untuk penelitian yang selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi, yaitu mengkaji penilaian depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru dan dampaknya bagi kesejahteraan nelayan. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengestimasi nilai depresiasi sumberdaya ikan lemuru, menganalisis dampak depresiasi terhadap perubahan kesejahteraan nelayan, mengidentifikasi alternatif rekomendasi kebijakan strategi adaptasi nelayan dan menganalisis rekomendasi kebijakan lainnya dengan adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar.

Estimasi penilaian depresiasi sumberdaya ikan lemuru dihitung dengan kondisi tanpa dan dengan pencemaran. Perhitungan rente ekonomi dengan metode


(25)

present value, discount rate yang dipakai adalah discount rate yang digunakan oleh World Bank dalam menilai sumberdaya alam di negara-negara berkembang yaitu sebesar 10% (Rahmawati, 2013). Sementara itu, analisis dampak depresiasi terhadap kesejahteraan nelayan yaitu dengan menghitung surplus produsen yang hilang akibat adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru. Perhitungan surplus produsen hanya terfokus terhadap nelayan perikanan tangkap lemuru dengan alat tangkap purse seine dua kapal dengan kapasitas kapal 20-30 GT.

Alternatif rekomendasi kebijakan yaitu terdiri dari dua bagian yaitu identifikasi strategi adaptasi nelayan dan analisis alternatif rekomendasi kebijakan lainnya. Identifikasi alternatif kebijakan strategi adaptasi nelayan yaitu melihat perilaku nelayan dengan adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru dalam mempertahankan kesejahteraan mereka. Ada beberapa alternatif yang dipakai yaitu memperluas kawasan berlayar, pekerjaan tambahan, adopsi teknologi modern dan menanam pohon mangrove. Alternatif tersebut akan dinilai berdasarkan kriteria penilaian, yaitu motivasi pelaksanaan, potensi konflik dan rente ekonomi. Sementara itu, untuk analisis rekomendasi kebijakan lain untuk pemerintah menggunakan metode deskriptif, dilihat dari hasil penelitian dan analisis di lapang.


(26)

(27)

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Perikanan Tangkap

Menurut KBBI (2008), sumberdaya alam adalah potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumberdaya perikanan adalah aset (capital) yang dapat bertambah dan berkurang baik secara alamiah maupun intervensi manusia. Seluruh dinamika alam dan intervensi manusia ini mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi sumberdaya perikanan tersebut sepanjang waktu. Sumberdaya perikanan dikelompokkan kedalam empat kelompok berdasarkan beberapa pemanfaatan sumberdaya perairan (Tabel 2). Pada kolom satu menggambarkan tipologi pemanfaatan berdasarkan proses eksploitasi, mobilitas sumberdaya, struktur kepemilikan dan klasifikasi sektor atau kelompok kegiatan. (Fauzi, 2010).

Tabel 2 Matriks pemanfaatan sumberdaya perairan

Proses Eksploitasi

Hunting (Berburu)

Gathering (Mengumpulkan)

Husbandry (Farming) Mobilitas Sumberdaya Fugitive

(bergerak) Sedentary (menetap)

Contained (dikendalikan) Struktur Hak Kepemilikan Common Property Private property

Klasifikasi Sektor Fishing Aquaculture

Sumber: Fauzi (2010)

Berdasarkan Tabel 2, sumberdaya perikanan tangkap merupakan kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya yang didapatkan dengan berburu. Hal ini dikarenakan mobilitas sumberdayanya adalah sumberdaya perairan yang bergerak, dengan struktur hak kepemilikan yang bersifat common property. Berbeda dengan sumberdaya perikanan budidaya yang berhubungan dengan sumberdaya yang dapat dikendalikan serta struktur kepemilikan yang jelas (private property). Sementara, penangkapan ikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dalam Pasal 1 adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, medinginkan, menangani, mengelolah, dan/atau mengawetkannya.


(28)

2.2 Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil: Ikan Lemuru

Ikan pelagis kecil merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang melimpah di Indonesia. Salah satu ikan pelagis yang banyak ditemui di Perairan Selat Bali adalah ikan lemuru. Menurut Saanin (1968), sistematika ikan lemuru adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata

Kelas : Spesies

Sub Kelas : Teleostei Ordo : Malacopterygii

Famili : Clupeidae

Sub Family : Clupeinae Genus : Sardinella

Spesies : Sardinella lemuru

Lemuru merupakan ikan yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama sardine. Salah satu jenis lemuru yang sangat terkenal di Selat Bali adalah

Sardinella longiceps, dengan nama berlainan untuk ukuran lemuru yang berbeda: semenit untuk yang kecil berukuran 10 cm - 12,5 cm, protolan 13 cm - 14,5 cm, lemuru 15 cm - 17,5 cm dan lemuru kucing 17,9 cm - 19 cm. Saat menjelang pemijahan, badan ikan ini umumnya mengandung banyak lemak, karena itu ikan sejenis ini dalam literatur Inggris disebut juga dengan nama oil sardine. Lemuru biasanya hidup bergerombol, badannya langsing dengan warna biru kehijau-hijauan pada bagian punggung dan keperak-perakan pada bagian bawahnya. Makanan utamanya plankton, untuk itu ikan ini dilengkapi dengan tapis ingsang (gill rakers) untuk menapis atau menyaring plankton (Nontji, 2005). Bentuk fisik ikan lemuru dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Dokumentasi penelitian (2015)


(29)

2.3 Alat Tangkap Purse Seine Dua Kapal

Pukat cincin atau jaring lingkar bertali kerut (purse seine) adalah jaring lingkar berbentuk empat persegi panjang atau trapesium yang dilengkapi cincin dan tali kerut atau pengerut, pengoperasiannya mengerutkan jaring pada bagian bawah dengan cara menarik tali kerut/pengerut yang pengoperasiannya menggunakan satu kapal atau dua kapal (Sjarif dan Hudring, 2012). Bentuk alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Dokumentasi penelitian (2015)

Gambar 2 Alat tangkap purse seine

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia pasal 7 dan 22. Menetapkan jalur penangkapan yang digunakan untuk pengoperasian pukat cincin di Selat Bali yaitu dengan pengoperasian pukat cincin dua kapal. Khususnya yang berpangkalan di PPP Muncar-Banyuwangi dan di PPN Pengambengan-Bali, masyarakat menamakannya jaring slerek. Cara pengoperasiannya yaitu melingkarkan pukat cincin pada kelompok renang ikan pelagis dengan menggunakan dua kapal

compreng berukuran kurang dari 30 GT. Bentuk kapal purse seine dengan dua kapal dapat dilihat pada Gambar 3.


(30)

Sumber: Dokumentasi penelitian (2015)

Gambar 3 Kapal purse seine dengan dua kapal

2.4 Deplesi, Degradasi dan Depresiasi

Deplesi diartikan sebagai tingkat atau laju pengurangan stok dari sumberdaya alam tidak dapat diperbarukan (non-renewable resources), terjadinya jumlah penurunan stok sumberdaya alam yang jauh diatas laju penurunan stok yang seharusnya, atau terjadi laju eksploitasi yang lebih tinggi dari yang seharusnya. Sementara, degradasi mengacu pada penurunan kualitas atau kuantitas sumberdaya alam yang dapat diperbarukan (renewable resources). Kondisi ini dapat terjadi baik karena kondisi alami maupun karena pengaruh aktivitas manusia. Hal ini, pada sumberdaya alam pesisir dan laut kebanyakan degradasi terjadi karena ulah manusia. Kegiatan aktivitas produksi seperti penangkapan dan eksploitasi, maupun aktivitas non produksi seperti pencemaran akibat limbah domestik maupun industri (Fauzi dan Suzy, 2004).

Terminologi depresiasi sumberdaya lebih ditujukan untuk mengukur perubahan nilai moneter dari pemanfaataan sumberdaya alam. Depresiasi juga dapat diartikan sebagai pengukuran deplesi atau degradasi yang dirupiahkan. Deplesi, degradasi maupun depresiasi sumberdaya pesisir dan laut disebabkan oleh berbagai faktor, baik alam maupun manusia, faktor endogenous maupun

eksogeneus dan juga kegiatan yang bersifat produktif maupun non produktif. (Fauzi dan Suzy, 2004).

2.5 Pencemaran Pesisir dan Laut

Kantor Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1991) dalam Mukhtasor (2007), pencemaran laut adalah masuknya zat atau energi, secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut


(31)

termasuk daerah pesisir pantai, sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumberdaya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laut serta menurunkan kualitas tempat tinggal dan rekreasi.

Berdasarkan sudut pandang faktor penyebab potensial terpaparnya bahan pencemar ke lingkungan perairan, ada dua kelompok besar sumber menurut Syakti, et. al. (2012):

1. Sumber dari aktivitas manusia (antrophogenic)

Terminologi antropogenik berasal dari bahasa Yunani yang berarti “buatan

manusia” (man-made) yang dalam pengertiannya adalah akibat ataupun objek yang ditimbulkan dari kegiatan manusia berupa masuknya zat dan energi ataupun komponen abiotik kedalam lingkungan. Tiga kelompok sumber bahan pencemar dari sumber antropogenik yang paling banyak memberikan kontribusi kontaminasi ke lingkungan laut:

a. Limbah domestik

Berasal dari buangan rumah tangga di zona urban, bangunan, perdagangan, perkantoran, dan sarana jenis dimana aktivitas sehari-hari masyarakat dapat menghasilkan limbah padat maupun limbah cair (mandi, cuci, dan tinja). Limbah-limbah tersebut dapat secara langsung dibuang ke badan air melalui parit, selokan dan sungai ataupun masuk terlebih dahulu ke sebuah instalasi pengolahan limbah. Limbah domestik memiliki karakteristik yang kerap ditemui berupa tingginya kandungan detergen, sabun, nitrogen, fosfor, hidrogen sulfida, bahan organik (BOD-Biology Oxygen Demand dan COD-Chemical Oxygen Demand), nilai pH, dan faecal coliform.

b. Limbah industri

Limbah industri berasal dari industri kecil, menengah dan besar yang dioperasikan dalam bentuk bengkel kerja, laboratorium ataupun pabrik yang dapat menghasilkan limbah berupa air dan bahan-bahan buangan lainnya yang terlarut maupun tersuspensi di dalam air yang digunakan dalam proses produksinya. Limbah industri memiliki karakteristik yang kerap ditemui berupa tingginya kandungan logam berat tertentu, hidrokarbon, temperatur, Total Suspended Solid


(32)

(TSS), bahan organik (BOD dan COD), dan nilai pH yang terkandung tinggi atau rendah. Karakteristik limbah suatu industri sangat bergantung pada proses produksi, bahan baku yang digunakan, dan kapasitas produksinya.

c. Limbah pertanian

Aktivitas pertanian memberikan kontribusi pelepasan garam-garam mineral (Nitrogen, Pospor dan Kalium) terkait dengan penggunaan pupuk, pelepasan senyawa purin, dan bahan penggemuk ternak serta senyawaan pengontrol hama dan gulma seperti insektisida, herbisida dan fungisida di samping obat obatan dari jenis antibiotika. Peningkatan atau pengayaan nutrisi dalam bentuk garam mineral dalam ekosistem laut akan mengakibatkan peningkatan produktivitas primer yang tidak terkontrol di lingkungan laut berupa blooming algae yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air, diantaranya penurunan kadar oksigen, yang dapat mengganggu kehidupan organisme.

2. Sumber alami (natural)

Fenomena alam dapat merupakan sumber bahan pencemaran karena secara fisik kentara menyumbangkan masuknya suatu agen ke lingkungan yang dapat mengganggu peruntukan suatu lingkungan. Pencemaran dapat dikatakan terjadi jika air laut berubah kualitasnya dan akhirnya berubah fungsi dan peruntukannya karena perubahan tersebut menyebabkan keadaan negatif terhadap manusia dan lingkungan. Pencemaran laut tidak hanya merusak habitat organisme laut serta proses biologi dan fisiologinya saja, tetapi secara langsung atau tidak langsung dapat membahayakan kesehatan manusia oleh karena manusia mengakumulasi bahan-bahan pencemar atau melalui konsumsi bahan pangan laut yang sebelumnya mengandung bahan pencemar (Mukhtasor, 2007).

2.6 Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat Nelayan

Sumberdaya perikanan tangkap biasanya ditandai oleh suatu tingkat kemampuan berubah yang tinggi. Kemampuan berubah ini ada tiga macam menurut Mulyadi (2007): (1) jangka panjang, dapat diperkirakan (musiman), (2) jangka panjang, biasanya tidak dapat diperkirakan (karena perubahan populasi yang berkaitan dengan penangkapan ikan yang berlebihan, iklim atau faktor-faktor luar) dan (3) jangka pendek, tidak dapat diperkirakan (bervariasi dalam penangkapan sehari-hari).


(33)

Variasi jangka panjang yang dapat diperkirakan mempunyai perbedaan lokal yang berkaitan dengan perioditas dan relatif tersedianya berbagai jenis ikan yang dieksploitasi. Nelayan berpindah-pindah tempat tinggal dan tidak disertai keluarganya sehingga menciptakan ketidakseimbangan perbandingan jenis kelamin dalam keluarga dan masyarakat sebagai nelayan (Mulyadi, 2007).

Dalam jangka pendek, kemampuan berubah tidak teramalkan memengaruhi jam kerja nelayan. Apabila cuaca baik dan ada ikan, nelayan pergi menangkap ikan. Jadi jadwal kerja harian mereka sering berbeda dari mereka yang mempunyai mata pencaharian lainnya. Perubahan jangka pendek yang tidak teramalkan sering tergantung pada tiga ciri penting perikanann: sasaran tangkapan berpindah-pindah, biasanya tidak dapat dilihat di dalam air dan cuaca buruk dapat membahayakan atau mungkin menangkap ikan. Akibatnya, hasil tangkapannya dari hari ke hari bervariasi (Mulyadi, 2007).

2.7 Kesejahteraan Nelayan

Manusia sebagai makhluk berbudaya, akan selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraannya, selalu terlihat dan berusaha untuk mencapai keadaan yang lebih dari keadaan semula dengan selalu memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di lingkungannya. Bahkan agar bisa berpacu dengan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, maka manusia berusaha menggunakan teknologi modern. Tidak jarang sampai melampaui batas daya dukung alam itu sendiri, sehingga berakibat menurunnya kualitas lingkungan (BKKBN, 1983).

Secara umum, penjelasan kesejahteraan rakyat adalah suatu keadaan dimana segenap warga negara, tanpa terkecuali dan dimanapun berada, selalu dalam kondisi serba kecukupan segala kebutuhan (Roestam, 1993). Kesejahteraan nelayan terkait dengan dua hal, yakni akses pada pemanfaatan sumberdaya dan akses kontrol pada pengelolaan sumberdaya. Semakin kecil akses pada kedua hal tersebut, maka sudah dapat diduga bahwa kesejahteraan nelayan akan semakin terancam (Satria, 2009).


(34)

2.8 Adaptasi Ekonomi Masyarakat Nelayan

Adaptasi dikatakan sebagai tingkah laku strategis dalam upaya memaksimalkan kesempatan hidup. Oleh karena itu, pada suatu kelompok, adaptasi dapat memberikan kesempatan untuk bertahan hidup. Adaptasi terhadap lingkungan merupakan tingkah laku yang diulang-ulang, hal ini akan menimbulkan terjadinya dua kemungkinan. Pertama, adalah tingkah laku meniru (coping) yang berhasil sebagaimana yang diharapkan. Kedua, adalah mereka tidak melakukan peniruan karena yang terjadi dianggap tidak sesuai harapan. Proses adaptasi merupakan salah satu bagian dari proses evolusi kebudayaan, yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi secara temporal (Mulyadi, 2007).

Menurut Mulyadi (2007), pekerjaan sebagai nelayan secara mendasar banyak mengandung risiko dan ketidakpastian. Adanya risiko dan ketidakpastian ini disarankan untuk disiasati dengan mengembangkan pola-pola adaptasi berupa perilaku ekonomi yang spesifik yang selanjutnya berpengaruh pada pranata ekonominya. Pola-pola adaptasi yang menonjol adalah pembagian risiko dalam bentuk pola bagi hasil pendapatan dan kepemilikan kolektif serta mengutamakan hubungan patronage dalam aktivitas kerja.

2.9 Fungsi Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove yang sering disebut sebagai hutan payau atau hutan pasang surut, merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Terdapat di daerah tropis atau sub tropis di sepanjang pantai yang terlindung dan di muara sungai. Hutan mangrove merupakan ciri khas ekosistem daerah tropis dan sub tropis dan merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah perairan pesisir (Mukhtasor, 2007).

Ekosistem mangrove merupakan mata rantai utama yang berperan sebagai produsen dalam jaring makanan ekosistem pantai. Selain itu ekosistem mangrove yang memiliki produktivitas tinggi menyediakan makanan berlimpah bagi berbagai jenis hewan laut dan menyediakan tempat berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting dan


(35)

udang, sehingga secara tidak langsung kehidupan manusia tergantung pada keberadaan ekosistem mangrove (Mulyadi, et. al., 2009).

Menurut Indra (2010), beberapa teori menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif antara ekosistem mangrove dan produksi perikanan tangkap. Pemikiran tersebut didasarkan pada fungsi hutan mangrove yang antara lain adalah sebagai daerah asuhan (nursey ground), mencari makan (feeding ground), pemijahan (spawning ground) berbagai biota perairan seperti ikan, udang dan kerang. Hasil penelitian menggunakan model Fozal yang diturunkan dari kurva yield-effort model logistik, yaitu dengan memasukkan variabel hutan mangrove pada daya dukung lingkungan (carrying capacity). Data yang digunakan adalah data time series dari produksi pelagis kecil dan udang yang ditangkap. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada interaksi positif antara keberadaan hutan mangrove dengan produksi perikanan tangkap, khususnya pelagis kecil dan udang sebesar 27,21%. Hal ini menunjukkan bahwa peran ekosistem mangrove cukup penting dalam menentukan tinggi rendahnya produksi perikanan tangkap.

Mangrove juga memiliki fungsi fisik bagi pantai yaitu sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan angin kencang, penahan abrasi, penampung air hujan sehingga mencegah banjir, dan penyerap limbah yang mencemari perairan. Mangrove yang tumbuh di ujung sungai besar berperan sebagai penampungan terakhir bagi limbah dari industri di perkotaan dan perkampungan hulu yang terbawa aliran sungai. Limbah padat dan cair yang terlarut dalam air sungai terbawa arus menuju muara sungai dan laut lepas. Area hutan mangrove akan menjadi daerah penumpukan limbah, terutama jika polutan yang masuk ke dalam lingkungan estuari melampaui kemampuan pemurnian alami oleh air. Mangrove alami berperan efektif dalam melindungi pantai dari tekanan alam dan erosi (Mulyadi, et. al., 2009).

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait produktivitas perikanan lemuru di Muncar pernah dilakukan oleh Perdana (2012) dalam skripsi yang berjudul Produktivitas Perikanan Lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menghitung produktivitas


(36)

alat tangkap dan produktivitas nelayan lemuru di PPP Muncar, dengan menggunakan metode analis data produktivitas. Produktivitas yang dihitung adalah produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dan produktivitas nelayan. Unit penangkapan ikan yang digunakan yaitu purse seine, payang dan bagan. Hasil penelitian tersebut produktivitas unit penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine pada tahun 2006-2010 mengalami penurunan, dengan rata-rata produktivitas purse seine yaitu 781,28 kg/unit/hari. Produktivitas unit penangkapan payang di Kecamatan Muncar dari tahun 2006-2010 mengalami fluktuasi dengan rata-rata produktivitas payang per trip yaitu 87,27 kg/unit/hari. Sedangkan untuk produktivitas penangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap bagan per trip mengalami penurunan dengan rata-rata produktivitas bagan per trip yaitu sebesar 10,93 kg/unit/hari. Produktivitas lemuru dengan alat tangkap purse seine mengalami penurunan dari tahun 2007-2008, dengan rata-rata produktivitas 187.508,19 kg/unit/tahun. Produktivitas ikan lemuru dengan payang per tahun mengalami kenaikan dan penurunan, namun rata-rata mengalami kenaikan. Rata-rata produktivitas payang per tahun yaitu 27.230,53 kg/unit/tahun.

Penilaian terkait depresiasi sumberdaya perikanan, pernah dilakukan oleh Bahtiar (2008) dalam disertasi yang berjudul Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan di Selat Madura Provinsi Jawa Timur. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu mengetahui seberapa besar pengaruh pencemaran dan aktivitas tangkapan terhadap jumlah stok ikan yang hasilnya akan digunakan sebagai rekomendasi pengelolaan yang tepat. Metode yang digunakan yaitu bioekoneomi Gordon Schaefar, model algortima maple dan model interaksi pencemaran dan perikanan (model Anna). Penelitian ini melakukan estimasi nilai depresiasi sumberdaya ikan demersal di Selat Madura, dengan mengestimasi dalam kondisi base line dan kondisi pencemaran (BOD, COD dan TSS). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwasanya kondisi pencemaran dengan kandungan TSS paling mempengaruhi terhadap depresiasi, yaitu meningkatkan depresiasi sebesar 2.959,83%. Sementara peningkatan depresiasi pencemaran BOD dan COD meningkat sebesar 718,41% dan 2.532,56%. Rekomendasi kebijakan yang disarankan yaitu pengaturan pemanfatan ikan dan perlunya kerjasama lintas sektor dalam pemanfaatan perairan


(37)

Selat Madura dari overfishing dan menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungan. Selain itu, perlunya kebijakan atau aturan antar sektor yang terintegrasi dan perlunya tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran untuk mencegah terjadinya pencemaran perairan.

Penelitian terkait depresiasi sumberdaya perikanan pernah dilakukan oleh Fauzi dan Suzy (2002), dalam jurnal pesisir dan lautan yang berjudul Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan sebagai Bahan Pertimbangan Penentuan Kebijakan Pembangunan Perikanan. Penelitian ini menggunakan pengembangan model akuntansi sumberdaya yang digunakan untuk menghitung depresiasi sumberdaya ikan. Penilaian depresiasi sumberdaya dihitung berdasarkan keuntungan yang hilang serta perbedaan antara level pada tingkat keberlanjutan dan aktual, selain itu model yang digunakan yaitu model yang dikembangkan oleh

Collins, et. al. (1998) dan Grigalunas, et. al. (1998). Penilitian ini juga melakukan pengukuran dampak kesejahteraan dengan menghitung surplus konsumen. Hasil dari penelitian ini dengan skenario depresiasi akibat pencemaran mengakibatkan penurunan tangkapan lestari antara 2%-30% dengan rata-rata 21% selama kurun periode 20 tahun. Sedangkan terhadap rente sumberdaya lestari berkisar 2%-40% dengan rata-rata 23% untuk kurun waktu yang sama. Nilai depresiasi dengan tanpa pencemaran mengalami depresiasi 7 tahun, namun dengan skenario pencemaran depresiasi terjadi dalam 10 tahun selama 20 tahun evaluasi. Perubahan surplus konsumen kurang lebih sebesar Rp 20 miliar/tahun dan jika dihitung dengan adanya pencemaran setara dengan Rp 400 miliar dalam 20 tahun. Penelitian mengenai dampak pencemaran pernah dilakukan oleh Setiyono dan Satmoko (2008a), dengan judul Dampak Pencemaran Lingkungan akibat Limbah Industri Pengolahan ikan di Muncar (studi kasus kawasan industri pengolahan ikan di Muncar-Banyuwangi). Hasil dari penelitian ini didapat adanya 69 perusahaan industri skala besar yaitu terdiri dari industri pengalengan ikan, tepung ikan, cold storage, minyak ikan dan lainnya dengan produksi 1.209 ton/hari, dengan karyawan sekitar 4.979 orang. Industri kecil/rumah tangga terdapat 40 industri yaitu terdiri industri tepung ikan dengan produksi 80 ton/hari, industri minyak ikan 23.400 lt/hari, industri pemindangan ikan 100 ton/hari. Hasil survei diketahui bahwa potensi sumber limbah kegiatan industri pengolahan ikan


(38)

di Muncar mulai muncul sejak dari kegiatan pendaratan ikan, transportasi ikan, pencucian bahan baku, proses produksi, sampai sarana pengolahan limbah yang kurang berfungsi dengan baik. Total kebutuhan air bersih untuk kegiatan industri sebesar 17.833,2 m3/hari dengan jumlah limbah cair mencapai 14.266 m3/hari. Dampak dari pembuangan limbah antara lain: kualitas air permukaan dan air tanah, kehidupan biota liar, kondisi sosial ekonomi masyarakat, kesehatan, estetika lingkungan, udara dll. Secara ringkas penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu

No. Nama Tahun Judul Keterangan 1. Tabah Wira

Perdana

2012 Produktivitas perikanan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

-Komoditas perikanan lemuru

-Tempat penelitian di Muncar

2. Rizal Bahtiar 2008 Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan di Selat Madura Provinsi Jawa Timur

- Penilaian depresiasi tanpa pencemaran dan dengan pencemaran - Fungsi produksi lestari

Gompertz 3. Akhmad

Fauzi dan Suzy Anna

2002 Penilaian depresiasi sumberdaya perikanan sebagai bahan

pertimbangan penentuan kebijakan pembangunan perikanan

- Metode present value, fungsi produksi lestari Gompertz

- Nilai depresiasi tanpa dan dengan skenario pencemaran

4. Setiyono dan Satmoko Yudo

2008 Dampak pencemaran lingkungan akibat limbah industri pengolahan ikan di Muncar (Studi Kasus Kawasan Industri Pengolahan Ikan di Muncar)

-Tempat penelitian di Muncar

- Analisis dampak pencemaran lingkungan

Keterbaruan penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini melihat adanya depresiasi sumberdaya perikanan yang terjadi di Kecamatan Muncar dengan produksi dominan yaitu ikan lemuru. Penilaian depresiasi yaitu terdiri dari penilaian depresiasi tanpa dan dengan adanya pencemaran, dilihat dari penurunan tangkapan lestari dan rente sumberdaya lestari.

Penelitian ini juga menganalisis dampak ekonomi, yaitu penurunan kesejahteraan nelayan dengan menghitung surplus produsen yang hilang akibat adanya depresiasi. Selain itu, penelitian ini membahas bagaimana pola strategi


(39)

adaptasi yang dilakukan nelayan saat adanya depresiasi sumberdaya perikanan, dengan metode WSM. Hasil strategi adaptasi merupakan hasil penilaian terbaik dari nelayan dan stakeholder terkait, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai alternatif rekomendasi kebijakan dalam menangani depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.


(40)

(41)

3.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan

Penilaian depresiasi sumberdaya sangat diperlukan terutama bagi negara yang memanfaatkan dan tergantung dari sumberdaya alam untuk pertumbuhan perekonomiannya. Hal tersebut sangat penting diperlukan dalam menentukan arahan kebijakan yang sering kali kurang tepat, terlebih dalam pengelolaan sumberdaya alam yang sesuai dan berkelanjutan. Masalah depresiasi sumberdaya perikanan sudah mulai menjadi perhatian, mengingat potensi kelautan dan perikanan di Indonesia sangat tinggi. Penurunan stok sumberdaya perikanan pada beberapa lingkungan pesisir mulai meningkat, faktor depresiasi tersebut yaitu adanya tekanan lingkungan berupa pencemaran dan tangkap lebih (Fauzi dan Suzy, 2005).

Penilaian depresiasi dalam Fauzi dan Suzy (2005), khususnya sumberdaya perikanan dilakukan dengan menggunakan pendekatan bioekonomi. Metode yang digunakan untuk menilai depresiasi sumberdaya perikanan adalah metode present value. Metode present value merupakan metode dimana seluruh rente yang akan dating dihitung di masa sekarang.

3.1.2 Konsep Surplus

Menurut Fauzi (2006), salah satu hal yang krusial dari ekonomi sumberdaya alam adalah bagaimana surplus dari sumberdaya dimanfaatkan secara optimal. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan dari masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumberdaya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumberdaya alam. Surplus ekonomi yang dimaksud akan dibedakan ke dalam surplus konsumen, surplus produsen dan resource rent atau rente sumberdaya. Namun, dalam penelitian ini hanya terfokus pada surplus produsen.

Surplus produsen tidak lain adalah pembayaran yang paling minimum yang bisa diterima oleh produsen dikurangi dengan biaya untuk memproduksi


(42)

barang x. Surplus produsen dapat juga dianggap sebagai surplus yang biasa diperoleh oleh pemilik sumberdaya melebihi biaya pemanfaatannya. Lebih jelasnya pada Gambar 4.

Sumber: Fauzi (2006)

Gambar 4 Grafik surplus produsen

3.1.3 Konsep Multi-Criteria Decision Making (MCDM)

Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran atau aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara umum dapat dikatakan bahwa MCDM menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif (Kusumadewi, et. al., 2006).

Janko (2005) dalam Kusumadewi, et. al., (2006) menyebutkan terdapat beberapa fitur umum yang digunakan dalam MCDM, yaitu:

1. Alternatif, alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.

2. Atribut, atribut sering juga disebut sebagai kriteria keputusan.

3. Konflik antar kriteria, beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami konflik dengan kriteria biaya.

4. Bobot keputusan, bobot keputusan manunjukkan kepentingan relatif dari setiap kriteria, W = (w1,w2,w3,…,wn).


(43)

5. Matriks keputusan, suatu matriks keputusan � yang berukuran x , berisi elemen-elemen � yang merepesentasikan rating dari alternatif

�; =1,β,γ,…, terhadap kriteria �; =1,β,γ,…, .

Multi-Criteria Decision Making (MCDM) merupakan alat analisis kebijakan yang menyangkut sumberdaya alam. Pendekatan MCDM mengakomodasi berbagai kriteria yang dihadapi namun relevan dalam mengambil keputusan tanpa harus mengkonversi ke pengukuran moneter dan proses nominalisasi. Secara umum struktur MCDM disusun berdasarkan matriks seperti Tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4 Matriks struktur MCDM

Alt

Kriteria

C1 C2 C3 .. Cn

W1 W2 W3 .. Wn

A1 a11 a12 a13 .. a1n

A2 a21 a22 a23 .. a2n

A3 a31 a32 a33 .. a3n

.. .. .. .. .. ..

.. .. .. .. .. ..

Am am1 am2 am3 .. amn

Sumber: Fauzi dan Anna (2001) dalam Rahadjo (2003)

Keterangan:

Ai(i=1,β,γ,…m) : alternatif pilihan yang ada Cj(j=1,β,γ,…n) : alternatif dengan bobot Wj

a12 (i=1…m; j=1...n) : pengukuran keragaan dari suatu alternatif Ai berdasarkan kriteria C

Pendekatan dalam analisis MCDM yang digunakan sebagai fungsi agregasi dalam penelitian ini adalah Weighted Sum Model (WSM) atau metode penjumlahan bobot sebagai alat analisis yang didasarkan pada keragaan fisik dan non-fisik. Fungsi agregasi WSM akan diperoleh nilai akhir dari setiap alternatif keputusan, dimana besaran nilai akhir dari setiap alternatif keputusan teresebut dapat digunakan untuk menentukan alternatif rekomendasi kebijakan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Sektor perikanan merupakan sektor yang sangat potensial bagi pembangunan suatu daerah, seperti halnya Kecamatan Muncar yang memiliki nilai tangkapan produksi yang tinggi akan sumberdaya perikanannya. Namun, dengan berjalannya waktu, produksi perikanan tangkap di Kecamatan Muncar mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya tekanan dari lingkungan berupa pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap yang mengalami tangkapan berlebih,


(44)

serta adanya pencemaran yang berasal dari limbah buangan. Limbah buangan berasal dari limbah industri pengolahan ikan, limbah domestik, limbah kapal dan limbah dari sektor pertanian yang ikut andil menyebabkan perubahan kualitas air laut di Perairan Muncar. Sehingga sumberdaya perikanan tangkap di Kecamatan Muncar mengalami depresiasi. Hal ini secara langsung berdampak terhadap kegiatan perekonomian di Kecamatan Muncar, yaitu perekonomian daerah serta kesejahteraan nelayan, khusunya nelayan perikanan tangkap sebagai pemanfaat langsung dari sumberdaya perikanan di Kecamatan Muncar.

Nelayan perikanan tangkap lemuru yang mendominasi di Kecamatan Muncar merupakan kelompok nelayan yang paling merasakan adanya perubahan kesejahteraan mereka. Beberapa nelayan mengalami penurunan pendapatan, kerugian sampai pada kehilangan kapal dan jaring mereka, sehingga tidak bisa melaut kembali. Hal ini dikarenakan tidak dapat menanggung biaya yang dikeluarkan, sementara penerimaan tidak ada karena sering berlayar namun tidak mendapatkan ikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian penilaian depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru dan dampaknya terhadap kesejahteraan nelayan di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

Penelitian ini dilakukan dengan mengestimasi depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar, dengan menghitung nilai depresiasi sumberdaya ikan. Selain itu, dilakukan analisis dampak depresiasi sumberdaya ikan lemuru terhadap kesejahteraan nelayan, dengan melakukan perhitungan surplus produsen. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif rekomendasi kebijakan penanganan sumberdaya ikan lemuru dengan adanya depresiasi. Alternatif rekomendasi kebijakan terdiri dari dua bagian yaitu identifikasi strategi adaptasi nelayan dan alternatif kebijakan lainnya untuk pemerintah. Selanjutnya, alternatif rekomendasi kebijakan penanganan depresiasi sumberdaya ikan lemuru sebagai tindak lanjut dari adanya fenomena penuruan sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Secara terinci, kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.


(45)

Keterangan :

Berkaitan langsung dengan penelitian Tindak lanjut rekomendasi penelitian Saling berpengaruh

Rekomendasi kebijakan penanganan depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru

Fenomena penurunan produksi sumberdaya perikanan tangkap lemuru di Kecamatan Muncar

Analisis dampak depresiasi sumberdaya ikan lemuru terhadap kesejahteraan nelayan

Perubahan surplus produsen Estimasi depresiasi

sumberdaya perikanan tangkap lemuru

Penilaian depresiasi sumberdaya ikan lemuru

Identifikasi alternatif kebijakan strategi adaptasi nelayan Metode bioekonomi

Schaefar dan present value

Metode WSM

Analisis perubahan surplus produsen Pencemaran sumberdaya

Perairan Muncar Pemanfaatan perikanan

tangkap berlebih

Depresiasi sumberdaya perikanan tangkap

lemuru

Gambar 5 Kerangka pemikiran opersional Analisis

Deskriptif Alternatif kebijakan lainnya untuk pemerintah


(46)

(47)

4.

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Muncar merupakan sentra produksi perikanan tangkap terbesar di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, sumberdaya ikan lemuru juga menjadi produksi perikanan tangkap yang paling utama di Kecamatan Muncar.

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, tepatnya pada bulan Februari sampai bulan Mei 2015. Penelitian terdiri dari serangkaian tahapan yaitu pra penelitian, perumusan masalah, penyusunan proposal, pengambilan data, proses pengolahan data dan analisis data serta penyusunan skripsi.

4.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian dengan data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Efendi dan Tukiran, 2012).

4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui berbagai sumber data yang relevan berupa buku referensi, sumber pustaka atau literatur, jurnal ilmiah dan informasi serta data yang bersumber dari instansi terkait. Instansi teresebut seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, Badan Pengelola Pendaratan Ikan, Kantor Kecamatan Muncar, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi. Sementara, data primer diperoleh melalui kuesioner, wawancara dengan responden dan pengamatan langsung di lapang yaitu di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan, TPI Kalimoro, TPI Sampangan mencakup data biaya berlayar per tahun, pendapatan nelayan per tahun, jumlah hari melaut, dll. Data tersebut akan diolah berdasarkan metode yang telah ditentukan dengan menggunakan


(48)

software Microsoft Office Excel 2010 dan SPSS 21. Secara lebih rinci jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

No. Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber data Metode Analisis Data 1. Mengestimasi

nilai depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Perairan Muncar

Data sekunder: produksi ikan lemuru, harga ikan lemuru, jumlah alat tangkap purse seine, jumlah trip purse seine, indeks harga konsumen (IHK),

Data Primer:

biaya penangkapan ikan lemuru BPPI Muncar, DKP, BPS Kabupaten Banyuwangi dan wawancara nelayan di Kecamatan Muncar Bioekonomi Schaefar dan rente

ekonomomi present value

2. Menganalisis dampak depresiasi sumberdaya perikanan lemuru terhadap perubahan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap di Kecamatan Muncar Data primer:

produksi, harga ikan lemuru, biaya penangkapan ikan lemuru, total hari melaut

Data primer didapat dari wawancara dengan nelayan yang berada di Kecamatan Muncar

Analisis surplus produsen

3. Mengidentifikasi alternatif kebijakan strategi adaptasi nelayan dan menganalisis alternatif rekomendasi kebijakan lain untuk pemerintah

Informasi di lapang dan penilaian pola adaptasi yang dilakukan nelayan setelah adanya

depresiasi sumberdaya perikanan tangkap di Perairan Muncar Wawancara menggunakan kuesioner dan hasil analisis serta identifikasi tujuan penelitian Metode WSM dan analisis deskriptif

4.4 Metode Pengambilan Sampel Penelitian

Metode pengumpulan data secara purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dianggap relevan atau dapat mewakili objek yang akan diteliti (Efendi dan Tukiran, 2012). Penetapan responden sesuai dengan keadaan yang dikehendaki, yaitu nelayan perikanan tangkap lemuru di Kecamatan Muncar dan khusus untuk nelayan dengan alat tangkap purse seine dengan armada perahu motor tempel yaitu kapal motor dengan tonase antara 20 GT – 30 GT yang memakai 2 kapal (kapal pemburu dan kapal jaring) dilokasi penelitian. Jumlah responden sebanyak 41 orang, meliputi


(49)

30 orang yang mewakili nelayan perikanan tangkap lemuru di Kecamatan Muncar untuk tujuan penelitian pertama dan kedua dengan kuesioner 1 (Lampiran 1), serta 11 responden yang terdiri dari nelayan dan stakeholder terkait untuk tujuan penelitian ketiga dengan kuesioner 2 (Lampiran 2).

4.5 Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang dikumpulkan akan diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan: metode bioekonomi

Schaefar untuk mendapatkan produksi lestari perikanan tangkap lemuru, metode rente ekonomi present value untuk mengestimasi nilai depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru, analisis surplus produsen untuk melihat perubahan tingkat kesejahteraan nelayan perikanan tangkap lemuru, metode WSM untuk mengidentifikasi alternatif kebijakan strategi adaptasi nelayan dengan adanya depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru. Selain itu, metode analisis deskriptif dipakai untuk alternatif kebijakan lain untuk pemerintah dalam penanganan depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

4.5.1 Metode Bioekonomi

1. Analisis Hasil Tangkapan per Upaya

Tujuan dari perhitungan CPUE adalah untuk mengetahui kelimpahan dan tingkat pemanfaatan perikanan berdasarkan pembagian total hasil tangkap (catch) dengan upaya penangkapan (effort). Formulasi yang digunakan untuk menghitung CPUE adalah (Tinungki, 2005):

CPUEt = ……….. (4.1) Keterangan:

CPUEt = Hasil tangkapan lemuru per upaya penangkapan pada tahun ke-t (ton per trip alat tangkap)

Catcht = Hasil tangkapan lemuru pada tahun ke-t (ton)

Effortt = Upaya penangkapan lemuru purse seine pada tahun ke-t (trip alat


(50)

2. Analisis Biologi (Pendugaan Parameter Biologi)

Pendekatan estimasi parameter biologi dengan pendugaan koefisien parameter yang dikembangkan oleh Walters-Hilborn. Pendugaan parameter tersebut dapat dihitung dengan meregresikan persamaan berikut (Tinungki, 2005):

……… (4.2)

Persamaan di atas dapat diregresikan dengan (stok biomasa) sebagai peubah tak bebas serta Ut (CPUE) dan Et (upaya penangkapan) sebagai peubah bebas. Regresi tersebut akan memperoleh parameter α, , dan , sehingga dapat disederhanakan dengan metode OLS menjadi:

……… (4.3)

Nilai α akan direpresentasikan sebagai nilai r dan nilai akan direpresentasikan sebagai nilai q. Setelah nilai r dan q diperoleh, maka akan mudah memperoleh nilai K. Berikut ini adalah persamaan-persamaan dalam menentukan ketiga nilai parameter berdasarkan model estimasi Walters-Hilborn

(Tinungki, 2005):

r = α ... (4.4) q = ... (4.5)

K =

... (4.6)

= -

... (4.7)

Keterangan:

r = intrinsic growth rate (% per tahun)

q = Koefisien kemampuan tangkap (1/trip upaya standar) K = daya dukung lingkungan (ton per tahun)

3. Model Bioekonomi

Metode bioekonomi memasukkan variabel ekonomi, seperti biaya penangkapan dan harga ikan lemuru dengan standarisasi menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK), biaya riil penangkapan ikan lemuru dan harga riil ikan lemuru dengan rumus (Fauzi dan Ana, 2005):

Criilt = x 100 ……… (4.8) Priilt =


(51)

Keterangan:

Criilt = biaya riil penangkapan ikan lemuru pada tahun ke-t (Rp) Cnomt = biaya nominal rata-rata tahun ke-t (Rp)

Priilt = harga riil penangkapan ikan lemuru pada tahun ke-t (Rp) Pnomt = harga nominal rata-rata tahun ke-t (Rp)

IHKt = Indeks Harga Konsumen pada tahun ke-t

Tangkapan lestari menggunakan fungsi Schaefar, persamaannya yaitu (Fauzi, 2010):

Ht = qKE (1- ... (4.10) Keterangan:

K = daya dukung lingkungan (ton per tahun)

q = koefisien kemampuan tangkap (1/trip upaya standar) Et = tingkat upaya purse seine tahun ke-t (trip)

r = intrinsic growth rate (% per tahun)

4.5.2 Rente Ekonomi

Parameter ekonomi yang sudah diubah kedalam bilangan riil dapat digunakan mencari TR (Total Revenue), TC (Total Cost) dan rente ekonomi (π),

dapat diperoleh dengan persamaan (Fauzi, 2006):

TR = p.h ……… (4.11)

TC = c.E ………(4.12)

Maka rente ekonomi sumberdaya perikanan lemuru:

………...…. (4.13)

Keterangan:

π = rente ekonomi (Rp) TR = total penerimaan (Rp) TC = total biaya (Rp)

4.5.3 Metode Present Value

Asumsi bahwa biaya per unit input adalah konstan, present value dari rente perikanan tangkap lemuru pada periode tidak terbatas (t=0 sampai tak terhingga) adalah sebagai berikut (Fauzi, 2005):


(52)

Keterangan:

Vt = present value sumberdaya tahun ke-t (Rp)

πt = rente sumberdaya perikanan lemuru tahun ke-t (Rp) = discount rate (%)

4.5.4 Analisis Perubahan Surplus Produsen

Formula yang digunakan dalam analisis ini adalah perubahan surplus produsen, sebelum adanya depresiasi dan setelah adanya depresiasi. Menurut Fauzi (2006), secara matematis besaran surplus produsen dapat diukur berdasarkan:

PS(x) = xC’(x) – C(x) ……….. (4.15)

sehingga perubahan surplus produsen sebelum dan sesudah adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru:

……….. (4.16)

Keterangan:

PS (x) = surplus nelayan perikanan tangkap lemuru (Rp)

∆PS = perubahan surplus produsen (Rp)

PS0 = surplus nelayan sebelum adanya depresiasi (Rp) PS1 = surplus nelayan setelah adanya depresiasi (Rp)

xC’(x) = pembayaran minimum yang diterima nelayan perikanan lemuru (Rp) C(x) = biaya yang dibutuhkan untuk berlayar (Rp)

4.5.5 Metode Weighted Sum Model (WSM)

Formula yang digunakan dalam analisis ini adalah teknik Metode MCDM dengan menggunakan fungsi agregasi WSM (Weighted Sum Model). Prioritas strategi pilihan Pi diukur bedasarkan formula sebagai berikut:

Pi = ∑ ... (4.17)

untuk i = 1, β, γ, ..., m; j= 1, β, γ, …, n

Keterangan:

P = prioritas strategi adaptasi a = attribute penilaian W = weight (pembobotan)


(53)

4.5.6 Analisis Deskriptif

Rekomendasi alternatif kebijakan ini disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku secara umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009). Alternatif kebijakan yang akan ditawarkan terkait adanya depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru, didapat dari hasil analisis dilapang dan analisis data sebelumnya.

4.6 Batasan Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk perikanan tangkap ikan lemuru dengan alat tangkap purse seine/slerek dengan armada 20-30 GT dengan dua kapal. Pembahasan terkait penilaian depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru dihitung dengan membandingkan produksi aktual dengan produksi lestari. Selain itu, juga dihitung depresiasi dengan skenario pencemaran di Perairan Muncar. Namun dengan keterbatasan data kualitas air laut di Perairan Muncar, maka diasumsikan pencemaran mempengaruhi produksi perikanan tangkap sebesar 25%. Besaran asumsi pengaruh pencemaran terhadap produksi ini, mengacu pada model Collins,et. al. dalam Fauzi dan Anna (2002). Selain itu, juga akan dihitung depresiasi dengan skenario pencemaran sebesar 10% dan 50% terhadap pertumbuhan produksi untuk perkembangan penelitian.

Pembahasan mengenai kesejahteraan yang hilang pada penelitian ini hanya mengkaji mengenai surplus produsen nelayan yang hilang akibat adanya depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru. Perhitungan dilakukan dengan mencari selisih dari surplus produsen sebelum dan sesudah adanya fenomena penurunan produksi perikanan tangkap. Analisis strategi adaptasi nelayan dinilai dengan kriteria penilaian: motivasi pelaksanaan, potensi konflik dan rente ekonomi. Sementara untuk rekomendasi alternatif kebijakan penanganan depresiasi, menggunakan analisis deskriptif yang didapat dari hasil analisis dari tujuan dalam penelitian ini.


(54)

(1)

Lampiran 13 Hasil analisis bioekonomi dan rente sumberdaya ikan lemuru dengan skenario pencemaran 25% (terkoreksi)

α 1,850554114 r 1,850554114

-1,152768198 q 0,0000736

-0,0000735612 K 21.822,82

Tahun Effort (trip)

Produksi Lestari (ton)

Harga (Rp juta/ton)

Penerimaan Total (Rp juta)

Biaya (Rp juta)

Rente Ekonomi (Rp juta)

Present Value Rente (Rp juta)

Depresiasi (Rp juta)

2000 3.148 4.421,15 1,44 6.375,57 1.366,15 5.009,42 50.094,17 50.094,17

2001 5.945 8.349,34 0,69 5.765,30 1.267,28 4.498,01 44.980,12 -5.114,05

2002 4.634 6.508,13 0,70 4.549,82 1.201,06 3.348,77 33.487,67 -11.492,45

2003 3.919 5.503,97 0,55 3.036,90 1.219,68 1.817,22 18.172,18 -15.315,49

2004 13.945 19.584,79 1,55 30.342,60 3.135,55 27.207,04 272.070,41 253.898,23

2005 12.169 17.090,04 1,67 28.524,26 2.656,41 25.867,85 258.678,53 -13.391,88

2006 14.132 19.847,57 2,28 45.232,26 2.386,28 42.845,98 428.459,77 169.781,24

2007 16.086 22.591,76 1,88 42.522,60 2.269,45 40.253,15 402.531,54 -25.928,23

2008 18.040 25.335,95 2,73 69.160,26 2.246,86 66.913,40 669.133,98 266.602,44

2009 12.473 17.517,47 2,35 41.244,59 2.342,07 38.902,52 389.025,25 -280.108,73

2010 9.128 12.819,65 2,29 29.386,48 2.280,21 27.106,27 271.062,67 -117.962,58

2011 11.920 16.740,82 8,70 145.712,57 2.170,77 143.541,80 1.435.417,97 1.164.355,30

2012 6.268 8.802,97 6,17 54.296,74 1.989,45 52.307,29 523.072,86 -912.345,12

2013 3.886 5.457,62 8,62 47.057,30 1.803,37 45.253,93 452.539,30 -70.533,56

2014 4.092 5.746,93 10,80 62.091,86 2.418,95 59.672,92 596.729,15 144.189,86


(2)

Lampiran 14 Hasil analisis bioekonomi dan rente sumberdaya ikan lemuru dengan skenario pencemaran 50% (terkoreksi)

α 1,830427204 r 1,830427204

-1,372587966 q 0,0000734

-0,0000733784 K 18.173,73

Tahun Effort (trip)

Produksi Lestari (ton)

Harga (Rp juta/ton)

Penerimaan Total (Rp juta)

Biaya (Rp juta)

Rente ekonomi (Rp juta)

Present value rente (Rp juta)

Depresiasi (Rp juta)

2000 3.148 3.668,26 1,44 5.289,86 1.366,15 3.923,71 39.237,08 39.237,08

2001 5.945 6.927,51 0,69 4.783,51 1.267,28 3.516,23 35.162,27 -4.074,81

2002 4.634 5.399,85 0,70 3.775,02 1.201,06 2.573,97 25.739,68 -9.422,60

2003 3.919 4.566,68 0,55 2.519,74 1.219,68 1.300,06 13.000,58 -12.739,09

2004 13.945 16.249,65 1,55 25.175,49 3.135,55 22.039,93 220.399,35 207.398,77

2005 12.169 14.179,74 1,67 23.666,81 2.656,41 21.010,39 210.103,94 -10.295,41

2006 14.132 16.467,68 2,28 37.529,56 2.386,28 35.143,28 351.432,78 141.328,84

2007 16.086 18.744,56 1,88 35.281,33 2.269,45 33.011,89 330.118,88 -21.313,90

2008 18.040 21.021,43 2,73 57.382,81 2.246,86 55.135,95 551.359,47 221.240,59

2009 12.473 14.534,38 2,35 34.220,96 2.342,07 31.878,89 318.788,93 -232.570,54

2010 9.128 10.636,56 2,29 24.382,19 2.280,21 22.101,98 221.019,79 -97.769,14

2011 11.920 13.889,99 8,70 120.898,86 2.170,77 118.728,09 1.187.280,88 966.261,08

2012 6.268 7.303,90 6,17 45.050,43 1.989,45 43.060,98 430.609,76 -756.671,12

2013 3.886 4.528,23 8,62 39.043,81 1.803,37 37.240,44 372.404,39 -58.205,37


(3)

Lampiran 15 Data produksi, hari melaut dan total biaya responden sebelum

adanya depresiasi sumberdaya perikanan tangkap lemuru

No Responden Produksi per trip (kg) Hari Melaut (tahun) Biaya Tetap (Rp/tahun) Biaya Variabel (Rp/trip) Harga (Rp/kg)

1 50.000 276 160.800.000 8.495.000 2.500

2 30.000 180 110.800.000 6.880.000 2.000

3 50.000 204 192.800.000 11.115.000 2.500

4 20.000 264 240.800.000 8.395.000 2.000

5 50.000 240 150.800.000 16.548.000 6.000

6 20.000 240 160.800.000 9.046.500 1.500

7 17.500 240 140.800.000 8.108.750 2.500

8 27.500 240 100.800.000 6.008.750 2.500

9 37.500 228 184.800.000 6.353.750 5.000

10 20.000 192 60.800.000 4.478.000 2.500

11 35.000 288 50.800.000 4.362.500 4.000

12 5.000 240 64.800.000 3.162.500 2.500

13 30.000 240 64.800.000 8.485.000 2.500

14 20.000 240 128.800.000 6.550.000 2.000

15 20.000 204 160.800.000 15.777.059 1.500

16 20.000 240 160.800.000 3.390.000 1.700

17 10.000 276 65.800.000 4.737.174 3.000

18 15.000 264 76.800.000 6.094.545 3.300

19 50.000 216 160.800.000 9.171.667 1.000

20 20.000 240 58.800.000 4.575.000 2.000

21 20.000 276 100.800.000 8.135.000 2.000

22 20.000 264 85.800.000 5.046.500 900

23 35.000 240 160.800.000 8.312.500 1.000

24 40.000 240 220.800.000 7.018.000 1.500

25 30.000 240 160.800.000 5.302.000 2.000

26 50.000 264 220.800.000 9.000.000 2.000

27 30.000 264 124.800.000 6.560.000 1.000

28 40.000 240 220.800.000 8.535.000 1.500

29 30.000 264 280.800.000 10.145.000 1.800

30 40.000 240 220.800.000 15.845.000 2.000


(4)

Lampiran 16 Data produksi, hari melaut dan total biaya responden setelah

adanya depresiasi sumberdaya ikan lemuru

No Responden Produksi per trip (kg) Hari Melaut (tahun) Biaya Tetap (Rp/tahun) Biaya Variabel (Rp/trip) Harga (Rp/kg)

1 5.000 240 158.400.000 9.519.000 4.500

2 5.000 144 108.400.000 8.857.000 5.000

3 3.000 180 188.400.000 12.524.000 4.750

4 5.000 204 238.400.000 11.305.000 4.000

5 5.000 240 148.400.000 12.160.000 9.000

6 4.000 204 158.400.000 10.145.100 4.000

7 4.500 204 138.400.000 11.387.000 5.000

8 5.000 132 98.400.000 10.510.000 4.500

9 5.000 180 182.400.000 9.672.000 7.000

10 3.000 192 58.400.000 6.165.333 6.500

11 1.000 108 48.400.000 5.667.000 5.500

12 1.000 204 62.400.000 5.200.000 6.000

13 4.500 216 62.400.000 7.083.000 7.000

14 2.500 204 126.400.000 7.850.588 7.000

15 5.000 180 158.400.000 10.062.000 6.500

16 1.000 180 158.400.000 5.458.500 6.000

17 3.000 240 338.400.000 6.210.000 7.200

18 1.000 204 74.400.000 9.478.794 7.000

19 5.000 144 158.400.000 7.789.167 6.000

20 1.000 180 254.400.000 6.477.000 5.000

21 1.000 276 98.400.000 7.877.000 8.000

22 2.000 120 83.400.000 6.269.500 9.000

23 1.000 204 158.400.000 4.163.667 5.000

24 5.000 180 218.400.000 8.980.133 4.000

25 3.000 180 158.400.000 7.122.667 4.000

26 3.000 216 218.400.000 10.702.000 7.000

27 3.000 204 122.400.000 8.827.000 7.500

28 5.000 180 218.400.000 8.917.000 7.000

29 2.000 240 278.400.000 6.802.000 5.000

30 3.000 192 218.400.000 8.972.000 6.000


(5)

Lampiran 17 Dokumentasi penelitian

Aktivitas perikanan tangkap di Kecamatan Muncar

Kondisi perairan di Kecamatan Muncar yang mengalami pencemaran

Kawasan industri pengolahan ikan di Kecamatan Muncar


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 17 Maret 1993, dari

pasangan Agus Tri Raharjo dan Ida Widiarti, sebagai anak pertama dari dua

bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN 1 Rogojampi (1999-2005),

SMPN 1 Rogojampi (2005-2008) dan SMAN 1 Rogojampi (2008-2011). Pada

tahun yang sama, penulis masuk sebagai salah satu mahasiswi Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

SNMPTN Undangan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai redaktur

Orange

Magazine

(OMG!) majalah Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2013

sebagai

Grapich Designer (Layouter) dan pernah berada di Staf Ahli DPM KM

IPB sebagai Marketing & Multi Media pada tahun 2014. Penulis juga aktif

sebagai panitia kegiatan kemahasiswaan dan peserta pada berbagai kegiatan

seminar yang terkait keilmuan penulis.