Keamanan dan Penyelesaian Sengketa

4 Lamanya pemadaman listrik. 5 Tingkat hambatan infrastruktur terhadap kinerja perusahaan. Setelah mendapatkan nilai total dari kelima variabel tersebut, KPPOD membaginya ke dalam empat klasifikasi, yaitu: 1 Nilai angka 0-25 persen, berarti bahwa kebijakan infrastruktur daerah di kabupaten dan kota tersebut tergolong sangat buruk. 2 Nilai angka 26-50 persen, berarti bahwa kebijakan infrastruktur daerah di kabupaten dan kota tersebut tergolong buruk. 3 Nilai angka 51-75 persen, berarti bahwa kebijakan infrastruktur daerah di kabupaten dan kota tersebut tergolong baik. 4 Nilai angka 76-100 persen, berarti bahwa kebijakan infrastruktur daerah di kabupaten dan kota tersebut tergolong sangat baik.

4.3.8. Keamanan dan Penyelesaian Sengketa

Keamanan usaha merupakan hal utama yang menjadi pertimbangan pelaku usaha ketika akan memulai usaha dan menjalankan usahanya. Pelaku usaha terkadang membayar biaya keamanan yang tinggi asalkan ia tetap dapat beroperasi di suatu daerah. Survei ini melakukan penilaian terutama terhadap tindakan aparat keamanan ketika menghadapi kejadian seperti demonstrasi pegawai dan kejadian kriminalitas di tempat usaha. Struktur lembaga kepolisian Indonesia dipisahkan dari tentara nasional TNI sejak tahun 1999. Hal ini berkaitan dengan sejumlah tuntutan pelayanan dari masyarakat akan keprofesionalan polisi dalam penanganan masalah keamanan dalam negeri. Pemda secara langsung tidak memiliki kewenangan untuk menangani masalah keamanan yang terjadi di daerahnya. Namun keterbatasan kewenangan ini bukan berarti adanya pembatasan usaha yang dapat dilakukan untuk menciptakan keadaan yang aman. Bentuk koordinasi antara aparat Dinas Ketertiban Umum Pemda dan pihak kepolisian dapat menjadi bentuk sinergi koordinasi yang dapat meningkatkan rasa aman bagi pelaku usaha. Tidak dapat dipungkiri bahwa koordinasi antara lembaga negara dari berbagai tingkatan lebih penting untuk diimplementasikan dari pada sekedar mempersoalkan cakupan kewenangan. Untuk mendapatkan nilai persentase dari indikator keamanan dan penyelesaian sengketa ada empat variabel penilaian yang digunakan, yaitu: 1 Tingkat kejadian pencurian di tempat usaha. 2 Kualitas penanganan masalah kriminal oleh polisi. 3 Kualitas penanganan masalah demonstrasi buruh oleh polisi. 4 Tingkat hambatan keamanan dan penyelesaian masalah terhadap kinerja perusahaan. Setelah mendapatkan nilai total dari keempat variabel tersebut, KPPOD membaginya ke dalam empat klasifikasi, yaitu: 1 Nilai angka 0-25 persen, berarti bahwa keamanan dan penyelesaian sengketa di kabupaten dan kota tersebut tergolong sangat buruk. 2 Nilai angka 26-50 persen, berarti bahwa keamanan dan penyelesaian sengketa di kabupaten dan kota tersebut tergolong buruk. 3 Nilai angka 51-75 persen, berarti bahwa keamanan dan penyelesaian sengketa di kabupaten dan kota tersebut tergolong baik. 4 Nilai angka 76-100 persen, berarti bahwa keamanan dan penyelesaian sengketa di kabupaten dan kota tersebut tergolong sangat baik.

4.3.9. Kualitas Peraturan Daerah