peraturan-peraturan daerah yang merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan PTSP. Setelah tahun 2006, beberapa
kabupatenkota di Jawa Barat telah membentuk PTSP agar dapat mempercepat proses pelayanan karena adanya penyederhanaan proses pengajuan izin usaha
serta dapat mengurangi pungutan liar oleh oknum tidak bertanggung jawab yang menyebabkan biaya tinggi dalam pengurusan izin usaha tersebut, misalnya syarat-
syarat yang memiliki kesamaan antara satu izin lainnya jika diproses secara paralel maka cukup dilampirkan satu berkas untuk beberapa izin.
Selain itu, secara keseluruhan KPPOD menilai Perda yang ada di kabupaten dan kota Jawa Barat sudah sangat mendukung penciptaan iklim
investasi yang kondusif. Hal tersebut dapat dilihat dari tiga potensi permasalahan Perda, yaitu kategori prinsip, kategori substansi, dan kategori acuan yuridis yang
memiliki nilai permasalahan kurang dari 10 persen. Dengan adanya peningkatan kualitas peraturan daerah tersebut, diharapkan akan meningkatkan iklim investasi
di Provinsi Jawa Barat ke arah yang lebih kondusif sehingga mampu mendorong terjadinya peningkatan realisasi investasi dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jawa Barat.
5.4. Implementasi Kebijakan
Secara umum interaksi Pemda dan pelaku usaha di Jawa Barat tergolong cukup rendah karena masih rendahnya kesadaran pelaku usaha yang mengetahui
adanya forum interaksi tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan kerja sama yang lebih erat antara Pemda dan pelaku usaha dalam hal penciptaan
jaringan komunikasi antara Pemda dan Pelaku usaha. Hal ini dapat dilakukan dengan cara Pemda memberikan informasi tentang pelaksanaan forum komunikasi
kepada pelaku usaha melalui pesan singkat SMS dengan telepon selular asumsi setiap pelaku usaha memiliki telepon selular. Menurut saya, cara ini lebih praktis
dan cepat karena secara keseluruhan Provinsi Jawa Barat sangat didukung dengan infrastruktur teknologi komunikasi yang canggih.
Selain itu, Pemda harus menciptakan forum komunikasi tersebut lebih interaktif agar mendapatkan solusi yang efektif dan efisien terhadap permasalahan
dunia usaha di setiap pertemuan forum komunikasi tersebut. Jika strategi kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan benar, maka akan
menciptakan forum komunikasi yang sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak dan dapat mendorong terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah
di masa yang akan datang. Indikator program pengembangan usaha swasta memiliki permasalahan
yang hampir sama dengan permasalahan indikator interaksi Pemda dan pelaku usaha, yaitu masalah tingkat kesadaran pelaku usaha yang rendah akan kehadiran
program pengembangan usaha swasta. Untuk mengatasinya, implementasi kebijakan yang telah dijabarkan pada indikator interaksi Pemda dan pelaku usaha
patut menjadi pertimbangan bagi Pemda untuk diimplementasikan di lapangan agar seluruh pelaku usaha menyadari adanya program pengembangan usaha
swasta tersebut. Selain itu ada permasalahan lain yang mendasar, yaitu masalah program yang tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha. Hal ini dapat diatasi
dengan memberikan kuesioner kepada pelaku usaha untuk menilai tingkat
kepuasan akan program-program pengembangan usaha tersebut. Setelah mendapat keluhan dari kuesioner tersebut, Pemda harus segera mengoreksi program tersebut
agar di masa depan terdapat program yang sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha. Indikator yang cukup bermasalah selanjutnya adalah masalah pajak
daerah, retribusi daerah dan biaya transaksi lain yang berpengaruh negatif terhadap realisasi investasi Provinsi Jawa Barat. Permasalahan utama dalam
indikator ini adalah terlalu banyaknya jenis pajak dan retribusi yang dikenakan kepada pelaku usaha baik oleh Pemda kabupaten dan kota di daerahnya, Pemprov
Jawa Barat, dan pemerintah pusat yang tumpang tindih antara satu kebijakan dengan kebijakan lainnya. Langkah bijak yang harus ditempuh untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi.
Inpres tersebut menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah dengan memberikan fasilitas pajak kepada pelaku usaha dengan cara menurunkan
pajak penghasilan kepada pelaku usaha di bidang-bidang tertentu yang mengacu pada Pasal 31A UU Pajak Penghasilan, menurunkan tarif pajak daerah kepada
pelaku usaha yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa, dan perbaikan jasa pelayanan pajak untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha akan
pentingnya pembayaran pajak dengan cara pembuatan meja pelayanan yang fungsinya untuk memberikan informasi layanan pajak dan retribusi daerah serta
mensosialisasikan biaya resmi pajak dan retribusi daerah melalui website, seminar dan berbagai alat publikasi lainnya. Setelah melaksanakan kebijakan tersebut
diharapkan tambahan beban biaya pelaku usaha karena pajak dan retribusi dapat menurun sehingga pelaku usaha diuntungkan dengan adanya kebijakan tersebut.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN