2.3 Alat Tangkap Purse Seine Dua Kapal
Pukat cincin atau jaring lingkar bertali kerut purse seine adalah jaring lingkar berbentuk empat persegi panjang atau trapesium yang dilengkapi cincin
dan tali kerut atau pengerut, pengoperasiannya mengerutkan jaring pada bagian bawah dengan cara menarik tali kerutpengerut yang pengoperasiannya
menggunakan satu kapal atau dua kapal Sjarif dan Hudring, 2012. Bentuk alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Dokumentasi penelitian 2015
Gambar 2 Alat tangkap purse seine Menurut
Peraturan Menteri
Kelautan dan
Perikanan Nomor
PER.02MEN2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia pasal 7 dan 22. Menetapkan jalur penangkapan yang digunakan untuk pengoperasian pukat cincin di Selat Bali yaitu
dengan pengoperasian pukat cincin dua kapal. Khususnya yang berpangkalan di PPP Muncar-Banyuwangi dan di PPN Pengambengan-Bali, masyarakat
menamakannya jaring slerek. Cara pengoperasiannya yaitu melingkarkan pukat cincin pada kelompok renang ikan pelagis dengan menggunakan dua kapal
compreng berukuran kurang dari 30 GT. Bentuk kapal purse seine dengan dua kapal dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Dokumentasi penelitian 2015
Gambar 3 Kapal purse seine dengan dua kapal
2.4 Deplesi, Degradasi dan Depresiasi
Deplesi diartikan sebagai tingkat atau laju pengurangan stok dari sumberdaya alam tidak dapat diperbarukan non-renewable resources, terjadinya
jumlah penurunan stok sumberdaya alam yang jauh diatas laju penurunan stok yang seharusnya, atau terjadi laju eksploitasi yang lebih tinggi dari yang
seharusnya. Sementara, degradasi mengacu pada penurunan kualitas atau kuantitas sumberdaya alam yang dapat diperbarukan renewable resources.
Kondisi ini dapat terjadi baik karena kondisi alami maupun karena pengaruh aktivitas manusia. Hal ini, pada sumberdaya alam pesisir dan laut kebanyakan
degradasi terjadi karena ulah manusia. Kegiatan aktivitas produksi seperti penangkapan dan eksploitasi, maupun aktivitas non produksi seperti pencemaran
akibat limbah domestik maupun industri Fauzi dan Suzy, 2004. Terminologi depresiasi sumberdaya lebih ditujukan untuk mengukur
perubahan nilai moneter dari pemanfaataan sumberdaya alam. Depresiasi juga dapat diartikan sebagai pengukuran deplesi atau degradasi yang dirupiahkan.
Deplesi, degradasi maupun depresiasi sumberdaya pesisir dan laut disebabkan oleh berbagai faktor, baik alam maupun manusia, faktor endogenous maupun
eksogeneus dan juga kegiatan yang bersifat produktif maupun non produktif. Fauzi dan Suzy, 2004.
2.5 Pencemaran Pesisir dan Laut
Kantor Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup 1991 dalam Mukhtasor 2007, pencemaran laut adalah masuknya zat atau energi, secara
langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut
termasuk daerah pesisir pantai, sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumberdaya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan
terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laut serta menurunkan kualitas
tempat tinggal dan rekreasi. Berdasarkan sudut pandang faktor penyebab potensial terpaparnya bahan
pencemar ke lingkungan perairan, ada dua kelompok besar sumber menurut Syakti, et. al. 2012:
1. Sumber dari aktivitas manusia antrophogenic
Terminologi antropogenik berasal dari bahasa Yunani yang berarti “buatan
manusia” man-made yang dalam pengertiannya adalah akibat ataupun objek yang ditimbulkan dari kegiatan manusia berupa masuknya zat dan energi ataupun
komponen abiotik kedalam lingkungan. Tiga kelompok sumber bahan pencemar dari sumber antropogenik yang paling banyak memberikan kontribusi kontaminasi
ke lingkungan laut: a.
Limbah domestik Berasal dari buangan rumah tangga di zona urban, bangunan, perdagangan,
perkantoran, dan sarana jenis dimana aktivitas sehari-hari masyarakat dapat menghasilkan limbah padat maupun limbah cair mandi, cuci, dan tinja. Limbah-
limbah tersebut dapat secara langsung dibuang ke badan air melalui parit, selokan dan sungai ataupun masuk terlebih dahulu ke sebuah instalasi pengolahan limbah.
Limbah domestik memiliki karakteristik yang kerap ditemui berupa tingginya kandungan detergen, sabun, nitrogen, fosfor, hidrogen sulfida, bahan organik
BOD-Biology Oxygen Demand dan COD-Chemical Oxygen Demand, nilai pH, dan faecal coliform.
b. Limbah industri
Limbah industri berasal dari industri kecil, menengah dan besar yang dioperasikan dalam bentuk bengkel kerja, laboratorium ataupun pabrik yang dapat
menghasilkan limbah berupa air dan bahan-bahan buangan lainnya yang terlarut maupun tersuspensi di dalam air yang digunakan dalam proses produksinya.
Limbah industri memiliki karakteristik yang kerap ditemui berupa tingginya kandungan logam berat tertentu, hidrokarbon, temperatur, Total Suspended Solid