Tujuan Penelitian Penilaian Depresiasi Sumberdaya Ikan Lemuru Dan Dampaknya Bagi Kesejahteraan Nelayan Sebagai Bahan Pertimbangan Rekomendasi Kebijakan Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi)

termasuk daerah pesisir pantai, sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumberdaya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laut serta menurunkan kualitas tempat tinggal dan rekreasi. Berdasarkan sudut pandang faktor penyebab potensial terpaparnya bahan pencemar ke lingkungan perairan, ada dua kelompok besar sumber menurut Syakti, et. al. 2012: 1. Sumber dari aktivitas manusia antrophogenic Terminologi antropogenik berasal dari bahasa Yunani yang berarti “buatan manusia” man-made yang dalam pengertiannya adalah akibat ataupun objek yang ditimbulkan dari kegiatan manusia berupa masuknya zat dan energi ataupun komponen abiotik kedalam lingkungan. Tiga kelompok sumber bahan pencemar dari sumber antropogenik yang paling banyak memberikan kontribusi kontaminasi ke lingkungan laut: a. Limbah domestik Berasal dari buangan rumah tangga di zona urban, bangunan, perdagangan, perkantoran, dan sarana jenis dimana aktivitas sehari-hari masyarakat dapat menghasilkan limbah padat maupun limbah cair mandi, cuci, dan tinja. Limbah- limbah tersebut dapat secara langsung dibuang ke badan air melalui parit, selokan dan sungai ataupun masuk terlebih dahulu ke sebuah instalasi pengolahan limbah. Limbah domestik memiliki karakteristik yang kerap ditemui berupa tingginya kandungan detergen, sabun, nitrogen, fosfor, hidrogen sulfida, bahan organik BOD-Biology Oxygen Demand dan COD-Chemical Oxygen Demand, nilai pH, dan faecal coliform. b. Limbah industri Limbah industri berasal dari industri kecil, menengah dan besar yang dioperasikan dalam bentuk bengkel kerja, laboratorium ataupun pabrik yang dapat menghasilkan limbah berupa air dan bahan-bahan buangan lainnya yang terlarut maupun tersuspensi di dalam air yang digunakan dalam proses produksinya. Limbah industri memiliki karakteristik yang kerap ditemui berupa tingginya kandungan logam berat tertentu, hidrokarbon, temperatur, Total Suspended Solid TSS, bahan organik BOD dan COD, dan nilai pH yang terkandung tinggi atau rendah. Karakteristik limbah suatu industri sangat bergantung pada proses produksi, bahan baku yang digunakan, dan kapasitas produksinya. c. Limbah pertanian Aktivitas pertanian memberikan kontribusi pelepasan garam-garam mineral Nitrogen, Pospor dan Kalium terkait dengan penggunaan pupuk, pelepasan senyawa purin, dan bahan penggemuk ternak serta senyawaan pengontrol hama dan gulma seperti insektisida, herbisida dan fungisida di samping obat obatan dari jenis antibiotika. Peningkatan atau pengayaan nutrisi dalam bentuk garam mineral dalam ekosistem laut akan mengakibatkan peningkatan produktivitas primer yang tidak terkontrol di lingkungan laut berupa blooming algae yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air, diantaranya penurunan kadar oksigen, yang dapat mengganggu kehidupan organisme. 2. Sumber alami natural Fenomena alam dapat merupakan sumber bahan pencemaran karena secara fisik kentara menyumbangkan masuknya suatu agen ke lingkungan yang dapat mengganggu peruntukan suatu lingkungan. Pencemaran dapat dikatakan terjadi jika air laut berubah kualitasnya dan akhirnya berubah fungsi dan peruntukannya karena perubahan tersebut menyebabkan keadaan negatif terhadap manusia dan lingkungan. Pencemaran laut tidak hanya merusak habitat organisme laut serta proses biologi dan fisiologinya saja, tetapi secara langsung atau tidak langsung dapat membahayakan kesehatan manusia oleh karena manusia mengakumulasi bahan-bahan pencemar atau melalui konsumsi bahan pangan laut yang sebelumnya mengandung bahan pencemar Mukhtasor, 2007.

2.6 Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat Nelayan

Sumberdaya perikanan tangkap biasanya ditandai oleh suatu tingkat kemampuan berubah yang tinggi. Kemampuan berubah ini ada tiga macam menurut Mulyadi 2007: 1 jangka panjang, dapat diperkirakan musiman, 2 jangka panjang, biasanya tidak dapat diperkirakan karena perubahan populasi yang berkaitan dengan penangkapan ikan yang berlebihan, iklim atau faktor- faktor luar dan 3 jangka pendek, tidak dapat diperkirakan bervariasi dalam penangkapan sehari-hari.