Suka Berhutang dan Tidak Bertanggung Jawab Mabuk-mabukan

Norma dan Perilaku Masyarakat Nelayan Desa Morodemak Penduduk Desa Morodemak seluruhnya beragama Islam. Mereka mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap kehidupan keagamaan. Terbukti dengan adanya perhatian terhadap pendidikan keagamaan anak-anak mereka, pembangunan swadaya masjid desa, fasilitas pendidikan keagamaan gedung MTs dan gedung sekolah diniyah. Namun disisi lain menurut pandangan pihak luar etic view, masyarakat nelayan Desa Morodemak memiliki norma dan perilaku yang tidak baik. Walaupun mereka agamis, namun perilaku dan perbuatan mereka belum menunjukkan sebagai seorang muslim yang baik. Beberapa problem perilaku penduduk Desa Morodemak yang menghambat pembangunan adalah sebagai berikut:

1. Suka Berhutang dan Tidak Bertanggung Jawab

Secara etik, memang mereka memiliki kebiasaan buruk berupa suka hutang dan tidak bertanggung jawab untuk membayarnya. Namun kalau kita melihat secara emik sudut pandang alasan mereka, bahwa mereka suka berhutang merupakan usaha adaptasi yang harus mereka lakukan terhadap kesulitan hidup keluarga nelayan dalam memenuhi kebutuhannya di musim paceklik. Kebiasaan bagi istri-istri nelayan, mereka berhutang di warung-warung untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Nanti dibayar kalau suaminya pulang dari melaut. Apabila suaminya pulang dari melaut ternyata pendapatannya kecil, sehingga tidak dapat membayar hutang. Besoknya ambil barang ngebon lagi. Akhirnya hutangnya jadi menumpuk dan sulit untuk menagihnya. Kalau ditagih bahkan ada yang marah- marah atau mereka pindah tidak lagi belanja di warung yang lain. Ketika masyarakat mendapatkan dana bantuan dari pemerintah, mereka beranggapan dana tersebut cuma-cuma, karena 1 pengaruh tokoh masyarakat yang tidak memberikan keteladanan pada masyarakat untuk mengembalikan dana tersebut; 2 tidak ada sanksi hukum dan jaminan. Seharusnya pemerintah dalam memberikan pinjaman modal meminta jaminan. Apalagi tidak ada sanksi hukumnya apabila ada yang melanggar. Masyarakat kalau bulan ini tidak ditagih, maka dapat dipastikan bulan depan tidak akan membayar. Bahkan ada seorang tokoh masyarakat, ketika ditagih tidak mau membayar. Ini dijadikan alasan warga lain juga tidak mau membayar. Hal ini menunjukkan, bahwa perilaku yang kurang baik dari tokoh masyarakat nelayan yang dicontoh oleh masyarakat. Akhirnya menjadi kebiasaan bagi masyarakat. Mereka beranggapan, bahwa semua dana bantuan yang diberikan pemerintah melalui program pembangunan merupakan bantuan pemerintah yang tidak perlu dikembalikan gratis tiap tahun pasti ada dana bantuan gratis tersebut.

2. Mabuk-mabukan

Kebanyakan masyarakat nelayan Desa Morodemak, kalau mendapatkan hasil yang lebih, digunakan untuk membeli “bir” minuman keras dan minum-minum ditengah laut, terutama juru mudi-juru mudi. Alasan mereka adalah sebagai penghangat badan di tengah laut yang dingin. Padahal Pak Kades sudah melarang minuman keras. Kadang menjadi pemicu terjadinya perkelahian. Akhir-akhir ini generasi pemuda Desa Morodemak, perkembangannya sangat memprihatinkan. Kemungkinan karena pengaruh TV dan mass media lain. Mereka berperilaku negatif, seperti suka mabuk. Di Desa Morodemak, kegiatan pengajian diadakan ruitn tiap hari dan banyak yang datang dan bersemangat, namun perilaku sebagian masyarakat disana ada yang minum mabuk-mabukan. Waktunya minum, mereka minum, tetapi waktunya dipungut bantuan dana untuk pembangunan tempat ibadah, mereka ada yang memberi Rp100ribu, Rp50ribu dan seterusnya. Pernah di desa tersebut ada sosialisasi pemberantasan minuman keras yang melibatkan tokoh masyarakat, ada seorang tokoh yang menyeletuk:”Wah ini gimana saya ini suka minum minuman keras kok ikut memberantas minuman keras?” Masyarakat suka mabuk itu karena pengaruh tokoh yang tidak baik kepada mereka. Seharusnya para tokoh memberi contoh kepada masyarakat dengan contoh yang baik. Kalau memang mereka ingin kehangatan ketika berada ditengah laut, daripada minum minuman keras yang manfaatnya lebih sedikit dan kerugiannya lebih banyak, bahkan agama Islam sampai mengharamkannya, lebih baik mereka diarahkan untuk mengkonsumsi minuman jahe yang hangat dan menyehatkan badan. Adapun uang yang digunakan untuk foya-foya minum minuman keras lebih baik dikumpulkan untuk membantu ABK atau nelayan buruh ketika ditimpa kesusahan ekonomi. Hal itu jauh lebih besar manfaatnya untuk memupuk solidaritas diantara juru mudi dan anak buah kapalnya.

3. Pola Hidup Boros, Suka Berfoya-foya, tidak mau Menabung dan Konsumtif