Latar belakang menjadi seorang Bhante pada responden 2

pun berterima kasih kepada B2 dan memohon izin untuk pergi mengajar di bagian belakang vihara.

e. Latar belakang menjadi seorang Bhante pada responden 2

Ketertarikan B2 untuk menjadi seorang Bhante Theravada bukan muncul dari kenyataan bahwa Abangnya adalah Bhante Theravada jauh sebelum ia ditahbis melainkan hal itu muncul ketika penawaran untuk menjadi seorang samanera yang diberikan oleh Eyang kepadanya saat ia berkunjung di Vihara Borobudur. Tawaran tersebut langsung ia setujui oleh karena rasa hormatnya kepada Eyang. “abang duluan jadi Bhante. Tu gak mempengaruhi saya jadi Bhante..” R2.W2.b.0470-0482.h.10 “karena saya mengenal eyang dari kecil...” R2.W2.b.0023-0024.h.1 “pas ditawarin sama eyang langsung pengen.” R2.W2.b.0322-0324.h.7 “habis itu saya di Borobudur mo jadi samanera Bhante disitu saya malah gak ditanya-tanya lagi.” R2.W2.b.0068-0072.h.2 “rasa hormat aja kepada eyang...” R2.W4.b.0065.h.2 Eyang merupakan sosok Bhante yang sangat ia hormati. Baginya, tanpa Eyang ia tidak akan pernah keluar dari Kampung halamannya. Hal ini dikarenakan sulitnya jalur transportasi dari kampung halamannya menuju ke kota. Menurutnya beberapa orang sukses dari kampungnya adalah berkat Eyang. Universitas Sumatera Utara “bisa dikatakan ya.. tanpa eyang mungkin melihat medan saja saya gak nampak. di kampung aja gitu.. dan istilahnya apa ya.. toko tokoh karo yang beragama Buddha itu dari apa dari kampung saya itu semuanya sukses karena Eyang.” R2.W2.b.0137-0143.h.3 “susah sangat susah bahkan untuk zaman sekarang saja ya bisa dikatakan kota di tengah hutan la.. “ R2.W2.b.0159-0161.h.4 “penduduk banyak.. tapi untuk jalan akses .. untuk akses kesana bahkan ya.. bisa dikatakan listrik aja baru baru beberapa bulan ini masuk.” R2.W2.b.0165-0169.h.4 Sejak kesetujuannya atas tawaran eyang untuk menjadi samanera, ia pun langsung dibawa oleh salah seorang Bhante yang ada di Medan ke Jalan Petulah dan tinggal disana. Sejak itu Eyang tidak pernah membahas masalah penabhisannya menjadi seorang samanera. Eyang menyarankannya untuk tinggal di Vihara Kassapa untuk merawat vihara tersebut sendiri. Ia tinggal di Vihara Kassapa selama kurang lebih dua tahun, setelah itu ia kembali ke Medan. Ketika di Medan, beberapa Bhikkhu dan Agamawan menyarankan dirinya untuk langsung ke Thailand ditahbis menjadi Bhante sehingga tidak perlu menunggu Eyang menahbiskannya. Namun saat itu Eyang tidak memberi izin. Ia pun pulang kembali ke Kampung halamannya selama satu tahun dan pada saat itu Eyang tidak pernah membahas masalah penahbisan menjadi samanera. “Habis itu saya di karena di Borobudur mo jadi samanera Bhante K bawa saya di Petulah... he.. selama disitu saya malah gak ditanya tanya lagi sama eyang... cuman saat itu ada ada apa retreat metta Bhavana di sibolangit.. Vipassana center.. maka di situ e... Eyang sarankan saya ke Kassapa ... saya tinggal di Kassapa... a... tinggal di Kassapa merawat semua Vihara itu... gitu sendiri.. e... tapi disitu ketika Eyang bilang udah besok Universitas Sumatera Utara tahbis... tapi pada saat itu ada masalah lagi jadi gak jadi gitu... a... kira-kira dua tahun di sana.. ah.. gak ditahbis tahbis.. juga a... waktu pada saat itu balek ke Medan jumpa sama B1 yang baru baru ditahbis di Thailand.. jadi Pak Rusadam suruh.. langsung aja ke Thailand Eyang.. e.. tapi gak usah eyang yang tahbis. tapi eyang gak kasih.. katanya jadi samanera dulu. o.. suhu SC bilang udah kamu langsung ke Thailand aja di tahbis tapi tetap gak dikasih sama beliau. a... gitu..” R2.W2.b.0068-0093.h.2 Saat ia mulai menanggalkan keinginannya untuk menjadi samanera, saat itu pula la Eyang kembali mengajaknya untuk ditahbis. Tawaran tersebut diberikan oleh eyang dua kali dan ia pun menolak kedua tawaran tersebut. Hal ini dikarenakan ia telah merasa cocok hidup di kampung. “tapi ketika udah saya tinggalkan beliau malah mengajak.. ayok gitu..” R2.W2.b.0102-0103.h.3 “saya kira hanya ah.. omong kosong itu.. lagipula di kampung kan udah main sana main main sini gitu.” R2.W3.b.0403-0405.h.9 Oleh karena masalah yang ia timbulkan saat ia di kampung halamannya, orangtuanya memberikan peringatan kepadanya dan memberinya pilihan menikah atau kuliah. Ia tidak ingin kedua hal tersebut karena Baginya masih terlalu muda untuk menikah dan semangat bersekolah pun sudah lama hilang, ia pun memutuskan untuk pergi ke PekanBaru untuk bertemu dengan abangnya yang menjadi Bhante disana dan membantu Vihara disana. “ketika ya.. namanya juga orang gak bener ya.. dikampung berjudi.. hasil orang tua di judikan habis ya.. orang tua saya Universitas Sumatera Utara ultimatum.. kamu kuliah.. gak kuliah ya nikak gak mau.. masih anak-anak menikah kan gitu.. kuliah apa lagi kan gitu.. maka pergi ke pekanbaru.” R2.W2.b.0105-0113.h.3 “ya karena udah lama ya jaraknya antara tamat sma sama keadaan pada sat itu udah lama jadi apa.. keadaan keadaan yang mendukung untuk kuliah udah gak ada gitu.” R2.W4.b.0082-0086.h.2 “disana ada abang saya yang di situ.. ya saya hanya berpikir tinggal di Vihara bantu di Vihara gitu...” R2.W3.b.0285-0287.h.6 Eyang kembali menawarkan B2 untuk menjadi samanera saat ia di Pekanbaru. Oleh karena tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan di Pekan baru, ia pun langsung menyetujui dan ditahbis menjadi samanera. Kehidupan menjadi seorang samanera merupakan hal yang menyenangkan bagi B2. “iya kalau dikampung kita uang ada.. kalau di Pekan Baru uang dimana.. kerja gak..” R2.W3.b.0426-00428.h.9 “kalau saya sih gak ada kesulitan ya.. karena di Kassapa saya udah lama tinggal.. sendiri saya udah terbiasa.. a.. karena selama sebelum jadi samanera kan saya yang ngerawat Kassapa itu...” R2.W2.b.0233-0238.h.5 Oleh karena saran dari seluruh orang dan usia yang mencukupi, kurang lebih satu tahun setelah menjadi samanera, ia ke Thailand untuk ditahbis menjadi Bhante. Kepergiannya ke Thailand adalah bermodalkan nekad karena ketidakmampuannya dalam berbahasa baik berbahasa Thailand maupun Bahasa Inggris. Namun kepergiaannya ke Thailand juga merupakan hal yang menyenangkan. Menurutnya, mereka yang berasal dari kampung dapat pergi keluar negri merupakan hal yang juga Universitas Sumatera Utara membanggakan. Saat di Thailand, ia tinggal di Buriram dan dibimbing oleh gurunya Rompo A. “karena ya umur udah mencukupi bahkan udah lewat untuk menjadi Bhikkhu..” R2.W2.b.0292-0294.h.6 “gak memang e... semua nya udah menganjurkan la.. kan gitu..” R2.W2.b.0303-0304.h.7 “karena gak ada les gak ada apa-apa.. hanya mengandalkan nekad doang..” R2.W2.b.0369-0371.h.8 “ya senang la... apa lagi tapi kalau naik pesawat samanera udah naek pesawat.. istilahnya ada suatu rasa bangga bisa keluar nege ri.” R2.W4.b.0132-0137.h.3 Kesulitan yang dihadapi saat di Thailand pada awalnya adalah ketika menyesuaikan diri dalam hal makanan, bahasa dan cuaca yang ada di Thailand. Hal menyenangkan saat di Thailand adalah kebersamaan para Bhikkhu dimana mereka dapat melakukan semua hal bersama-sama. “satu bahasa.. kendala bahasa udah pasti.. a.. .makanan... karena kita gak terbiasa makan masakan seseorang akan terasa dilidah.. terus cuaca... a.. karena kita.. ee.. suhu udara kita di medan udah terbiasa seperti ini kita pindah ketempat lain yang suhu.. suhu yang berbeda...” R2.W1.b.0474-0481.h.12 “Di Thailand itu hal yang menyenangkan adalah kebersamaan Bhikkhu-Bhikkhu muda... itu bisa nyapu sama-sama... baca paritta sama-sama .... melakukan apa umpamannya undangan kerumah umat itu sama- sama...” R2.W1.b.0716-0722.h.17 Satu tahun setelah ia di Buriram, Rompo A, gurunya di Thailand, menyarankannya untuk berkuliah di Bangkok. B2 pun setuju untuk kuliah oleh karena rasa hormatnya kepada Rompo. Tujuan lainnya ia berkuliah Universitas Sumatera Utara adalah untuk mengisi waktu karena tidak ada hal yang dapat dikerjakan saat di Thailand. Kuliah yang ia jalani adalah Kuliah jurusan Sastra Inggris, namun yang dipelajari adalah Tipitaka. Ia berkuliah di Universitas khusus samanera dan Bhante. “guru saya disana menyuruh kuliah...” R2.W1.b.0342-0343.h.7 “beliau mengatakan kan malu kalau umat lebih pintar daripada e.. Bhantenya.. lagi pula kan umat sekarang sekolahnya tinggi tinggi.. nanti akan memandang rendah Bhikkhu itu .. gitu.. “ R2.W1.b.0345-0350.h.7-8 “ha itu juga karena rasa hormat..sama rompo. dan rasa hormat sekaligus untuk membunuh waktu” R2.W4.b.0091-0094.h.2 Kesulitan bahasa pada saat kuliah dapat di atasinya oleh karena bantuan dari teman-temannya yang di Thailand. Menurutnya orang Thailand sangat baik, mereka juga bangga memiliki teman dari luar negeri. “kalau adaptasi disana gak ada masalah ya.. karena orang Thailand itu baik baik apa lagi kita dari luar negri mereka malah senang.. untuk dijadikan teman.. malah mereka bangga punya teman orang luar negri.. itu mereka mau bantu...” R2.W1.b.0378-0382.h.8 Empat tahun setelah ia belajar di Thailand, ia di haruskan untuk praktek satu tahun dan terjun langsung ke Umat. Oleh karena kesadaran bahwa Bhikkhu yang ada di Thailand sudah sangat banyak, bahkan mencapai ratusan ribu sedangkan di Indonesia masih kekurangan Bhikkhu, ia memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke Indonesia. Universitas Sumatera Utara “e.. disinikan sebenarnya.. saya kan .. udah tamat kuliah.. kami diwajibkan praktek.. 1 tahun.. a... praktek itu istilahnya langsung terjun ke umat.. .” R2.W2.b.0230-0234.h.6 “maksud saya kan disana Bhikkhu udah banyak.. pengetahuan umat tentang Dharma itu udah banyak.. dan kita di Indonesia kan kurang.. kenapa gak gunakan kesempatan ini bantu bantu di Indonesia..” R2.W2.b.0396-0402.h.8-9 “ratusan ribu lah..” R2.W4.b.0120.h.3 Saat B2 kembali ke Indonesia, kendala yang ia hadapi adalah ketika ia diminta untuk ceramah dan kurangnnya pengertian umat mengenai peraturan para Bhikkhu sehingga sulit baginya untuk menjalankan beberapa vinaya, peraturan Bhikkhu. Awalnya ini merupakan tekanan baginya, sampai akhirnya B2 menjadi lebih menerima apa yang ada, ia pun mengabaikan vinaya kecil yang ada bila hal itu tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. “kendalanya itu pengertian umat.. tentang Agama Buddha itu tidak lah seperti pengertian umat Buddha yang di Thailand.” R2.W1.b.0502-0505.h.12 “saya hanya belajar melepas ikuti arus... awalnya itu memang kok gini.. kok gini... kok gini... dan timbul penderitaan.. daripada saya menderita ya biarkan...” R2.W1.b.0637-0647.h.15 “saya bilang saya disini gak gitu suka.. kenapa? saya di suruh ceramah...” R2.W1.1034-1036.h.25 Kegiatan keseharian B2 ketika di Medan adalah seperti kegiatan pindapata berkeliling untuk mendapatkan dana makanan dari umat, istirahat siang, diskusi Dharma, terkadang mengisi kelas meditasi, duduk Universitas Sumatera Utara dan menerima tamu ataupun pergi memenuhi undangan umat. Tidak ada kegiatan yang pasti ketika ia menjadi seorang Bhikkhu. “kalau saya pribadi kegiatan saya bangun pagi mandi pindapata makan selesai makan ya duduk duduk... selesai duduk duduk ya tunggu makan siang ... makan siang siap makan siang istirahat sebentarn ya... selesai ya.. duduk duduk lagi..” R2.W1.b.0917-0923.h.22 “disini.. kamis ada ee.. apa ceramah.. tapi kadang bukan saya yang ceramah.. selasa ada meditasi.. kadang bukan saya yang ngajar meditasi.. ha.. gitu.. jadi jadwal tetap keseharian itu gak ada..” R2.W1.b.0950-0955.h.23

f. Kebahagiaan bagi responden 2