Aspek-aspek kebahagiaan pada responden 3

g. Aspek-aspek kebahagiaan pada responden 3

Tujuan B3 ke Medan pada awalnya adalah tertarik pada pembelajaran meditasi untuk mengubah sifat buruknya yang telah ada. Sifat buruknya pada saat itu adalah seperti mabuk-mabukkan. Hal lainnya adalah karena cerita yang ia dengar dimana mengenai meditasi dapat membawa seseorang untuk mencapai kesaktian dan kesucian. “saya tertarik meditasi dengan tujuan untuk merubah.. ya mungkin merubah sifat sifat saya yang mungkin tidak terkendali pada waktu itu ya.. “ R3.W3.b.0006-0010.h.1 Namun, saat ia bertemu dengan gurunya, ia langsung diajak untuk ditahbis menjadi seorang samanera tiga minggu setelahnya. Ia pun menyetujuinya. Perasaan B3 saat ditahbis menjadi samanera maupun seorang Bhante adalah senang, takut dan bimbang. Ia senang karena keinginannya untuk menjadi seorang samanera ataupun Bhante terkabul pada saat itu. Kebimbangan dan ketakutan ini muncul karena ketidakyakinannya akan kemampuan yang ia miliki untuk menjalani kehidupan sebagai seorang samanera ataupun seorang Bhante. “Perasaannya tidak tidak bisa dibayangkanlah.. karena rasa senang..rasa takut.. rasa bimbang.. rasa mampu atau tidak itu campur aduk..” R3.W1.b.0266-0270.h.6 Kebimbangan yang ada diatasinya dengan mengubah pikirannya kearah yang lebih positif. Ia menerima dirinya bila pada Universitas Sumatera Utara kenyataannya ia tidak mampu menjalani kehidupan sebagai seorang Bhante ataupun samanera dan menggangap penahbisannya tidak akan sia-sia. Ia yakin walaupun pada kenyataannya ia tidak sanggup menjalani kehidupan ke-Bhikkhuan, setidaknya sampai di Jawa ia akan memiliki pengetahuan mengenai Ajaran Buddha yang cukup untuk mengajarkan anak-anak di sekolah minggu. “walaupun saya ke jawa bisa ngajar anak anak sekolah minggu.. ya itu lah yang membuat saya lebih semangat.. lebih semangat.” R3.W3.b.0367-0370.h.8 Salah satu latihan yang diminta gurunya kepada dia dan teman-temannya saat menjadi seorang samanera adalah untuk menghapal peraturan samanera yang ada dalam Bahasa pali. Hal itu dilakukannya dengan mudah walaupun ia tidak pernah mendengar Bahasa Pali tersebut sebelumnya. Kesulitan tersebut terasa tidak berarti baginya oleh karena semangatnya untuk menghapal membuat ia mengabaikan kesulitan yang ada. “waktu itu ya termasuk berat.. karena apa..karena bahasanya belum pernah kita dengar. jadi didalam pariita paritta itu belum ada.. jadi itu kita hapal karena semangatnya jadi singkat bisa kita hapal...” R3.W2.b.0189-0194.h.5 Setelah satu tahun menjadi samanera, B3 memutuskan berangkat ke Thailand untuk ditahbis menjadi Bhikkhu. Ketakutan utama B3 saat ke Thailand adalah ketidakmampuannya dalam menggunakan Bahasa Thailand sama sekali, namun hal itu bukan menjadi penghalang dirinya untuk pergi. Tekad dan keinginannya Universitas Sumatera Utara yang kuat untuk mempelajari dan mempraktekkan Ajaran Buddha yang lebih dalam serta keberaniannya mengalahkan ketakutannya. Keberadaan B1 di Thailand pada saat itu juga membuatnya merasa lebih berani ke Thailand. Saat itu B1 juga mengatakan kepadanya bahwa gurunya nanti dapat sedikit berbahasa Indonesia. “ke Thailand keinginannya ya juga ingin mempraketekkan Bhikkhu yang lebih serius.. tetapi kendalanya ya itu.. takut tidak bisa Bahasa Thailand yang pertama.. ya .. dengan tekad keberanian itu ya kita pergi ke Thailand..” R3.W2.b.0296-0303.h.6-7 Bahasa Thailand mulai dipelajarinya ketika di Thailand. Awalnya ia belajar dengan menggunakan kamus, namun kesadaran akan perbedaan nada yang dia ucapkan dengan nada Bahasa Thailand orang setempat membuat orang setempat sulit untuk memahami apa yang diucapkannya. Kesulitannya untuk berkomunikasi dengan orang setempat juga membuat ia sadar pentingnya mempelajari Bahasa Thailand. Dari sanalah ia akhirnya ia mulai belajar Bahasa Thailand dengan sering berbicara dengan orang setempat agar dapat mengerti penggunaan nada dalam pengucapan Bahasa Thailand tersebut. Ia tidak banyak mengalami kesulitan dalam mempelajarinya karena menurutnya orang Thailand sangat baik dan senang bila memiliki teman dari luar negeri sehingga mereka senantiasa meluruskan kesalahannya dalam hal pengucapan. “akhirnya dari pengalaman itu lah sampek berkali kali kok orang ini bingung padahal saya udah hapal Bahasa Thailandnya.. a ternyata nadanya yang kurang pas.. dari situlah akhirnya saya sering berbicara dengan orang Thailand Universitas Sumatera Utara walaupun salah- salah.” R3.W2.b.0635-0641.h.13 Permasalahan lainnya yang pernah dialami B3 saat di Thailand adalah ketika gurunya hanya memintanya untuk membersihkan kamar dan jubah gurunya di Thailand. Awalnya ia sendiri yang menawarkan dirinya untuk membersihkan kamar dan jubah gurunya. Namun sejak saat itu gurunya tidak meminta Bhante lain melakukannya melainkan hanya dirinya. Lama-kelamaan timbulah kemarahan pada diri B3 oleh karena timbul pertanyaan hanya dia yang harus melakukan hal itu. Saat itu Rompo tidak mengatakan apapun, menegurnya ataupun menasehatinya. Rompo hanya melayani kemarahannya tanpa bereaksi. Saat ketenangan muncul dalam dirinya, ia mulai berpikir dan menyadari bahwa mungkin itu salah satu cara Rompo menguji tinggat kesabaran dan iri hati. Saat itulah ia mulai merasa malu dengan gurunya akan kebencian dan kemarahan yang pernah ia berikan kepada Rompo. “saya dipanggil terus untuk menyuci karena ada rasa iri dalam diri saya mengapa bhikkhu lain gak disuruh.. hanya saya.. akhirnya timbullah ras benci.. seperti itu..” R3.W3.b.0231-0235.h.5 “akhirnya semakin lama semakin lama ya.. itulah mungkin salah satu cara rompo mungkin.. apa menguji kesabaran ya.. menguji kesabaran.. menguji iri hati saya gitu.. itu akhirnya saya dengan sendirinya sadar.” R3.W3.b.0243-0250.h.5-6 Kesulitan lainnya yang dihadapi oleh B3 saat ia kembali ke Indonesia adalah keramaian. Keramaian membuat dirinya merasa Universitas Sumatera Utara tidak tenang. Keramaian ini membuat ia berharap semoga kedepannya ia dapat tinggal di Vihara yang tidak terlalu ramai namun kebutuhannya sebagai seorang Bhikkhu dalam hal makanan masih dapat tercukupi ditempat tersebut sehingga ia tidak perlu melanggar sila yang ada. Namun pada saat ia tidak begitu memfokuskan dirinya untuk berpikir mengenai hal itu karena kesadarannya akan statusnya sebagai Bhikkhu Junior. “kalau untuk harapan dari saya sendiri kan ya.. hanya ingin tinggal di vihara seperti itu.. mungkin tidak jauh dari kota juga tidak jauh ..tidak terlalu dekat dari kota.” R3.W2.b.1430-1434.h.29 “itu karena saya masih yunior tidak berani gitu.. kalau saya sudah senior saya berani mengatakan itu.. walaupun ada keinginan itu saya juga tidak berani bilang itu tercapai atau tidak tercapai..paling tidak berani seperti itu.“ R3.W2.b.1466-1473.h.30 Sejak ia kedatangannya ke Medan dan mulai mempelajari meditasi sampai pada hari ini ia merasakan manfaat dari meditasi yang sangat besar pada dirinya. Manfaat dari meditasi yang telah B3 dapatkan adalah perubahan total pada kebiasaan buruknya dan kedamaian. Walaupun ketertarikannya pada latihan meditasi bukan hanya itu, namun ia sudah merasa cukup berbahagia dan puas akan pencapaiannya ini. “manfaatnya sekarang yang berubah dari sifat saya dulu.. itu memang memang betul.. itu memang saya rasakan memang saya yang dulu sama sekarang itu memang berubah total.” R3.W3.b.0043-0047.h.1 Universitas Sumatera Utara “kedamaian sudah ada itu hasil.. walaupun dulu tertariknya bukan hanya sekedar kedamaian.. tetapi dapat kedamaian itu sudah memuaskan bagi saya.” R3.W3.b.0063-0067.h.2 Kedamaian dan ketenangan ia rasakan sejak ia mendapat bimbingan dari gurunya yang memintanya untuk diam setiap saat. Ia diizinkan untuk melakukan kegiatan apapun selama ia tetap diam dan tidak berbicara. Hal ini dikarenakan saat seseorang berbicara, akan sulit baginya mengendalikan diri. Saat individu berada dalam keadaan diam, akan lebih mudah baginya untuk memfokuskan dirinya pada satu hal yaitu jasmani nya dan apa yang sedang ia lakukan juga apa yang dipikirkannya. “kedamaian yang waktu saya rasakan saat jadi samanera dengan kedamaian yang sebelum jadi samanera itu sepertinya belum pernah saya dapatkan ya.” R3.W3.b.0019-0024.h1 “bimbingan beliau yang paling saya ingat adalah untuk banyak diam.” R3.W3.b.0029-0031.h1 “ya merasa damai gitu aja..” R3.W3.b.0151.h4 “diam.. dalam arti diam itu diam tidak berbicara.. ya.. diam menjaga badan jasmani diperhatikan gitu.. ” R3.W2.b.0036-0038.h1 “tanpa ada mengucapkan sepatah katapun.. mulut terbuka saat minum dan makan.. itu saja.” R3.W2.b.0090-0092.h2 Ketenangan yang ia dapatkan mempengaruhi kebahagiaannya. Ketenangannya saat di Thailand membuatnya hanya berfokus pada masa ini. Ia bahkan tidak bersedih ataupun cemas saat ia mendengar Universitas Sumatera Utara kabar bahwa salah satu orang tuanya menderita penyakit stroke. Berbeda dengan ketika B3 berada di Indonesia, saat ia mendengar kabar orangtuanya menderita penyakit asam lambung, saat itu timbul keinginan untuk pulang dan menjenguk orangtuanya. “walaupun orangtua saya sampai kena stroke saya pun gak sedih.. gak merasa sedih.. saya pun kadang kadang heran.. tapi sampai saya disini orangtua kena asam lambung katanya sampek parah gitu bawa kerumah sakit saya malah ada keinginan pulang.” R3.W2.b.1264-1272.h.26 Bagi B3, masa depan itu tidak pasti. Apa yang terjadi dimasa lalu ataupun saat ini belum tentu dapat memastikan apa yang akan terjadi dimasa depan. Menurutnya masa depannya tidak akan jauh berbeda dengan apa yang ia alami pada saat ini. Bila seseorang memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu seharusnya mereka memfokusan diri untuk melakukannya pada masa ini. “kalau kedepannya saya gak tau.” R3.W2.b.1382-1383.h.28 “masa depannya kan ya belum pasti.. ya perasaan saya ya seperti sekarang ini.. gitu...” R3.W2.b.1402-1405.h.29 Salah satu hal yang membuat ia dapat memfokuskan dirinya sepenuhnya pada apa yang ia lakukan dan menyadari sepenuhnya pergerakan jasmaninya adalah ketika bersih-bersih. Ia menikmati perasaan saat ia melakukan kegiatan bersih-bersih baik saat ia di Thailand maupun di Indonesia. Kegiatan itu membuatnya merasa tenang. Baginya, saat itulah kesadaran terbentuk. Universitas Sumatera Utara “karena saat kita membersihkan sesuatu pikiran kita tertuju kearah situ.. seperti kita menyapu pikiran kita pun ke arah satu.” R3.W2.b.0442-0446.h.9 “seperti saat yang saya kerjakan pikiran saya cuman sampai disitu saja.. makannya seperti menyapu.. ha.. saya menikmati rasa menyapu itu.. saya pengen bersih.. pengen bersih...a.. apa yang saya bersihkan seperti itu .. nah.. itu bagi saya rasa ketenangan.” R3.W2.b.0225-0231.h.25 Cara lain yang dilakukan oleh B3 untuk meningkatkan ketenangannya adalah dengan melakukan meditasi yang diajarkan oleh eyang dan gurunya saat di Thailand. Meditasi yang ia lakukan adalah seperti memperhatikan keluar masuknya nafas dan berusaha untuk mencurahkan seluruh perhatian pada apa yang sedang dikerjakan. “latihan meditasi yang dibimbing oleh eyang sampek sekarang pun masih dilakukan.” R3.W2.b.0127-0129.h.3 “kalau saat saya duduk betul betul duduk untuk memusatkan berlatih meditasi itu pernapasan.” R3.W3.b.0071-0073.h.2 “saya selalu berusaha setiap apa yang saya kerjakan pikiran ku kucurahkan kesitu.” R3.W3.b.0084-0086.h.2 Tipe guru yang diinginkan oleh B3 adalah guru yang memberikan contoh secara langsung. Keinginannya pada hal itu telah tercapai dimana gurunya baik di Thailand maupun di Indonesia memiliki kedisiplinan dalam pelaksaaan sila maupun samadhi mereka. Salah satu contohnya dimana guru mereka selalu tepat waktu dalam Universitas Sumatera Utara melakukan kegiatan pindapata setiap hari. Gurunya juga tidak pernah memaksa dia untuk melakukan sesuatu, mereka hanya mengikuti kebiasaan guru mereka. Inilah yang membuat B3 merasa semakin semangat dalam menjalankan kesehariannya. “semangatnya rompo.. selalu tepat waktu..yang pertama itu.. itu ya yang membuat saya makin semangat.. ya..” R3.W2.b.0370-0373.h.8

h. Faktor yang mempengaruhi kebahagiaan 1 Kehidupan sosial Keluarga dan Teman