Pencemaran Pesisir dan Laut

di Muncar mulai muncul sejak dari kegiatan pendaratan ikan, transportasi ikan, pencucian bahan baku, proses produksi, sampai sarana pengolahan limbah yang kurang berfungsi dengan baik. Total kebutuhan air bersih untuk kegiatan industri sebesar 17.833,2 m 3 hari dengan jumlah limbah cair mencapai 14.266 m 3 hari. Dampak dari pembuangan limbah antara lain: kualitas air permukaan dan air tanah, kehidupan biota liar, kondisi sosial ekonomi masyarakat, kesehatan, estetika lingkungan, udara dll. Secara ringkas penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu No. Nama Tahun Judul Keterangan 1. Tabah Wira Perdana 2012 Produktivitas perikanan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar - Komoditas perikanan lemuru - Tempat penelitian di Muncar 2. Rizal Bahtiar 2008 Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan di Selat Madura Provinsi Jawa Timur - Penilaian depresiasi tanpa pencemaran dan dengan pencemaran - Fungsi produksi lestari Gompertz 3. Akhmad Fauzi dan Suzy Anna 2002 Penilaian depresiasi sumberdaya perikanan sebagai bahan pertimbangan penentuan kebijakan pembangunan perikanan - Metode present value, fungsi produksi lestari Gompertz - Nilai depresiasi tanpa dan dengan skenario pencemaran 4. Setiyono dan Satmoko Yudo 2008 Dampak pencemaran lingkungan akibat limbah industri pengolahan ikan di Muncar Studi Kasus Kawasan Industri Pengolahan Ikan di Muncar - Tempat penelitian di Muncar - Analisis dampak pencemaran lingkungan Keterbaruan penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini melihat adanya depresiasi sumberdaya perikanan yang terjadi di Kecamatan Muncar dengan produksi dominan yaitu ikan lemuru. Penilaian depresiasi yaitu terdiri dari penilaian depresiasi tanpa dan dengan adanya pencemaran, dilihat dari penurunan tangkapan lestari dan rente sumberdaya lestari. Penelitian ini juga menganalisis dampak ekonomi, yaitu penurunan kesejahteraan nelayan dengan menghitung surplus produsen yang hilang akibat adanya depresiasi. Selain itu, penelitian ini membahas bagaimana pola strategi adaptasi yang dilakukan nelayan saat adanya depresiasi sumberdaya perikanan, dengan metode WSM. Hasil strategi adaptasi merupakan hasil penilaian terbaik dari nelayan dan stakeholder terkait, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai alternatif rekomendasi kebijakan dalam menangani depresiasi sumberdaya ikan lemuru di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

3. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan

Penilaian depresiasi sumberdaya sangat diperlukan terutama bagi negara yang memanfaatkan dan tergantung dari sumberdaya alam untuk pertumbuhan perekonomiannya. Hal tersebut sangat penting diperlukan dalam menentukan arahan kebijakan yang sering kali kurang tepat, terlebih dalam pengelolaan sumberdaya alam yang sesuai dan berkelanjutan. Masalah depresiasi sumberdaya perikanan sudah mulai menjadi perhatian, mengingat potensi kelautan dan perikanan di Indonesia sangat tinggi. Penurunan stok sumberdaya perikanan pada beberapa lingkungan pesisir mulai meningkat, faktor depresiasi tersebut yaitu adanya tekanan lingkungan berupa pencemaran dan tangkap lebih Fauzi dan Suzy, 2005. Penilaian depresiasi dalam Fauzi dan Suzy 2005, khususnya sumberdaya perikanan dilakukan dengan menggunakan pendekatan bioekonomi. Metode yang digunakan untuk menilai depresiasi sumberdaya perikanan adalah metode present value. Metode present value merupakan metode dimana seluruh rente yang akan dating dihitung di masa sekarang.

3.1.2 Konsep Surplus

Menurut Fauzi 2006, salah satu hal yang krusial dari ekonomi sumberdaya alam adalah bagaimana surplus dari sumberdaya dimanfaatkan secara optimal. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan dari masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumberdaya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor gross benefit dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumberdaya alam. Surplus ekonomi yang dimaksud akan dibedakan ke dalam surplus konsumen, surplus produsen dan resource rent atau rente sumberdaya. Namun, dalam penelitian ini hanya terfokus pada surplus produsen. Surplus produsen tidak lain adalah pembayaran yang paling minimum yang bisa diterima oleh produsen dikurangi dengan biaya untuk memproduksi