Latar belakang menjadi seorang Bhante pada responden 3

Obrolan antara Anton dan B3 terasa santai. Hal ini terlihat dari tawa keluar antara B3 dan Anton diselah perbincangan mereka. Peneliti pun ikut masuk kedalam perbincangan yang ada tidak lama kemudian. Perbincangan ini berlangsung selama kurang lebih lima belas menit. Setelah selesai, B3 memberikan isyarat kepada peneliti untuk memulai wawancara. Peneliti pun mengeluarkan alat perekam yang telah dipersiapkan dan meletakkannya di dekat B3. Posisi duduk antara Anton, Peneliti dan Bhante terlihat tidak jauh berbeda dengan posisi duduk dalam wawancara yang sebelumnya. Ruangan terlihat baru saja di Renovasi di beberapa bagiannya. Wawancara berlangsung selama kurang lebih 55 menit. Wawancara berlangsung dengan santai. Terlihat dari tawa yang keluar diantara Peneliti, Bhante dan Anton dalam sesi wawancara. B3 pun menjawab beberapa jawaban dengan candaan. Setelah selesai melakukan sesi wawancara, peneliti dan Anton masih duduk dan berbincang dengan Bhante. Perbincangan berlangsung kurang lebih selama setengah jam. Ketika jam menunjukkan pukul 10:20 menit, peneliti dan Anton memohonn izin untuk pulang dan memberikan salam penghormatan kepada Bhante.

e. Latar belakang menjadi seorang Bhante pada responden 3

Tujuan B3 belajar meditasi pada awalnya adalah untuk mengubah sifat-sfat buruknya yang ada. Hal ini adalah saran dari abang sepupunya. Universitas Sumatera Utara Ia pun mencari informasi mengenai pelatihan meditasi yang ada dan mendaftarkan diri untuk berlatih meditasi di Jawa. Sebelum kepergiannya, ia bertemu dengan B1 yang menceritakan mengenai kisah kehidupan Bhikkhu senior yang menjalankan ke-Bhikkhuan dengan keras dalam pelaksanaan peraturan dan meditasinya. Ia pun tertarik dan akhirnya memutuskan untuk belajar meditasi dengan Eyang di Medan. Keinginan untuk belajar Agama Buddha lebih dalam merupakan alasan lainnya kenapa ia ingin menjadi seorang Bhante Theravada. “tertariknya bukan jadi samanera waktu itu.. tertariknya mau ikut berlatih meditasi.. karena sebelumnya kan memang udah ada keinginan latihan meditasi ketempat BSB.. itu udah ada keinginan kesana.. dan itu pun sudah ya.. sudah ditentukan tanggalnya untuk pergi kesana... diantar sama abang sepupu saya waktu itu ke kebun raya sama... setelah denger cerita tentan eyang akhirnya gak jadi.. tertawa malah pergi kemedan.. tertawa ... ” R3.W4.b.0220-0232.h.5 “cerita cerita dari seorang Bhikkhu tentang Bhikkhu yang sangat senior.. ya.. jadi itu awal mula keinginan... keinginan itu dikatakan didorong dari ingin belajar lebih lebih dalam tentang ajaran Buddha itu sendiri.” R3.W1.b.0031-0036.h.1 “yang sangat terinspirasi untuk menjadi Bhikkhu contohnya adalah menceritakan seorang Bhikkhu senior yang menjalankan ke Bhikkhuan yang sangat keras.. ya dalam artian keras didalam peraturan Bhikkhu itu sendiri.” R3.W1.b.0043-0049.h.1 “saya tertarik meditasi dengan tujuan untuk merubah... ya mungkin merubah sifat sifat saya yang mungkin tidak terkendali pada waktu itu ya.. “ R3.W3.b.0006-0010.h.1 Sesampainya di Medan dan bertemu dengan eyang, ia mengutarakan niatnya untuk mempelajari meditasi selama satu tahun Universitas Sumatera Utara dibawah bimbingan eyang lalu ditabis menjadi samanera. Niatnya untuk bermeditasi dilandaskan dengan keinginan yang kuat untuk mengubah sifat- sifat buruknya yang sudah ada dan ketertarikannya akan kisah dimana meditasi dapat menimbulkan kesaktian dan kesucian. “walaupun tidak seratus persen itu ya ada tertarik seperti ya diceritakan pada orang orang terdahulu itu ya.. ya tadi itu bisa me.. bisa me menimbulkan kesaktian.. bisa menimbulkan kesucian.” R3.W3.b.0019-0024.h.1 “Eyang bilang itu terlalu lama. ya.. jadi terlalu lama.. dikasih waktu setengah tahun” R3.W1.b.0145-0147.h.3 Tiga minggu setelah ia di Medan, Eyang mengatakan kepadanya bahwa ia akan menahbiskan B3 menjadi seorang samanera. B3 menolak pada awalnya karena ia merasa belum cukup siap dan pengetahuan mengenai pelajaran Agama Buddha yang ia miliki masih kurang. Ia juga merasa terlalu cepat karena awal perjanjiannya dengan eyang adalah setengah tahun setelah ia di Medan. Eyang pun meminta ia mempertimbangkan kembali hal tersebut. Setelah berpikir panjang, ia pun akhirnya menyetujui atas dasar pemikiran bahwa godaan begitu banyak, bila ia berlatih dengan status sebagai seorang samanera, mungkin keyakinannya lebih kuat. Ia pun ditahbis bersama dua calon samanera lainnya pada hari itu juga. “akhirnya ke kassapa.. selama dua minggu eyang setelah setelah latihan Vipassana.. eyang bilang udah.. satu minggu lagi saya angkat. nah.. pemikiran saya bukan diangkat jadi samanera.. ya jadi kiranya saya diangkat.. kira saya diangkat jadi murid betul- betul berlatih yang serius. “ R3.W1.b.0150-0157.h.4 Universitas Sumatera Utara “jadi.. waktu saat itu saya memberontak tidak mau.. karena janji tetap awalnya 6 bulan.. baru tiga minggu udah mau jadi samanera. Saya gak mau.. apa lagi paritta pun belum hapal” R3.W1.b.0171-0176.h.4 “saya berpikir kalau kalau .. berlatih tidak memakai jubah kendalanya lebih berat. tetapi kalau berlatih dengan pakek jubah mungkin keyakinannya makin kuat. dari situlah saya kira memutuskan untuk menjadi samanera. dan samanera.” R3.W1.b.0181-0187.h.4 Kesulitan awal yang dialami oleh B3 ketika menjadi samanera adalah kelaparan. Biasanya B3 makan tiga kali sehari saat di Jawa, namun pada saat di Vihara Kassapa ia hanya dapat makan satu kali sehari. Hal yang dapat dilakukan oleh B3 adalah menahan diri oleh karena memang sudah tidak ada makanan lagi setelahnya. B3 mulai merasa lebih baik dan terbiasa dengan pola makan yang ada tiga bulan setelahnya. Hal ini adalah salah satu bentuk latihan kesabaran dan pengendalian diri baginya. “Walaupun itu lapar ya tetap saja ditahan.. karena memang udah gak ada makanan..setelah makan udah habis makanannya.. jadi ya... ditahan... karena berjalannya waktu kurang lebih tiga bulan.. nah.. baru bisa normal.. baru bisa melakukan banyak kegiatan. itulah kendala utama” R3.W1.b.0251-0258.h.6 Latihan yang diberikan oleh Eyang kepada dia dan teman-teman seangkatannya saat itu adalah memintanya untuk banyak diam. Eyang memberi kebebasan kepada B3 untuk melakukan apapun, namun dia harus tetap diam sepanjang hari. Diam dalam hal ini adalah diam tidak berbicara kepada siapapun dan memperhatikan pergerakan badan jasmani. Awalnya B3 merasa itu mudah, tapi ketika ada teman untuk mengobrol, Universitas Sumatera Utara B3 mulai merasa kesulitan. Saat menjadi samanera, ia dan teman-temannya juga belajar untuk baca paritta dan pelafalan vinaya serta pelaksanaannya. “harus banyak diam.. dimana pun tempatnya kita tetap harus diam.. kalau bisa diam selamanya.. ya jadi diam.. dalam arti diam itu diam tidak berbicara.. ya.. diam menjaga badan jasmani itu diperhatikan gitu.. itu diam ... ya.. jadi memang walaupun mungkin dulu sifat saya lebih lebih condong ke diam.. tetapi saat jadi samanera suruh diam itu pun merasa sulit.. ya..” R3.W2.b.0033-0043.h.1 “sebenarnya ... merasa berat ketika ada lawan untuk berbicara..” R3.W2.b.0145-0146.h.3 Tujuh bulan setelah menjadi samanera, eyang memohon ia dan teman-temannya untuk membuat passport agar mereka dapat ke Thailand dan ditahbis menjadi Bhikkhu disana. Saat itu B3 menolak karena ia merasa belum cukup siap baik dalam segi bahasa maupun dalam segi pengetahuannya sebagai seorang samanera. Akhirnya setelah satu tahun menjalani kehidupan sebagai seorang samanera, B3 pun berangkat ke Thailand. Kepergiannya dilandaskan dengan niat yang besar untuk merasakan bagaimana rasanya mempraktekkan Ajaran Buddha yang lebih tinggi. Persetujuaannya untuk ke Thailand hanya dalam kurun waktu satu tahun adalah karena kedua temannya yang lain telah setuju untuk ke Thailand. Bila ia masih menunggu, kemungkinan besar, saat dimana ia telah siap untuk ke Thailand, ia akan pergi sendiri. Sedangkan bila ia pergi saat itu ia akan pergi bersama kedua temannya. “setelah jadi samanera.. Eyang bilang tujuh bulan setelah itu nanti ke Thailand. saya menolak..” R3.W1.b.0188-0190.h.4 Universitas Sumatera Utara “ya mungkin karena yang pertama karena ada rasa takut ya.. karena Bahasa Thailand sedikitpun gak tau.” R3.W2.b.0276-0279.h.6 “waktu itu setelah satu tahun jadi samanera baru ke Thailand. ya.” R3.W2.b.0272-0274.h.6 “ingin ingin mempraktekkan yan lebih lebih lebih tinggi gitu.. Bagaimana rasa nya kalau mempraktekkan ajaran Buddha yang lebih tinggi.. pada waktu itu.. mungkin latihanya lebih bermanfaat ya.. lebih bermanfaat ..” R3.W2.b.0283-0289.h.6 “saat itu bikin paspor saya pun saya pun ya berpikir ya kalau kalau saya merasa takut.. kalau saya berani nanti ke Thailand cuman sendirian gak punya teman.. tapi sekarang kalau saya ke Thailand walaupun takut tapi kan punya teman gitu... “ R3.W4.b.0803-0810.h17 Kegiatan keseharian B3 pada saat di Thailand adalah pindapata berjalan keliling desa untuk mendapatkan dana makanan pada pagi hari, Chanting berdoa, melakukan kunjungan ke desa bila ada undangan seperti orang meninggal untuk dibacakan doa dan bersih-bersih Vihara. Bila ingin tahu lebih mendalam mengenai Ajaran Agama ataupun alasan dari Rompo melakukan sesuatu, mereka harus bertanya, bila tidak, guru mereka tidak akan menjelaskan kepada mereka. “ya seperti Chanting.. setiap kalau rompo di vihara itu selalu chanting kalau baca pariita trus selalu bersih bersih vihara” R3.W2.b.0418-0421.h.9 “terus kalau ingin ingin tau lebih dalam itu rompo gak kasih tau secara langsung.. kita harus bertanya..” R3.W2.b.0373-0376.h.8 Awalnya B3 berpikir bahwa ia akan tinggal di Thailand dan belajar disana selama lima vassa. Lalu kembali ke Indonesia karena peraturan Universitas Sumatera Utara para Bhikkhu dimana Bhikkhu yang muda harus ikut guru mereka selama 5 vassa. Hal itu juga dikatakan oleh eyang kepadanya saat sebelum ia ke Thailand. Keinginannya untuk kembali ke Medan adalah karena di Medanlah ia memulai kehidupan ke-Bhikkhuan dan motivasinya untuk menjadi seorang samanera adalah dari Eyang, maka mengabdikan dirinya di Medan. “.. itu selama lima tahun baru kembali ke Indonesia.. awal mulanya pemikirannya..” R3.W2.b.0836-0839.h.17 “ya pertama kalinya mungkin karena saya orang Indonesia.. ha yang kedua sebelum saya pergi eyang juga bilang selama lima vassa nanti sudah cukup di Thailand..” R3.W2.b.0842-0846.h.17 “saya jadi samanera di medan.. pergi ke Thailand juga dari Medan.. mengabdi pun harus di medan.. ya tertawa karena saya menjadi samanera sampai jadi Bhikkhu motivasinya juga dari eyang ...” R3.W2.b.0862-0868.h.18 Saat ia sedang menjalani vassa keempat dalam proses ke- Bhikkhuaannya, Rompo A diundang ke Medan. Ia pun diminta untuk mendampingin Rompo dalam perjalanannya ke Medan. Oleh karena permasalahan visa di Thailand, akhirnya ia pun menetap di Indonesia selama tiga bulan dan Rompo kembali sendiri ke Thailand dengan diantar oleh B1. “.. 4 vassa waktu itu saya diminta untuk ngantar rompo ke medan.. ya .. rompo A..itu ya.. sebelumnya kan gak pernah ke Medan.. itu.. ya karena di undang ke Medan.. waktu itu saya di sana hanya sendirian yang dari medan saya sendirian.. akhirnya saya pergi ke Medan sama rompo .. saat pergi ke Medan.. setiap orang yang memiliki visa non imigran yang tinggal di Thailand Universitas Sumatera Utara saat pergi keluar Thailand harus bikin re-entry.. minta izin untuk keluar dari negara Thailand gitu.. nyatanya itu di airport itu ada.. kantor imigrasi.. imigrasi untuk membikin re-entry.. saat saya mau pulang itu ngantar rompo.. udah udah masuk ke airport udah masuk ke dalam.. ternyata di dalam itu gak ada kantornya.. katanya sepuluh hari yang lalu kantornya di bongkar.. ya.. akhirnya wah kalau pergi ke Imigrasi kalau dari airport itu kurang lebih tiga jam.. udah gak sempat lagi ... yang imigrasi yang pusatnya.. ya..kalau disitukan bisa bikin.. i.. itu gak sempat lagi akhirnya ya.. nanti kalau saya kesana saya pigi duluan nanti rompo pergi sendirian.. bisa nyasar nanti.. karena waktu itu lewat KL gitu tidak langsung ke Medan ... akhirnya ya.. udah ku putusin pulang aja tidak perlu bikin re-entry.. tapi balek gak bisa.. balek ke Thailand gak bisa visanya udah hangus... ya.. visanya udah hangus.. setelah balek ke Medan ya udah saya gak balek ke Thailand lagi.” R3.W2.b.0887-0926.h.18-19 Kesulitan yang dialami oleh B3 saat pertama kali kembali ke Indonesia adalah keramaian. Hal itu membuatnya bingung dan kehilangan ketenangan. Kebingungan tersebut terasa oleh karena banyaknya umat yang datang dan bertanya pada nya. Akhirnya, setelah Rompo kembali ke Thailand, ia pun tinggal di Vihara Kassapa karena Vihara tersebut lebih tenang dan lebih sepi. “penderitaannya karena terlalu ramai..” R3.W2.b.1001-1002.h.21 “saya pergi kassapa... ya.. disana lebih sedikit umat yang datang kesana jadi lebih tenang...” R3.W2.b.1015-1019.h.21 Kembalinya ia ke Medan, memunculkan keinginannya untuk menetap di Medan. Keinginannya untuk menetap di Indonesia muncul, begitu juga dengan keinginannya untuk kembali ke Thailand. Namun ia tetap kembali ke Thailand setelah visa kependudukannya di Thailand selesai diurus. Beberapa bulan kemudian, ia diminta oleh Eyang untuk Universitas Sumatera Utara pulang ke Medan dan membantu Bhante lainnya untuk mengisi acara Kathina di Indonesia. Setelah selesai membantu mengisi acara Kathina, ia pun memutuskan untuk kembali ke Thailand pada bulan Januari. Saat sebelum ia kembali ke Thailand, ia bertemu dengan Eyang dan Eyang memintanya untuk menetap di Medan. Ia pun tetap kembali ke Thailand selama sebulan, lalu pulang ke Indonesia dan menetap di Medan. “tiga orang balek sama sama.. untuk mengejar kathina.. akhirnya bantu bantu kathina.. ya disitu lah akhirnya tinggal lagi..” R3.W2.b.1049-1052.h.21-22 “ya karena disini sudah.. ya.. waktu itu eyang sebelumya saya ke Thailand .. eyang bilang ya udah bantu bantu aja di medan.. a.. sudah cukup di Thailand..” R3.W2.b.1068-1072.h.22

f. Kebahagiaan Bagi responden 3