membayar    hutang    karma    masa    lalu    dari    kehidupan    sebelum    kehidupan saat  ini  dan  menimbun  Parami  pahala.
“Kebahagiaan  dari  bentuk  materi  bersifat  sementar  tapi kebahagiaan  dari  melepas..  selama  kita  masih  melepas..  maka  kita
akan bahagia.”
R2.W1.b.0365-0369.h.9 “ya  praktekkan  Dharma  Vinaya..  sila  samadhi  panna  itu  ya...”
R2.W2.b.1134-1136.h.23
“Hidup  ini  tuk  membayar  hutang  dan  menimbun  parami.” R2.W2.b.0628-0630.h.13
g.  Aspek-aspek  kebahagiaan  pada  responden  2
Kesulitan    yang    B2    alami    selama    menjadi    seorang    Bhante adalah    seperti    kendala    bahasa    di    Thailand,    cuaca    di    Thailand    dan
pengertian    umat    yang    ada    di    Medan    mengenai    peraturan    ke Bhikkhuan.
“kalau  di  awal  awalnya  dulu  ya..  satu  bahasa..  kendala  bahasa udah  pasti..a..  makanan..karena  kita  gak  berbiasa  makan  makanan
seseorang  akan  terasa  di  lidah..  terus cuaca.”
R2.W1.b.0473-0478.h12 “ketika  saya  sudah  menjadi  Bhikkhu  balek  ke  medan..  kendalanya
itu  pengertian umat...”
R2.W1.b.0500-0502.h12 Kendala  ini  dihadapinya  dengan  menerima  keadaan   yang  ada.
Menerima  dalam  hal  ini  adalah  tidak  melakukan  apa-apa  dan  hanya memperhatikan  hal  yang  terjadi  karena  baginya  hal  tersebut  juga  akan
berlalu    seiring    berlalunya    waktu.    Dengan    menerima    kenyataan    yang ada    akan    membuat    individu    tersebut    merasa    lebih    bahagia,    semakin
Universitas Sumatera Utara
individu  tersebut  menolak  keadaan   yang  ada  maka  ia  akan  semakin menderita.
“saya  sih  hanya  menerima...  belajar  menerima..  gitu.... R2.W1.b.0812-0815.h.18
“kadang  kita  dapat  gosip  seperti  itu..  itu  kan  karma  hutang masa  lampau  kita..  berarti  kan  kita  tidak  gak  usah  bereaksi
dengan  gosip  itu. “
R2.W2.b.0664-0669.h.14 Menerima  dalam  hal  lainnya  adalah  menerima  segala  yang  telah
ia    perbuat    di    masa    lalunya.    Manusia    seharusnya    memfokuskan    diri untuk  menimbun  kebaikan  pada  masa  kini.
“..  yang  perlu  dilakukan  adalah  menerima  masa  lalu  dan menimbun  karma  baik  pada  saat  ini..  gak  perlu  di
ubah..” R2.W2.b.0705-0707.h.15
Menurutnya    seseorang    tidak    bisa    mengubah    orang    lain.    Sama
seperti  ketika  ia  berbicara  mengenai  ajarannya  kepada  orang  kristen, saat    itu    apapun    yang    ia    bicarakan    tidak    akan    didengar.    Hal    lain
adalah    saat    ia    menceritakan    ajarannya    kepada    umat,    belum    tentu ajarannya  dapat  diterima  oleh  umat.  Ketika  seorang  individu  berusaha
untuk    mengubah    apa    yang    ada    ,    ia    akan   menderita,    sehingga    yang dapat    dilakukannya    adalah    mengubah    diri    sendiri.    Mengubah    konsep
pemikiran  dirinya  sendiri  sehingga  ia  dapat  menerima  orang  lain  apa adanya.    Seseorang    seharusnya    menghadapi    apa    yang    ada    dan
menyesuaikan  diri  dengan  keadaan  yang  ada.  Saat  itulah  kebahagiaan itu  ada.
“kita  gak  bisa  mengubah  orang  lain...  ” R2.W1.b.0684-0685.h.16
Universitas Sumatera Utara
“biarkan..  karena  kita  tidak  bisa  mengubah  orang  lain  kita hanya  bisa  mengubah  diri
sendiri” R2.W2.b.0805-0807.h.17
“harus  hadapi...  ya  ikuti  saja..  jangan  melawan  jangan menolak..”
R2.W1.b.0492-0493.h.12
“saya  hanya  belajar  melepas  ikuti  arus..” R2.W1.b.0637-0638.h.15
“memang  kita  gak  bisa  mengubah  orang  lain.” R2.W1.b.0684-0685.h.16
“pengalaman  saya  seperti  ini  ketika  kita  bercerita  Dharma  ke orang  kristen  atau  orang  lain  itu  tetap  tidak  nyambung..  jadi
bagaimana  kita  bisa  mengubah  orang  lain..  kita  disini  kan hanya  memberitahu  orang  lain  kalau  melakukan  pembunuhan
akibatnya  seperti  ini..  melakukan  pencurian  akibatnya  seperti ini..  singkat  katanya  pelanggaran  sila  akibatnya  tidak  bagus..
nah..  cuman  kalau  mereka  gak  percaya  karena  mereka  melihat diri  mereka  sendiri  seperti  contoh..  saya  kerja  dari  pagi
matahari  belum  terbit..  pulang  sampai  matahari  terbenam... istilahnya  gak  kena  matahari  dalam  perjalanan.  ..  saya  kerja
terus  katanya..  tapi  kok  keadaan  ekonomi  saya  gini  gini  aja.. ada  yang  kerjanya  goyang  goyang  kaki  dirumah..  tetap  maju..
ha..  dan  ada  orang  penjahat  sukses..  pereman  preman  sukses.. kita  berdana  ke  vihara  ikut  liam  keng  ke  Vihara..  baca  paritta
baksos..  setiap  kegiatan  cetiya  kita  ikuti..  tapi  kok  gini  gini aja..  datanglah  kita  rohaniawan  ini..  wah..  ini  gini..  ini  gini..
langsung  lah  mereka  bilang  omong  kosong..  buktinya  saya.. kata
mereka..” R2.W4.b.0463-0490.h.10
B2    sendiri    pernah    mendapatkan    banyak    pujian    dan    celaan.
Celaan  yang  pernah  ia  dapatkan  adalah  seperti  saat  ia  dituduh  menjadi maling,  dituduh  mengajarkan  ajaran  sesat,  dan  berpacaran  dengan  istri
orang  lain.  Dari  hal  itu  lah  ia  menyadari  bahwa  apa  yang  ia  pelajari adalah  benar  dimana  celaan  dan  pujian  merupakan  hal  yang  pasti  akan
dialami  oleh  setiap  orang  dan  tidak  dapat  dihindari.  Seorang  individu
Universitas Sumatera Utara
seharusnya    membuka    hatinya    untuk    menerima    segala    hal,    baik    itu adalah  celaan  maupun  pujian.
“wah...  dituduh  maling  juga  saya  pernah...  dituduh  sesat  juga saya  pernah..  dituduh  pacaran  sama  istri  orang  juga  saya
pernah...  tapi  hilang  juga  kok..  dari  situ  bahwa  ya..  saya hanya  karena  udah  mengerti  teori  itu..  disitu  saya  melihat..
wah..  dan  teori  itu  rupanya  benar...  gak  ada  orang  yang  gak dicela..  dan  itu  juga  akan
berlalu.” R2.W5.b.0346-0361.h.7-8
“kita  harus  bisa  menerima  janganlah  menilai  seseorang  ketika kita..  dia  memuji  kita  atau  mencela  kita..  tapi  terima..  biarkan
orang  ngomong  jangan  ambil kesimpulan..”
R2.W1.b.0864-0874.h.20 “wah..  pujian  banyak..”
R2.W5.b.0372.h.8 Kesuksesan    dapat    dicapai    ketika    seorang    individu    mencapai
kebahagiaan    sejati.    Kebahagiaan    sejati    adalah    ketika    mencapai kesucian.  Kesuksesan  tersebut  bukanlah  hal  yang  mudah  untuk  dicapai.
Oleh    karena    itu,    kesuksesan    tersebut    dimulai    dari    tekad    individu tersebut  untuk  mencoba  dan  terus  berusaha  untuk  mencapai  hal  itu.
Ketika  ia  masih  berusaha  untuk  mencapai  kebahagiaan  sejati  tersebut maka    ia        masih    dapat    dikatakan    sukses,    namun    ketika    ia    berhenti
berusaha    maka    saat    itulah    ia    dikatakan    gagal.    Sukses    juga    berarti seseorang  dapat  mempertahankan  sifat  positifnya  dan  mempertahankan
kebahagiaan  yang  telah  didapatkannya. “gak  ada  orang  sukses  ...  karena  hidup  ini  belum  selesai...
hidup  selesai  yang  mencapai nibbana.”
R2.W3.b.0046-0049.h.1 “kalau  dari  saya  kalau  belum  mencapai  nibbana  itu  ya  dapat
mempertahankan  kebaikkan  yang  telah  diperbuat..  dapat
Universitas Sumatera Utara
mempertahankan  kebahagiaan  yang  telah didapatkan..a..”
R2.W3.b.0053-0058.h.2 “mempertahankan  sifat  yang  positif  inilah  yang  dikatakan
sukses..” R2.W3.b.0062-0063.h.2
“ada  usaha...  ha..  gitu...  dalam  usaha  itulah  sebenarnya  kita udah  berhasil...
“ R2.W3.b.0120-0121.h.3
B2  merasa  puas  dan  berbahagia  akan  kehidupannya  saat  ini. Baginya  tidak  ada  yang  perlu  diubah  lagi  pada  masa  lalu  namun  yang
perlu  dilakukan  adalah  menimbun  karma  baik  pada  masa  ini. “...  masa  lalu  gak  perlu  diubah..  yang  perlu  dilakukan  adalah
menerima  masa  lalu  dan  menimbun  karma  baik  pada  saat  ini.. gak  perlu  di
ubah..” R2.W2.b.0703-0704.h.15
Walaupun  B2  puas  dan  berbahagia  akan  segala  hal  yang  terjadi
pada  dirinya  saat  ini,  namun  ia  tetap  menjaga  diri  agar  tidak  terbawa oleh  hal  menyenangkan  tersebut  sehingga  ia  melupakan  saat  ini  dan
juga    melupakan    kenyataan    bahwa    segala    sesuatu    di    dunia    ini    akan terus  berubah  dan  tidak  tetap.
“hal  yang  menyenangkan  muncul.  terus  ya  dinikmati..tapi  ya.. tidak  terlena
lo..” R2.W1.b.0787-0789.h.18
B2  berpendapat  bahwa  masa  depan  merupakan  hal  yang  tidak pasti    oleh    karena    segala    sesuatu    didunia    ini    terus    berubah.    Hal    ini
sama  seperti  pada  hari  dimana  ia  merasa  lelah  dan  berencana  untuk pulang    ke    Vihara    untuk    beristirahat.    Sesampainya    ia    di    Vihara,    ia
Universitas Sumatera Utara
kedatangan    tamu    dari    luar    negeri,    akhirnya    apa    yang    ia    telah rencanakan  tidaklah  terlaksana.
“hidup  ini  gak  pasti  apa  lagi  masa  depan...  bagi  saya  masa depan  itu  gak
ada..” R2.W1.b.0795-0798.h.18
“gak  ada..  apa  yang  diharapkan  dimasa  depan?” R2.W1.b.0977-0978.h.22
“sekarang  kan  seperti  ini..  rencana  saya  tadi  setelah  pulang dari  dana  makanan  mau  istirahat..  tapi  jumpa  disini  ada  tamu..
jadi  sapa  yang  dapat  memastikan..  padahal  rencana  rencana udah  dibikin..  ya...da..  ini  udah  ngantuk..  makan  udah  kenyang
sampai  apa  nanti..  plep..  itu  kan  gak  mungkin..  masa  saya cuekin  tamu  dari  luar  negri  ...  kita  cuekin...  jadi  mang  masa
depan  itu  gak  pasti  ..  kita  hanya  bisa  mencoba  kearah
sana..” R2.W5.b.0388-0399.h.8
Baginya    yang    ada    itu    hanya    saat    ini.    Masa    lalu    dan    masa depan  merupakan  keadaan  jauh  dan  tidak  dapat  digapai.  Hidup  pada
saat    ini    adalah    dengan    menikmati    apa    yang    ada    pada    masa    kini melalui  pikiran  dan  perasaan  yang  seimbang,  tidak  melekat.
“yang  ada  itu  saat  ini..” R2.W1.b.0797-0798.h.18
“hiduplah  untuk  saat  ini.” R2.W1.b.1003-1004.h.23
“lakukan  aja  hidup  seperti  sehari  hari  ya  nikmatilah  hidup  itu.. seimbang..  Batinnya
seimbang.” R2.W2.b.1242-1244.h.25
Terdapat    masalah    yang    dihadapi    seorang    Bhikkhu    dan    sulit untuk    diatasi,    yaitu    perempuan,    uang,    nama    atau    kedudukan    dan
makanan.  Kesulitan  tersebut  juga  dialami  oleh  B2  sendiri  dan  baginya saat  ini  ia  masih  dalam  tahap  melatih  dirinya.
Universitas Sumatera Utara
“kekotoran  batin  yang  dimiliki  oelh  Bhikkhu  perempuan,  uang, nama  atau  kedudukan,  satu  lagi
makanan.” R2.W1.b.1051-1055.h.25
“Masih  dalam  tahap  melatih  diri.” R2.W1.b.1095.h.25
Cara  B2  mengatasi  hal  ini  adalah  dengan  melakukan  meditasi
dan  menjalankan  sila  yang  telah  ada.  Dengan  menjalankan  sila,  pikiran dan    perasaan    seorang    individu    akan    lebih    tenang    dan    akan    lebih
mudah  bagi  mereka  dalam  pelaksanaan  meditasi  itu  sendiri.  Hal  ini karena    meditasi    adalah    memfokuskan    pikiran    seorang    individu    pada
satu    objek.    Bila    individu    tersebut    melanggar    salah    satu    sila    seperti membunuh  hewan  sekalipun.  Pikirannya   akan  tertuju  pada  apa   yang
dilakukannya  dan  hal  tersebut  akan  membuat  ia  tidak  tenang. “kalau  kamu  melakukan  pelanggaran  sila..  pikiran  kamu  tenang
gak?” R1.W3.b.222-224.b.5
“kalau  sudah  tau  meditasi  lakukan  meditasi..  berulang ulang..gagal  duduk  lagi..gagal  lagi.duduk
lagi.” R2.W1.b.1103-1105.h.25
“Jalan  kan  sila..  lakukan  semaksimal  mungkin..” R2.W1.b.1110-1111.h.26
Pelaksanaan    sila    dan    bermeditasi    yang    di    praktekkannya merupakan  Ajaran  utama  dalam  Buddhisme.
Ajaran Buddha
memberikan    pengaruh    yang    besar    bagi    B2.    Ajaran    tersebut membuatnya    mengetahui    tujuan    sebenarnya    dari    kehidupan    ini,    yaitu
mencari    kebahagiaan    sejati.    Berbeda    dengan    ia    yang    dahulu    yang
Universitas Sumatera Utara
hanya  hidup  mengikuti  arus  dan  hidup  tanpa  tujuan.  Kemana  ia  diajak maka  disanalah  ia  berada.
“sekarang  ini  baru  setelah  belajar  Agama  Buddha  ini  secara bener  baru  saya  tau  tujuan  hidup  ini  untuk
apa.” R2.W2.b.1191-1193.h.24
Bagi  B2,  kedua  gurunya,   baik  gurunya  di  Thailand  maupun
yang  di   Indonesia  memiliki  pola   dan  tipe  pengajaran   yang  berbeda. Gurunya  di  Indonesia,  Eyang,  mengajarkannya  dengan  sangat  disiplin.
Eyang    pernah    mempermalukannya    didepan    umum    ataupun memukulnya.    Hal    itu    membuatnya    merasa    malu,    namun    ia
menerimanya    dan    menganggap    hal    itu    merupakan    hal    yang    biasa seperti  orangtua  yang  memarahi  anaknya.  Hal  itu  hanya  berlaku  untuk
dirinya.  Namun,  baginya  setiap  hal  yang  dilakukan  oleh  Eyang  adalah tanpa  emosi  dan  sangat  bermanfaat  baginya.  Dari  sanalah  ia  berpikir
kembali  dan  menyadari  bahwa  apa  yang  dikatakan  oleh  eyang  adalah benar.  Menurutnya,  sangat  sulit  mencari  guru  seperti  Eyang,  ia  paham
dan  memahami  sifat  murid-muridnnya  dan  mengajarkan  mereka  dengan cara  yang  berbeda-beda  sesuai  dengan  sifat  dari  murid-muridnya.
“eyang  itu  sangat  susah  dicari  Bhikkhu  seperti  beliau..  beliau itu  betul  betul  tau  ya..  sifat  seseorang  itu  seperti  apa  dan  tau
apa  yang  harus  dilakukan  untuk  orang  seperti itu”
R2.W2.b.0526-0530.h.11 “seperti  saya  dibilang  “gila”..  belum  waras  ini..  didepan  umum..
tapi  setelah  dipikir  pikir..  wah..  betul..  saya  masih  kalau  dilihat di  depan  umum  saya  masih  ya..  apa  yang  saya  lakukan  itu
belum  pantas..  tapi  pas  ngomong  di  depan  umum  gitu  ya  ada malu  la..  masa  didepan  umum  saya  dibilang  gila..  kan  gitu?
bahkan  ya  gak  tanggung  tanggung  kalau  main  pukul  itu
hajar..” R2.W2.b.0544-0554.h.11-12
Universitas Sumatera Utara
“ya  biasa..  namanya  juga  orang  tua..  orang  tua  sama  anaknya kan  wajar..  dan  mukulnya  itu  kan  sebagai  apa  namanya..  e...
ya..  .supaya  kita  harus  lebih  baik  lagi  gitu..  bukan  dipukul.. karena  kebencian..  dimarahi  bukan  karena  kebencian..
dipermalukan  bukan  karena  kebencian..  tapi  itu  semua  kan  untuk demi  kemajuan  kita..  gitu..  dan  melatih  mental  juga..
“ R2.W5.b.0007-0017.h.1
“di  depan  umum  di  bilang  gitu  gak  waras  kan  malu..ya..  tapi secara..  mikir  mikir  nya  gak  lewat  ya  memang  gak  waras
sih..” R.W5.b.0031-0035.h.1
Hal    ini    cukup    bertolak    belakang    dengan    gurunya    yang    di Thailand,  Rompo  A.  Baginya  Rompo  A  adalah  guru   yang  memiliki
cinta  kasih  yang  sangat  besar.  Didikan  Rompo  A  yang  penuh  dengan cinta    kasih    dan    Eyang    yang    sangat    disiplin   membuatnya    memahami
untuk  apa  hidup  itu  dan  apa  tujuan  sebenarnya  hidup  itu. “sifat  tebalik  dengan  guru  saya  di  Thailand...  cinta  kasihnya
sangat  luar  biasa..  tapi  manfaatnya  sangat  luar  biasa juga..”
R2.W2.b.0559-0562.h.12 “dari  pengalaman  saya  ...  dua  duanya  guru  saya  itu  saya  sangat
kagumi  ya..  susah  mencari  orang  seperti  mereka  karena  e... mereka  betul  betul  membuat  saya  itu  tau  bagaimana  caranya
hidup..  tau  menghargai  hidup  itu  seperti
apa..” R2.W2.b.0585-0591.h.12
B2  menganggap  cara  mengajar  kedua  guru  tersebut  memiliki ciri  khas  tersendiri  dan  sesuai  dengan  dirinya.  Ia  menganggap  kedua
gurunya  seperti  orangtua  dimana  saat  ia  perlu  pengajaran  yang  keras, ia    butuh    eyang    yang    sama    seperti    seorang    ayah    yang    mengajarkan
anaknya  dengan  keras.  Saat  ia  perlu  didikan  yang  penuh  dengan  cinta kasih,  ia  mendapatkannya  dari  Rompo.
Universitas Sumatera Utara
“ya...sama  sama  cocok..  seperti  kadang  kita  butuh  apa namanya  cambuk..  kan  gitu..  kita  butuh  cambuk  untuk
berlatih..  supaya  kita  jangan  malas  malas..  kita  perlu  eyang.. kan  gitu..  kadang  kita  juga  terlalu  memaksa  terlalu
berlebihan..  kita  juga  butuh  seperti  rompo..  ha...yaitu memberitahu  kayak  gini...  atau  kadang  dia  gak  suka  dia
diam..  membiarkan..itu  juga  kan  sama  seperti  orang  tua dalam  rumah  tangga  sendirikan  sifat  ibu  sama  bapak  itu  kan
udah  pasti  berbeda..  tapi  dua  dua  nya  sifat  itu  kita  sama membutuhkan..  kadang  ibu  memarahi..  kita  lari  ke  bapak..
tapi  kalau  dua  duanya  marah..  kita  gak  akan  betah  dirumah.. jadi  dua  dua  itu  sangat
dibutuhkan..” R2.W5.b.0099-0118.h.2-3
Hidup    didunia    adalah    untuk    mencapai    tujuan.    Tujuan    hidup
B2  adalah  mencapai  kebahagiaan  sejati.  Menurutnya  kebahagiaan  sejati dapat    diperolehnya    dengan    melaksanakan    sila    Vinaya,    Samadhi
Meditasi,    membayar    hutang    karma    masa    lalu    dari    kehidupan sebelum  kehidupan  saat  ini  dan  menimbun  Parami  kebaikan.
karena  hidup  itu...  harus  diusahakan  untuk  mendapatkan tujuan..
R2.W2.b.1162-1164.h.24
“Mendapatkan  kebahagiaan  yang  kekal  lo.” R2.W2.b.1124-1125.h.23
“ya  praktekkan  Dharma  Vinaya..  sila  samadhi  panna  itu ya...”
R2.W2.b.1134-1136.h.23
“Hidup  ini  tuk  membayar  hutang  dan  menimbun  parami.” R2.W2.b.0628-0630.h.13
h.  Faktor  yang  mempengaruhi  kebahagiaan 1  Kehidupan  sosial  Keluarga  dan  Teman