dan  menerima  tamu  ataupun  pergi  memenuhi  undangan  umat.  Tidak  ada kegiatan  yang  pasti  ketika  ia  menjadi  seorang  Bhikkhu.
“kalau  saya  pribadi  kegiatan  saya  bangun  pagi  mandi  pindapata makan  selesai  makan  ya  duduk  duduk...  selesai  duduk  duduk  ya
tunggu  makan  siang  ...  makan  siang  siap  makan  siang  istirahat sebentarn  ya...  selesai  ya..  duduk  duduk
lagi..” R2.W1.b.0917-0923.h.22
“disini..  kamis  ada  ee..  apa  ceramah..  tapi  kadang  bukan  saya yang  ceramah..  selasa  ada  meditasi..  kadang  bukan  saya  yang
ngajar  meditasi..  ha..  gitu..  jadi  jadwal  tetap  keseharian  itu  gak
ada..” R2.W1.b.0950-0955.h.23
f.  Kebahagiaan  bagi  responden  2
Kebahagiaan    diukur    dari    penderitaan    dimana    kebahagiaan    dan penderitaan    saling    mengisi    satu    sama    lain.    Ketika    seorang    individu    tidak
pernah    tahu    bagaimana    menderita    itu,    ia    juga    tidak    akan    pernah    tahu bagaimana    bahagia    itu    dan    sebaliknya.    Kebahagiaan    dan    penderitaan    itu
adalah  rasa.  Individu  yang  satu  tidak  akan  pernah  paham  seberapa  bahagia dan  menderita  individu  lainnya  bila  ia  tidak  pernah  merasakan  penderitaan
yang  sama  seperti  apa  yang  dirasakan  oleh  individu  lainnya. “Kebahagiaan  diukur  dari  penderitaan.  Kebahagiaan  itu  gak  bisa
diucapkan  hanya  bisa  dirasakan..  sama  seperti  teh  ini..  saya bilang  enak..enak  itu  apakah  bisa  dijelaskan?  gak  bisa.  tapi  bisa
dirasakan..kalau  kamu  sudah  pernah  minum  teh  manis  saya  bilang teh  ini  manis..  kamu  tau..  tapi  kalau  kamu  sama  sekali  gak
pernah  merasakan  kamu  akan  bertanya  manis  itu  seperti
apa..” R2.W1.b.0306-0319.h8
“Kalau    kita    gak   tau   apa    itu    penderitaan..gimana    kita    tau    itu bahagia.”
R2.W1.b.0339-0340.h8
Universitas Sumatera Utara
Hal    tersebut    dirasakan    secara    langsung    dari    pengalamannya, dimana  ketika  ia  diterima  menjadi  murid  Eyang  ia  merasa  senang,  namun
saat  ia  tidak  diterima  menjadi  murid  ia  merasa  sedih.  Hal  lainnya  adalah ketika  ia  berada  di  Thailand,  saat  beberapa  temannya  di  Thailand  tidak
menerima  kehadirannya,  ia  merasa  sedih.  Namun  pada  saat  teman-teman  di Thailand  menerimanya  ia  menjadi  senang.
“ketika  saya  tidak  langsung  menerima..  e..  tidak  langsung diterima  sebagai  murid  eyang..  disitu  timbul  rasa  cemburu..  gak
senang..  nah  merasa  nah..  katanya  seorang  master..  guru  besar.. tapi  kok  pilih  pilih..  gitu..  ha..  yang  lain  ditahbis  kita  gak..  tapi
kita  kan  gak  pernah  melihat  sebabnya  kita  selalu  melihat akibatnya  gitu..  ha  ..  itu  salah  satu..  trus  ketika  di  Thailand..
bagimana  perlakukan  orang  sana..  ada  yang  gak  setuju..  ada yang  gak  seneng  sama  kita..  ada  yang  seneng  gitu..  nah..  ada
yang  ketika  dia  ngomong  disana..  ketika  kita  kesana..  dia  pergi.. kan  gak  enak  kan  gitu..  atau  ketika  kita  ngomong  kita  disuruh
diam..  karena  kamu  ngomong  gak  ada  yang  tau  udah  kamu  diam aja..  gitu..  kita  ngomong  mereka  ngerti..  ha...  tapi  mereka  tetap
gak  menerima  gitu..  ha..  ini  susah..  tapi  ketika  kita  jumpa  sama teman  teman  yang  bisa  welcome  malah  seneng  punya  teman  luar
negri..  kita  juga  merasakan  senangnya  gitu..
“ R2.W4.b.0209-0233.h.5
“jadi  ini  kalau  disimpulkan  dari  sini  bahwa  kalau  kita  cuman  tau yang  enak  enak  ya  itu  bukan  kebahagiaan  sebenarnya  namanya..
kenapa?  karena  gak  ada  itu  istilahnya  penderitaan..  ha.. bagaimana  dia  tau  itu  bahagia  sedangkan  dia  gak  pernah
merasakan  derita?  hm..  gitu..
ha..” R2.W4.b.0247-0254.h.5-6
Bagi    B2    bahagia    atau    tidak    bahagianya    seseorang    timbul    dari
pikiran.    Sesempurna    apapun    kehidupan    seseorang    dalam    hal    materi    dan badaniah,    ia    tidak    akan    bahagia    apabila    pikirannya    tidak    bahagia    dan
sebaliknya.    Materi    dan    badaniah    hanyalah    faktor    pendukung    dalam mencapai  kebahagiaan.
Universitas Sumatera Utara
“walaupun  kamu  secara  fisik  udah  cantik...  secara  materi..  sudah kaya...  a..  secara  kesehatan  udah  sakit...  tapi  secara  pikiran...  tapi
yang  saya  bilang..  fisik  cantik  dari  masa  lampau  kan?  materi dari  masa  lampau  kan?  tapi  pikiran?  kebahagiaan  itu  ada
dimana?
pikiran...” R2.W2.b.1377-1388.H.28
Kebahagiaan  dan  penderitaan  itu  datang  secara  bergantian  dan  hal
tersebut  terjadi  bukan  hanya  pada  Umat  namun  juga  pada  para  Bhikkhu. Menurut  B2,  penderitaan  pada  Bhikkhu  adalah  penderitaan  yang  diciptakan
oleh    diri    individu    itu    sendiri.    Perasaan    iri,    cemburu    dan    tidak    puas merupakan    pemikiran    negatif    yang    dapat    menimbulkan    penderitaan    dan
perasaan    itu    muncul    dari    pikiran    individu    sendiri.    Perasaan    cemburu tersebut  muncul  saat  ia  tidak  diterima  menjadi  murid  oleh  eyang  selama
empat  tahun,  saat  ia  melepaskan  perasaan  cemburu  tersebut  dari  dirinya, saat  itu  ia  merasakan  kebahagiaan  yang  luar  biasa.
“penderitaan  itu  ada  kebahagiaan  itu  ada..  itu  pasti  silih berganti”
R2.W1.b.0271-0273.h7
“penderitaan  Bhikkhu  itu  ya  adanya  penderitaan  yang  dibuat- buat..  dibuat  sendiri  seperti  rasa  iri..  nah..  cemburu...iri  melihat
orang  lain  memiliki  kelebihan..  a..  gitu  ..ya..  itu..  atau  ingin menjadi  seorang  kepala
vihara.” R2.W1.b.0280-0285.h7
“tidak  langsung  diterima  sebagai  murid  eyang..  disitu  timbul  rasa cemburu..  gak
senang..” R2.W4.b.0210-0214.h.5
“ketika  rasa  cemburu  itu  betul  betul  gak  ada..  maka  itu  luar biasa
bahagianya.” R2.W4.b.0417-0424.h.9
Kebahagiaan    adalah    saat    dimana    pikiran    individu    tersebut    tidak
terikat    pada    segala    bentuk    materi    maupun    badaniah.    Kebahagiaan    yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan    oleh    materi    dan    badaniah    tidak    akan    bertahan    lama dikarenakan    segala    sesuatu    materi    dan    badaniah    di    dunia    ini    terus
berubah.    Selama    individu    masih    melepaskan    dirinya    dari    segala    bentuk keinginan,  saat  itulah  ia  merasakan  kebahagiaan  sebenarnya.  Hal  ini  juga
dirasakannya  saat  ia  memiliki  keinginan  kuat  untuk  ditahbis  untuk  menjadi samanera  dan  menjadi  murid  eyang,  ia  tidak  langsung  di  terima.  Saat  itu
ia    merasa    cemburu    dan    tidak    senang.    Dari    pengalaman    tersebut    lah    ia belajar  melepas.
“Kebahagiaan  dari  bentuk  materi  bersifat  sementara  tapi kebahagiaan  dari  melepas..  selama  kita  masih  melepas  kita  akan
tetap bahagia.”
R2.W1.b.0365-0369.h9 “Kebahagiaan  itu  ada  sebabnya..dari  materi  tadi.  tapi  kalau  kita
sama  sekali  tidak  tau..  tidak  tau  ketika  saya  diberi  ..  itu  saya tau..  awalnya  dari  materi  yang  diberikan  timbul  kebahagiaan..
tapi  kalau  sama  sekali  kita  tidak  tau..tidak  ada  materi..tidak  ada pemberian..  sebelumnya  juga  keadaan  batin  kita  seperti  itu..
kosong..  maka  dia  akan  tetap
kekal.” R2.W1.b.0382-0392.h.9-10
“Sama  sekali  gak  tau..  sama  sekali..  bukan  gak  tau  dalam  segi apa  ya..disini  belum  mengetahui  apa  yang  namanya  kebahagiaan
apa  yang  namanya  penderitaan.  seperti  ini  tadi  menginginkan berarti  bukan  terikat..  ketika  terikat..  maka  disini  kalau  dapat
bahagia..  kalau  gak  dapat  megang  dada..a..  negatif..  tapi  kalau kita  gak  menginginkan  kita
netral.” R2.W1.b.0399-0410.h.10
“kalau  kita  melepas..  betul-betul  melepas..gak  ada  lagi  ya  selesai.. itulah  kebahagiaan  yang
sebenarnya.” R2.W1.b.0445-0448.h.11
“ketika  saya  tidak  langsung  menerima..  e..  tidak  langsung diterima  sebagai  murid  eyang..  disitu  timbul  rasa  cemburu..  gak
senang..” R2.W4.b.0209-0212.h.5
Universitas Sumatera Utara
“masa  saya  pertahankan  ego  saya..  saya  itu  sebelum  jadi samanera  itu  udah  jadi
Dharmadutta..” R2.W4.b.0398-0400.h.8-9
“begitu  di  tinggal  ya  dapat..  karma  gak  mendukung..  tapi  disitu saya  mendapat  banyak  pelajaran..  dari  situ  bahwa  proses  itu
penting  untuk  menyiapkan mental..ha”
R2.W5.b.0335-0339.h.7 Kebahagiaan  yang    dapatkan  ketika  seorang  individu  melepaskan
dirinya    dari    segala    bentuk    keinginan,    merupakan    kebahagiaan    yang didapatkan  dan  diusahakan  sendiri  bukan  kebahagiaan  yang  diberikan  oleh
orang   lain.   Keadaan  seperti  itu   sama   seperti  keadaan  dimana  tidak  ada rasa  cemburu  dan  tidak  ada  rasa  ingin  mengunguli  orang  lain  merupakan
keadaan  yang  perlu  dilawan  oleh  diri  sendiri. “ini  bukan  diberikan..  didapatkan  dan  diusahakan  sendiri.”
R2.W1.b.0424-0425.h.10
“kita  berusaha  untuk  ada  ditengah.  netral..  dan  ini  keadaan pikiran  ini  tidak  diberikan  oleh  siapapun..  tapi  diusahakan  oleh
sendiri..  itu  seperti  penderitaan  saya  mau  teh  manis..  saya  tidak dapat..  nah  ..  siapa  yang  memberikan  penderitaan?  gak  ada...
“ R2.W1.b.0428-0435.h.11
“tidak  ada  rasa  membenci..  tidak  ada  rasa  cemburu..  dan  tidak ada  rasa  ingin  mengunguli  orang  lain..  kalau  ada  keinginan
sedikit  aja  ingin  mengungguli  orang  lain..  pasti  itu  akan menderita..  kenapa?  karena  kita  berusaha  dalam  menangani
penderitaan..  kenapa?  pasti  butuh  perjuangan..
gitu” R2.W4.b.0449-0457.h.9-10
Kebahagiaan  oleh  karena  materi  bagi  B2  merupakan  kebahagiaan
yang    bersifat    sementara,    tetapi    kebahagiaan    karena    melepas    merupakan kebahagiaan    yang    sejati.    Kebahagiaan    sejati    didapatkan    dengan
melaksanakan    sila    Vinaya –    peraturan    Bhikkhu,    Samadhi    Meditasi,
Universitas Sumatera Utara
membayar    hutang    karma    masa    lalu    dari    kehidupan    sebelum    kehidupan saat  ini  dan  menimbun  Parami  pahala.
“Kebahagiaan  dari  bentuk  materi  bersifat  sementar  tapi kebahagiaan  dari  melepas..  selama  kita  masih  melepas..  maka  kita
akan bahagia.”
R2.W1.b.0365-0369.h.9 “ya  praktekkan  Dharma  Vinaya..  sila  samadhi  panna  itu  ya...”
R2.W2.b.1134-1136.h.23
“Hidup  ini  tuk  membayar  hutang  dan  menimbun  parami.” R2.W2.b.0628-0630.h.13
g.  Aspek-aspek  kebahagiaan  pada  responden  2