Selayang Pandang Program Pengembangan Kecamatan Tahun Anggaran 19981999 dan 19992000 di Kabupaten Demak. Demak: BAPPEDA
Kabupaten Demak.
F. Kelompok MajalahSurat Kabar
Liputan Otonomi Daerah Kaupaten Demak. 14 Juni 2005. Harian Suara Merdeka: Halaman 1.
Lampiran-1 Tabel 1 Hasil Pengamatan
No Gambar Foto
Keterangan
01 Gambar 1
Tugu Batas Kota Semarang dan Kabupaten Demak 02
Gambar 2 Jembatan Penyeberangan Jalan
03 Gambar 3
Masjid Agung Demak 04
Gambar 4 dan 5 Kantor Kesbanglinamas Kabupaten Demak
05 Gambar 6, 7 dan 8
Kondisi Jalan Menuju Kecamatan Bonang 06
Gambar 9 Akses Jalan Masuk ke Desa Morodemak
07 Gambar 10, 11 dan 12
Kondisi Jalan Desa Morodemak 08
Gambar 13 Gedung Kantor Kades dan Balai Desa
09 Gambar 14
Gedung Kantor BPD Desa Morodemak 10
Gambar 15 Gedung SD Negeri Moro
11 Gambar 16, 17 dan 18
Kondisi Lingkungan Areal Tambak 12
Gambar 19,20 dan 21 Bedeng-bedeng Liar di Tepi Sungai dan Tambak
13 Gambar 22, 23 dan 24
Timbunan Sampah di Lingkungan Desa Morodemak 14
Gambar 25,26 dan 27 Lingkungan Kumuh Lokasi Pemakaman dan Tambak
15 Gambar 28, 29, 30, 31,
32, 33, 34, 35 dan 36 Kondisi Drainase dan Fasilitas Umum Jalan Desa
yang Becek 16
Gambar 37 dan 38 Kemegahan Masjid Jami’ Baitul Atiq Morodemak
17 Gambar 39, 40 dan 41
Kondisi Lingkungan Sekitar Masjid Jami’ 18
Gambar 42 dan 43 Masjid di Desa Purworejo
19 Gambar 44 dan 45
Masjid di Desa Margolinduk 20
Gambar 46 dan 47 Mushola Baitul Mujahidin di Desa Morodemak
21 Gambar 48, 49 dan 50
Kondisi Pemukiman Nelayan 22
Gambar 51 dan 52 Kantor Kecamatan Bonang
23 Gambar 53 dan 54
Kantor BAPPEDA Kabupaten Demak 24
Gambar 55 dan 56 Kantor DKP Kabupaten Demak
25 Gambar 57 dan 58
Kantor Pemberdayaan Masyarakat Kab. Demak 26
Gambar 59 dan 60 Kantor Pengendalian Lingkungan Kab. Demak
27 Gambar 61
Maket Rencana Kompleks Bangunan TPI Moro 28
Gambar 62 Suasana Pasar di Perbatasan Desa
29 Gambar 63, 64, 65, 66, 67
dan 68 Banyaknya Warung, Toko dan Kios yang ada di
sepanjang Jalan Desa Morodemak 30
Gambar 69 Usaha istri Nelayan membuat Krupuk Ikan
31 Gambar 70 dan 71
Usaha istri nelayan membuat ikan asin 32
Gambar 72 Usaha istri Nelayan membuat Panggang Ikan
33 Gambar 73,74 dan 75
Kondisi Muara Sungai Musim Paceklik 34
Gambar 76 Nelayan mencoba keberuntungan di Musim Paceklik
35 Gambar 77 dan 78
Kapal Nelayan dengan Perelngkapan Lampu Galaxy 36
Gambar 79 Perahu Nelayan bersandar di Anak Sungai
37 Gambar 80
Kapal Nelayan Sedang Diperbaiki di Musim Paceklik 38
Gambar 81 Nelayan sedang Memperbaiki Kapal
39 Gambar 82 dan 83
Nelayan Sedang Memperbaiki Alat Tangkap 40
Gambar 84 dan 85 Suasana TPI di Musim Paceklik
41 Gambar 86 dan 87
Bangunan SPBU Solar di Kompleks TPI 42
Gambar 89 Timbunan Sampah di Lingkungan Sekitar TPI
43 Gambar 90,91 dan 92
Pencemaran Air Sungai 44
Gambar 93 Kondisi Air Tambak
45 Gambar 94 dan 95
Gedung Sekolah MTs Sunan Barmawi 46
Gambar 96 dan 97 Gedung Sekolah SD Negeri Moro
47 Gambar 98 dan 99
Suasana Sekolah Diniyah Anak Nelayan 48
Gambar 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106,107
dan 108 Suasana Forum Diskusi Kelompok di Balai Desa
Morodemak Sumber: Hasil Analisis 2005
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3
Gambar 6 Gambar 7
Gambar 8 Gambar 9
Gambar 4 Gambar 5
Gambar 12 Gambar 10
Gambar 11 Gambar 13
Gambar 14 Gambar 15
Gambar 16 Gambar 17
Gambar 18 Gambar 19
Gambar 20
Gambar 21 Gambar 22
Gambar 23 Gambar 24
Gambar 25
Gambar 27 Gambar 26
Gambar 28 Gambar 29
Gambar 30
Gambar 31 Gambar 32
Gambar 33 Gambar 34
Gambar 35
Gambar 36 Gambar 37
Gambar 38 Gambar 40
Gambar 39
Gambar 41 Gambar 42
Gambar 43 Gambar 44
Gambar 45
Gambar 48 Gambar 49
Gambar 50 Gambar 46
Gambar 47
Gambar 51 Gambar 52
Gambar 53 Gambar 54
Gambar 55
Gambar 56 Gambar 57
Gambar 58 Gambar 59
Gambar 60
Gambar 61 Gambar 62
Gambar 65 Gambar 64
Gambar 63
Gambar 66 Gambar 67
Gambar 68 Gambar 69
Gambar 70
Gambar 71 Gambar 72
Gambar 73 Gambar 74
Gambar 75
Gambar 76 Gambar 77
Gambar 78 Gambar 79
Gambar 80
Gambar 81 Gambar 82
Gambar 83 Gambar 84
Gambar 85
Gambar 86 Gambar 87
Gambar 88 Gambar 89
Gambar 90
Gambar 91 Gambar 92
Gambar 93 Gambar 94
Gambar 95
Gambar 96 Gambar 97
Gambar 98 Gambar 99
Gambar 100
Gambar 101 Gambar 102
Gambar 103 Gambar 104
Gambar 105
Gambar 106 Gambar 107
Gambar 108
Lampiran-2 Tabel 2 Responden dan Informan
No Nama Narasumber Karakter
Status
01 Kyai Muhammad Taslim Ketua BPD,Tokoh Masyarakat,Tokoh Agama,Tokoh Pendidikan Pesantren
Responden 02 Abdul Ghani
Wakil Ketua KUD Mino UtomoTPI Moro, Tokoh Nelayan,Tokoh ,asyarakat,
Aparat Desa Kaur Pembangunan Informan
03 Masruh Staf Lapangan BAPPEDA Demak
Informan 04 Nanang
Staf Lapangan DKP Demak Informan
05 Purwito Kepala Kantor PM Demak
Informan 06 Kuatno
Staf Lapangan PEDAL Demak Informan
07 Sulchan Staf Lapangan PEDAL Demak
Informan 08 Rahayu
Staf Lapangan PM Demak Informan
09 Misrodin Staf Lapangan PM Demak
Informan 10 Sudirman
Kaur Pembangunan Kec. Bonang Informan
11 Kusnadi Staf BPS Demak
Informan 12 Ahmad Nawawi
Kaur Kesra Desa Morodemak, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama
Informan 13 Maskani
Aparat Desa Kaur Umum, Ketua Kelompok Petani Penghijauan
Responden 14 Abdul Nasir
Kepala Kelurahan Desa Morodemak Informan
15 Musta’in Tokoh Masyarakat Ketua RW, Tokoh
Nelayan Anggota HNSI, Anggota BPD Responden
16 H. Rahmat Hidayat Tokoh Agama, Tokoh Pendidikan MTs
dan MA, Tokoh Nelayan Responden
17 Drs. Nashuha Aziz Tokoh Nelayan, Tokoh Agama, Tokoh
Pendidikan, Mantan Ketua LKMD Responden
18 Mardiyah Istri Nelayan, Usaha Pemanggang Ikan
Responden 19 Mastika
Istri Nelayan, Usaha Warung kecil- kecilan
Responden 20 Rabi’ah
Istri Nelayan, Usaha Warung Responden
21 Shobirin Mantan Nelayan, Ketua RT, Pedagang
Minyak Tanah Responden
22 Muaminah Janda Nelayan, Usaha Ikan Asin
Responden 23 Muhammad Muzaidin
Anak Nelayan, Nelayan ABK Responden
24 Yahya Nelayan Kecil Muda
Responden 25 Dasuki
Nelayan Kecil Responden
26 Sya’roni Nelayan Kecil
Responden 27 Abadin
Tokoh Masyarakat Ketua RW 3, Anggota LKMD
Responden 28 Abdul Haris, S.Ag
Tokoh Pemuda Responden
29 Ahsin Syafe’i Tokoh Masyarakat Ketua RW 2
Responden 30 Mujahidin Arief
Anggota BPD Responden
31 Sutriyanto Staf Lapangan PM Demak
Responden 32 Gunawan
Tokoh Masyarakat Ketua RW 5, Anggota LKMD
Responden 33 Abdul Jamal
Anggota BPD Responden
Sumber : Hasil Analisis 2005
Lampiran-3
Tabel 3 Hasil Wawancara No
Rekaman Keterangan Wawancara
01 Rekaman 1, 2, 3, 4
dan 5 Kyai Muhammad Taslim dan Abdul Ghani
02 Rekaman 6
Katidjan Kabid Sosbud BAPPEDA Demak 03
Rekaman 7, 8 ,9 , 10 dan 11
Masruh Staf Lapangan Bidang Ekonomi BAPPEDA Demak 04
Rekaman 12 Andi Staf Tata Usaha DKP Demak
05 Rekaman 13
Nanang Staf Lapangan DKP Demak 06
Rekaman 14 Purwito Kepala Kantor PM Demak
07 Rekaman 15
Kuatno dan Sulchan Staf Lapangan PEDAL Demak 08
Rekaman 16 dan 17 Budi Rahayu dan Misrodin Staf Lapangan PM Demak
09 Rekaman 18,19 dan
20 Sudirman Kaur Pembangunan Kecamatan Bonang
10 Rekaman 21 dan 22
Kusnadi Staf BPS Demak 11
Rekaman 23 Ahmad Nawawi Kaur Kesra Desa Morodemak
12 Rekaman 24
Maskani Kaur Umum Desa Morodemak dan Ketua Petani Penghijauan Pantai dan Tambak
13 Rekaman 25
Abdul Nasir Kepala Kelurahan Desa Morodemak 14
Rekaman 26 dan 27 Abdul Ghani Kaur Pembangunan Desa Morodemak
15 Rekaman 28 dan 29
Musta’in Tokoh Nelayan dan Tokoh Masyarakat 16
Rekaman 30 Muhammad Subhan Tokoh Pendidikan
17 Rekaman 31 dan 32
Rahmat Hidayat Tokoh Pendidikan dan Tokoh Nelayan 18
Rekaman 33 dan 34 Drs Nashuha Aziz Tokoh Pendidikan dan Tokoh Nelayan
19 Rekaman 35
Mardiyah istri nelayan usaha pemanggangan ikan 20
Rekaman 36 dan 37 Matika istri nelayan usaha warungan
21 Rekaman 38
Rabi’ah istri nelayan usaha warungan 22
Rekaman 39 Shobirin mantan nelayan dan pedagang agen minyak tanah
23 Rekaman 40
Muaminah janda nelayan usaha ikan asin 24
Rekaman 41 Muhammad Muzaidin nelayan ABK
25 Rekaman 42
Yahya nelayan kecil muda 26
Rekaman 43 Dasuki dan Sya’roni Nelayan Kecil
Sumber: Hasil Analisis 2005
Lampiran-4
Tabel 4 Jenis Dokumen No Tahun
Sumber Judul
01 Tanpa
Tahun BAPPEDA Demak dengan
BPKP Perwakilan Propinsi JAteng
Laporan Hasil Evaluasi Dampak Pelaksanaan PPK Terhdap Peningkatan
Usaha, Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Pada Kebupaten Demak Fase I
Tahun 1998 sd 2001
02 Tanpa
Tahun BAPPEDA Demak
Selayang Pandang Program Pengembangan Kecamatan PPK Tahun
Anggaran 19981999 dan Tahun Anggaran 19992000 di Kabupaten Demak
03 2003
Pemda Kabupaten Demak dengan BPS Demak
Penduduk dan Rumah Tangga Miskin Kabupaten Demak Evaluasi dan Klarifikasi
Tahun 2003
04 2003
BAPPEDA Demak dengan BPS Demak
Demak dalam Angka Tahun 2003 05
2003 Mantri Statistik BPS
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak
Kecamatan Bonang dalam Angka Tahun 2003
06 2004
Tim Studio Wilayah Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Kota Fakultas Teknik UNDIP Rencana Pengentasan Kemiskinan
Masyarakat Petambak di Desa Morodemak Kecamatan Bonang Kabupaten Demak
07 14 Juni
2005 Harian Surat Kabar Suara
Merdeka Liputan Otonomi Daerah Kabupaten Demak.
08 2004
Tim Studio Wilayah Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Kota Fakultas Teknik UNDIP Perencanaan Wilayah Desa Purworejo
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak
Sumber: Hasil Analisis 2005
DESKRIPSI KASUS PER KASUS SESUAI DENGAN ALIR KERANGKA PEMIKIRAN
HISTORIS STRUKTUR SOSIAL POLITIK
Masyarakat Desa Morodemak berjumlah 5.637 jiwa seluruhnya 100 memeluk agama Islam. Masyarakat nelayan Desa Morodemak sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai keagamaan. Hal ini dimanfaatkan oleh juru kampanye untuk kepentingan politik mereka. Peran tokoh agama dalam struktur sosial politik di Desa
Morodemak sangat kental. Lebih-lebih ketika masa orde baru, warga Desa Morodemak itu hijau semua PPP, karena peran tokoh agama.
Berawal dari kepentingan politik terebut, terjadilah konflik antar tokoh masyarakat aparat desa yang pro-“kuning” dengan tokoh agama yang “hijau”,
sehingga hubungan antara tokoh aparat desa dan tokoh agama kurang baik. Hal ini berimbas pada masyarakat, mereka lebih percaya dan menghormati tokoh agama
daripada tokoh aparat desa yang mereka anggap pro-“kuning”.
Partisipasi masyarakat nelayan yang kurang mendukung program pembangunan di Desa Morodemak, disebabkan karena kurangnya pembinaan
pemerintah daerah terhadap masyarakat nelayan. Mereka merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah daerah, sehingga ketika pemerintah memiliki program
pembangunan di desa mereka, mereka kurang mendukung.
Sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat luas, pada saat pemerintah orde baru memegang kekuasaan, pedesaan yang dianggap tidak sejalan dan tidak
mendukung kebijakan politik mereka, pasti tidak akan berkembang kondisi sarana dan prasarana desa tersebut. Hanya daerah-daerah yang secara politis
memenangkan partai GOLKAR saja yang akan mendapatkan dana bantuan pengembangan sarana dan prasarana desa. Hal ini terbukti dengan apa yang
dialami oleh Desa Morodemak.
Kondisi sarana dan prasarana desa Desa Morodemak sangat memprihatinkan, akibat kurangnya perhatian pemerintah. Kondisi sarana dan
prasarana yang tidak berkembang dengan baik, menyebabkan perkembangan perekonomian Desa Morodemak lamban, akibatnya Desa Morodemak dikategorikan
sebagai desa miskin. Disisi yang lain, peran tokoh agama memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk norma dan perilaku masyarakat yang mementingkan
nilai-nilai keagamaan saja untuk melanggengkan kepentingan politik mereka, sehingga yang muncul dalam pandangan masyarakat, bahwa aparat desa dan
semua program pembangunan sarana dan prasarana desa adalah tanggung jawab pemerintah yang mendukung GOLKAR.
Secara struktur, runtuhnya pemerintahan orde baru dengan sebab reformasi telah meninggalkan tiga jenis kemiskinan di Desa Morodemak, yaitu 1 kemiskinan
keterbatasan sarana dan prasarana desa;2 kemiskinan kultural berupa norma dan perilaku masyarakat yang hanya mementingkan agama;3 Kemiskinan struktural
berupa lemahnya keswadayaan kelembagaan masyarakat.
FENOMENA KEMISKINAN DI DESA MORODEMAK 1. Keterbatasan Sarana dan Prasarana
Desa Morodemak termasuk dikategorikan sebagai desa miskin, karena pemukiman nelayan kelihatan sangat padat, kumuh, fasilitas sarana dan prasarana
lingkungan desa relatif jelek, sehingga terkesan desa Morodemak itu desa miskin. Kebanyakan rumah tempat tinggal nelayan di desa Morodemak ditempati
beberapa keluarga. Kebiasaan masyarakat nelayan desa Morodemak kalau buang hajat di pinggir sungai atau dipinggir tambak, sehingga didalam rumah warga desa
umumnya tidak dilengkapi jamban. Mereka membuat jamban dipinggir sungai atau tambak, bahkan ada yang tidak memiliki jamban sama sekali.
Gambar Bedeng-bedeng Liar yang Berfungsi sebagai Jamban Di beberapa tempat terdapat timbunan sampah yang mengganggu
pemandangan, mencemari lingkungan tambak dan muara sungai Morodemak serta dikhawatirkan dapat menyebabkan bersarangnya sumber penyakit. Disisi lain,
lingkungan disekitar timbunan sampah menjadi kumuh tidak sedap dipandang mata, sehingga terkesan lingkungan yang tidak sehat. Hal ini diperparah dengan
munculnya bangunan-bangunan bedeng liar disekitar timbunan sampah tersebut. Bedeng-bedeng liar tersebut dibangun oleh warga sekitar untuk keperluan buang
hajat dan mandi. Ada juga bedeng yang digunakan untuk gudang perabot rumah tangga, kandang kambing atau penyimpanan kayu bekas perahu atau kapal yang
rusak untuk kayu bakar.
Banyak kriteria mengapa desa Morodemak termasuk berkategori desa miskin. Pertama: karena desa tersebut tidak memiliki kekayaan desa, sehingga tidak
ada pemasukan bagi pembangunan desa; kedua: perkembangan ekonomi yang lambat, karena penghasilan nelayan tidak menentu; ketiga: fasilitas sarana dan
prasarana lingkungan desa yang kumuh.
Sarana Pendidikan
Kondisi Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Morodemak yaitu sebuah TK Islam, sebuah SD Negeri Inpres Moro, 2 buah MI, 2 buah sekolah Diniyah dan
terdapat sebuah sekolah setingkat SLTP, yaitu MTs Sunan Barmawi. Sedangkan fasilitas pendidikan setingkat SLTA dan Perguruan Tinggi belum ada di Desa
Morodemak. Fasilitas pendidikan yang berkembang di Desa Morodemak adalah fasilitas pendidikan keagamaan.
Gambar Sekolah MTs Sunan Barmawi dan SD Inpres Moro Jumlah penduduk Desa Morodemak usia 5-9 tahun 625 jiwa, usia 10-14
tahun 633 jiwa, usia 15-19 tahun 626 jiwa. Jadi penduduk Desa Morodemak usia sekolah 5-19 tahun adalah 1.884 jiwa BPS, 2003:33-34. .Pada umumnya anak
nelayan Desa Morodemak seusia SD disekolahkan di MI Madrasah Ibtidaiyah setingkat SD. Masyarakat Desa Morodemak memiliki perhatian yang sangat baik
dalam masalah pendidikan keagamaan anak-anak mereka, namun dalam masalah
pendidikan umum sangat kurang. Sebagai perbandingan, bahwa jumlah fasilitas sarana pendidikan, jumlah siswa dan jumlah guru pendidikan yang berkaitan dengan
keagamaan lebih bagus dibandingkan dengan pendidikan yang sifatnya umum, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Jumlah Fasilitas Pendidikan Desa Morodemak Fasilitas Pendidikan
Jumlah Jumlah Murid Jumlah Guru
TK 1
88 2
SD NegriInpres 1
256 9
Setingkat SD MI 2
597 21
SLTP Setingkat SLTP
1 368
17 Diniyah
2 249
14 Sumber : Kecamatan Bonang Dalam Angka, 2003:40-46
Sarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Desa Morodemak hanya berupa sebuah poliklinik dan posyandu. Rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Rumah Bersalin tidak ada. Penduduk Desa Morodemak kalau mau berobat di Rumah sakit harus pergi ke kota Kabupaten atau berobat di Puskesmas pergi kota
Kecamatan. Tenaga medis formal hanya seorang paramedis dan seorang bidan. Sedangkan yang nonformal adalah dukun bayi dan tukang pijat hanya 5 orang.
Sarana Peribadatan
Sesuai dengan karakteristik sosial masyarakatnya yang beragama Islam, maka sarana peribadatan di Desa Morodemak hanya terdiri sarana peribadatan
kaum muslimin saja yaitu 8 buah musholla dan 2 buah masjid. Fasilitas tempat ibadah yang dimiliki oleh Desa Demak berupa Masjid Baitul Atiq sangat megah
dengan gaya arsitektur tidak kalah dengan Masjid Agung Demak. Biaya yang dikeluarkan untuk membangun masjid tersebut diperkirakan sekitar Rp 1 milyar. Itu
pun masjid belum selesai dibangun. Perhatian masyarakat Desa Morodemak terhadap tempat peribadatan sangat tinggi.
Gambar Masjid Jami Baitul Atiq dan Mushola Mujahidin Desa Morodemak
Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang tersedia di Desa Morodemak berupa sarana transportasi umum dan transportasi pribadi berupa sepeda motor. Sarana
transportasi yang beroperasi diantaranya adalah angkutan pedesaan. Angkutan pedesaan hanya sampai di Desa Purworejo tetangga Desa Morodemak, untuk
sampai ke Desa Morodemak harus dengan menyeberang sungai dengan perahu
penyeberangan. Angkutan umum lain yang beroperasi di Desa Morodemak adalah ojek roda tiga dan perahu penyeberangan.
Gambar Sarana Transportasi di Desa Morodemak
Sarana Perdagangan
Fasilitas perdagangan di Desa Morodemak hanya tersedia pasar desa yang terletak di perbatasan antara desa Margolinduk dengan Desa Morodemak dan
banyak terdapat warung, toko dan kios sebagai usaha bagi para istri nelayan.
Gambar Pasar, Warung, Toko dan Kios
Pemukiman
Jumlah kepala keluarga yang tidak diimbangi oleh jumlah rumah mengakibatkan pemanfaatan satu rumah untuk lebih dari satu kepala keluarga.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat Desa Morodemak dapat diketahui bahwa banyak terdapat rumah yang dihuni oleh lebih dari 1 kepala keluarga, yaitu
antara 2 hingga 3 kepala keluarga.
Kendala utama dalam pengembangan pemukiman di Desa Morodemak ini adalah terbatasnya lahan yang dapat dikembangkan untuk perumahan karena
hampir sebagian besar lahannya merupakan areal tambak, akibatnya pada daerah- daerah permukiman tersebut mempunyai kepadatan yang sangat tinggi.
Kondisi permukiman yang saling berhimpit, sempit, kumuh dan kotor itu juga bisa mempengaruhi temparemen sifat nelayan yang mudah tersulut kemarahan. Ada
kejadian konflik nelayan antara Desa Morodemak dengan Desa Margolinduk yang dipicu oleh masalah sepele, yaitu masalah wanita. Padahal mereka tetangga desa
yang sangat dekat, bahkan antara kedua desa tersebut seolah tidak ada perbatasannya.
Gambar Pemukiman Nelayan Desa Morodemak
Utilitas Jaringan Jalan
Pintu masuk ke Desa Morodemak berupa jalan beton plesteran kecil dengan lebar hanya 1,5 meter menyeberangi sungai. Jika ada kendaraan roda dua
yang saling berpapasan, pasti tidak cukup jika melewati jalan tersebut bersamaan, harus ada yang mengalah untuk melewati jalan itu. Kendaraan roda empat tidak
dapat melewati jalan tersebut. Akses pintu masuk ke Desa Morodemak juga dapat dicapai melalui perahu penyeberangan.
Jaringan jalan yang ada di Desa Morodemak sebagian besar berupa jalan beton plester dengan lebar kurang lebih 1,5 – 2 meter. Selain jalan beton plester,
ada ruas jalan aspal, namun hanya beberapa meter saja panjangnya. Bahkan ada ruas jalan masih berupa tanah, jika terkena air hujan pasti jalan tanah tersebut akan
becek dan berlumpur, karena tertutupi dengan tanah bekas endapan tambak yang berada disebelahnya.
Gambar Kondisi Jalan Desa Morodemak
Utilitas Jaringan Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Masyarakat Desa Morodemak untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, mereka
membuat sumur. Kualitas air sumur yang dihasilkan mengandung rasa asin, akibat pengaruh air laut. Sementara air PDAM belum menjangkau Desa Morodemak.
Sebagian besar masyarakat Desa Morodemak untuk memenuhi kebutuhan air minum, mereka membeli air kemasan secara swadaya, sedangkan untuk keperluan
MCK, mereka menggunakan air sumur.
Utilitas Jaringan Drainase
Kondisi drainase di Desa Morodemak sangat buruk, hal ini karena banyaknya drainase yang tertimbun oleh sampah serta banyaknya drainase di sekitar
perkampungan yang hanya memiliki kedalaman beberapa centimeter saja ± 20 cm. Kurang efektifnya sistem drainase yang ada di Desa Morodemak juga terlihat
dengan tidak mengalirnya air yang ada di tiap drainase tersebut. Ketika musim penghujan atau air pasang laut cukup tinggi, Desa Morodemak tergenang air.
Gambar Kondisi Drainase Utilitas Jaringan Persampahan
Masyarakat Desa Morodemak membuang sampahnya di sungai, sehingga mengakibatkan aliran sungai tidak lancar, kotor dan terjadi pendangkalan. Mereka
juga membuang sampah didekat lokasi pemakaman desa dan disekitar tambak, sehingga terkesan kotor, kumuh dan tidak sehat.
Gambar Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Jaringan persampahan di Desa Morodemak belum ada, sehingga sampah
yang dihasilkan oleh penduduk masih dikelola oleh masing-masing penduduk yang bersangkutan dengan cara dibuang di sungai, tambak atau lokasi dekat dengan
\pemakaman desa atau dibakar. Masalah kebersihan di Desa Morodemak, terutama sampah. Hal ini disebabkan karena lahan desa itu sudah sempit dan tidak ada lagi
tempat kosong untuk pembuangan sampah.
Kondisi sungai Morodemak relatif kotor, banyak sampah-sampah yang mengapung di permukaan sungai dan warna airnya sudah tidak lagi jernih. Kondisi
ini terjadi karena sungai ini merupakan tempat pembuangan limbah bagi aktivitas yang ada di sekitarnya. Limbah-limbah tersebut berasal dari limbah rumah tangga,
limbah industri, limbah dari TPI. Selain itu sungai ini juga telah tercemar oleh bahan bakar, minyak tanah, solar dan oli yang berasal dari kapal-kapal yang berlabuh.
Selain kondisi sungai yang kotor, bau dari sungai ini juga sangat menyengat.
Nelayan Desa Morodemak, kalau mengecat kapal dan perahu menggunakan sejenis obat untuk menghilangkan jamur dan kerak-kerak lumut yang menempel.
Tumpahan bahan bakar dan oli dari kapal ikut memperparah pencemaran kualitas air di sungai. Air tambak diambil dari air sungai yang telah tercemar tadi. Akhirnya
hasil panen ikan bandeng atau udang berkualitas jelek, tidak bisa besar dan rasanya juga berbeda dengan dulu.
Data Potensi Desa tahun 2000 menunjukkan, bahwa di Desa Morodemak telah terjadi pencemaran air. Pencemaran air ini telah mnegakibatkan penurunan
produktivitas sektor tambak. Udang yang semula menjadi komoditas utama dari tambak, produksinya semakin menurun karena mengalami stress.
Gambar Kondisi Kualitas Air Sungai Morordemak yang Tercemar Limbah
2. Kemiskinan Natural Alamiah
Pendapatan masyarakat nelayan Desa Morodemak sangat tergantung dari hasil penangkapan ikan. Kalau musim paceklik tidak melaut, mereka tidak mau
mencari alternatif pekerjaan yang lain. Masa paceklik bagi nelayan adalah masa- masa terang bulan, karena ikan menyebar tidak mau berkumpul ketika diberi
penerangan lampu di malam hari. Biasanya setiap tanggal 8 bulan Qomariah sudah mulai masa terang bulan sampai tanggal 18 bulan Qomariah selama 10 hari.
Mereka nganggur-ngur total tidak bekerja dan diam di rumah, sehingga masa- masa terang bulan di desa ini banyak sekali nelayan yang berada di rumah. Itulah
sebabnya mengapa perekonomian mereka lemah, sehingga istri-istri mereka juga
ikut mencari alternatif pendapatan, karena suami mereka tidak bekerja. Kalau musim hujan mulai datang, sekitar bulan Oktober sampai dengan Maret tiap tahunnya itu
juga musim paceklik. Setiap hari Jumat, masyarakat nelayan disini libur tidak melaut. Jadi masa paceklik bagi nelayan Desa Morodemak ada yang tahunan, bulanan dan
mingguan.
Masyarakat nelayan Desa Morodemak, kalau tiba masa paceklik nganggur total. Anehnya mereka masih bisa makan, karena mereka mengambil kebutuhan
pokoknya di warung atau toko dengan cara berhutang. Kadang-kadang mereka menggadaikan barang yang mereka masih miliki.
Dahulu sebelum ada mesin motor kapal atau perahu, nelayan sering menggadaikan barang-barangnya, seperti perabot rumah tangga, bahkan genting
rumah dijual, karena musim paceklik sangat panjang. Mereka dulu tidak berani melaut kalau sudah musim penghujan. Pendapatan mereka tidak menentu, kadang
hari ini mendapatkan Rp 20 ribu, hari besok belum tentu dapat Rp 20 ribu, bahkan ada yang pulang tidak membawa apa-apa.
Masa-masa paceklik bagi nelayan Desa Morodemak, sekarang ini tidak memandang bulan, tetapi sudah parah, karena tiap kali melaut hasilnya pasti sedikit,
sehingga tidak dapat menutup biaya operasional. Kadang justru meninggalkan hutang, karena tidak dapat menutup harga bahan bakar, apalagi bahan bakar
sekarang cukup mahal bagi ukuran nelayan seperti saya ini.
Hampir setiap bulan musim paceklik, tidak teratur seperti dulu. Hal ini disebabkan karena adanya alat tangkap pukat harimau atau mini trawl dan alat
tangkap cantrang. Dahulu bulan Januari saja, ketika musim penghujan, nelayan masih bisa mencari ikan dengan hasil yang cukup. Saat sekarang bulan Januari
nelayan sama sekali tidak dapat melaut, karena hasilnya sangat sedikit. Hal itu dialami oleh nelayan di semua tempat. Apalagi kalau musim kemarau, keadaan
bertambah semakin parah.
Gambar Kondisi Sungai Morodemak Dipenuhi Perahu Nelayan di Musim Paceklik
3. Kemiskinan Kultural
Sudah menjadi kebiasaan nelayan Desa Morodemak, kalau sudah datang waktu paceklik tidak mau bekerja sama sekali, hanya di rumah. Bekerja yang lainnya
tidak mau, padahal kalau mau memancing, masih bisa menghasilkan ikan. Kalau terpaksa mereka untuk makan tidak ada, mereka akan pergi ke pantai mencari
kerang untuk lauk makan. Nelayan Desa Morodemak memiliki rasa gengsi yang tinggi, kalau tidak melaut lebih baik tidak bekerja. Selain itu memiliki jiwa pemalas
dan pemboros. Buktinya, nelayan disini kalau rokoknya tidak enak, mereka tidak mau merokok.
Umumnya masyarakat nelayan Desa Morodemak, kalau mandapatkan hasil banyak akan dibelanjakan banyak, tidak ada usaha menabung. Giliran paceklik
barang-barang dijual semua untuk kebutuhan hidup. Sikap boros sudah biasa bagi
masyarakat nelayan Desa Morodemak. Saat paceklik mereka tidak bekerja sama sekali, sehingga tidak ada pendapatan, untuk menutup kebutuhan mereka manjual
barang-barang. Kalau tidak ada yang dijual, mereka larinya ke bank thithil lintah darat. Kalau mereka mendapatkan hasil banyak, mereka tidak mau menabung
uangnya untuk senang-senang membeli barang-barang yang mereka sukai. Ketika diingatkan, mereka berkomentar: “besok melaut lagi akan dapat uang lagi”. Kalau
mereka punya hutang, harus mengejar-ngejar untuk menagihnya. Itu pun sangat sulit. Terkadang mereka terpaksa hutang ke rentenir dengan bunga yang tinggi.
Ada pula nelayan Desa Morodemak yang suka minuman keras, terutama juru mudi-juru mudi. Alasan mereka adalah sebagai penghangat badan di tengah laut
yang dingin. Pihak aparat desa sudah berusaha melarang peredaran minuman keras di Desa Morodemak, walaupun hasilnya belum memuaskan. Orang-orang yang
mabuk sering menjadi pemicu terjadinya perkelahian di Desa Morodemak.
Rata-rata masyarakat nelayan Desa Morodemak mempunyai karakter yang keras. Memang kehidupan masyarakatnya agamis, tetapi kehidupan dan perilaku
sehari-harinya sebagian dari mereka ada yang belum sesuai dengan tuntunan agama Islam.
4. Kemiskinan Struktural
Para juru mudi adalah orang yang pekerja keras, pengalaman banyak, wawasannya luas dan nalurinya tajam, sehingga dia bisa tahu musim yang baik,
tempat yang banyak ikannya, pengopersian alat tangkap dan lain-lain. Awalnya dalam meniti karier dia mempunyai tabungan, misalnya Rp 25 juta. Kemudian
mencari orang yang bisa diajak bekerja sama untuk menanam modal dengan sistem bagi hasil, sehingga modal menjadi Rp 50 juta. Uang Rp 50 juta dibelikan kapal di
Jawa Timur sebagai uang muka, Setelah kapal menghasilkan, sisanya dapat diangsur. Akhirnya dengan kapal miliknya dan dikemudikan sendiri. Lambat laun
mendapatkan tabungan uang yang banyak dan bisa membeli kapal sendiri, sehingga nelayan yang maju dan kaya di Desa Morodemak adalah nelayan juru mudi. Mereka
kekayaannya melimpah-limpah.
Juru mudi dalam pembagian hasil, mereka mendapat bagian lebih banyak dan mendapat persenan dari pemilik kapal dan hasil penjualan. Ada hasil lain bagi
juru mudi sebagai pendapatan tambahan, berupa sisa ikan yang tercecer di kapal, karena dia yang memegang peranan di kapal. Belum nanti kalau istrinya sebagai
perantaramakelar menjualkan ikan kepada bakul juga dapat keuntungan.
Nelayan yang miskin adalah buruhanak buah kapal, mereka dapat bagian yang paling kecil dalam pembagian hasil tangkapan ikan. Sekali melaut paling
banyak mereka hanya dapat kurang lebih Rp 50.000,- sementara perantaramakelar bisa mendapatkan komisi dari bakul dan juru mudi sekitar Rp 200.000,- sampai Rp
400.000,- padahal anak buahburuh nelayan kerjanya lebih berat daripada perantaramakelar. Nelayan buruh dan ABK tidak dapat meningkat
kesejahteraannya.. Pendapatan mereka tidak menentu dan relatif sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Rasa kesetiakawanan sosial para juru mudi terhadap anak buahnya belum terjalin. Kalau mereka mengeluarkan zakat fitrah pada saat lebaran, itu sudah
kewajiban mereka. Yang berbentuk kepedulian untuk membantu anak buah ketika mengalami kesusahan belum ada rasa kedermawanan. Tunjangan hari raya yang
diberikan bagi anak buah, hanya memberi sebuah sarung dan sekaleng roti. Itu pun karena juru mudi khawatir, kalau anak buahnya tidak diberi tunjangan hari raya
tersebut akan pindah ke juru mudi kapal lain. Seharusnya sebagai seorang juragan