Realisasi Investasi Kabupaten dan Kota Di Provinsi Jawa Barat

5.2. Realisasi Investasi Kabupaten dan Kota Di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2007 Nilai investasi Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan sebesar Rp. 184,679 miliar dari Rp. 23.729,967 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp. 23.545,288 pada tahun 2007. Namun jumlah proyek pada tahun 2007 lebih banyak daripada jumlah proyek tahun 2006. Pada tahun 2007 jumlah proyek investasi sebesar 325 buah, sedangkan pada tahun 2006 hanya sebesar 281 proyek investasi. Jumlah proyek terbesar pada tahun 2007 ditempati oleh sektor sekunder dengan jumlah 220 proyek dengan nilai total investasi sebesar Rp. 22.008,308 miliar, peringkat kedua ditempati sektor tersier sebesar 96 proyek dengan nilai total Rp. 1.410.351 miliar, dan sektor primer hanya memberikan sumbangan 9 proyek dengan nilai total Rp. 126,628 miliar. Dalam sektor sekunder, industri kertas menempati urutan teratas penyumbang investasi terbesar dengan nilai total investasi sebesar Rp. 10.423,644 miliar, lalu diikuti industri logam, mesin, dan elektronik pada urutan kedua sebesar Rp. 4.233,058 miliar, dan industri motor dan alat transportasi lainnya sebesar Rp. 2.558,910 miliar. Untuk sektor tersier peringkat pertama yang menyumbangkan nilai total investasi terbesar adalah sektor konstruksi sebesar Rp. 426,848 miliar, peringkat kedua ditempati sektor perdagangan dan reparasi sebesar Rp. 353,923 miliar, dan sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp. 293,555 miliar. Sedangkan dari sektor primer penyumbang nilai investasi total hanya berasal dari dua sektor, yaitu sektor peternakan Rp. 76,797 miliar dan sektor tanaman pangan dan perkebunan sebesar Rp. 49,830 miliar Tabel 5.2. Tabel 5.2. Realisasi Total Investasi Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 No Sektor Proyek Investasi miliar rupiah Tenaga Kerja I SEKTOR PRIMER 9 126,628 1.933 1 Tanaman Pangan dan Perkebunan 5 49,830 1.399 2 Peternakan 4 76,797 654 3 Kehutanan 4 Perikanan 5 Pertambangan II SEKTOR SEKUNDER 220 22.008,308 66.893 6 Industri Makanan 27 1.807,729 7.307 7 Industri Tekstil 37 972,593 25.008 8 Industri Barang Dari Kulit dan Alas Kaki 2 69,733 982 9 Industri Kayu 4 60,119 253 10 Industri Kertas dan Percetakan 11 10.423,644 7.144 11 Industri Kimia dan Farmasi 13 1.189,013 1.729 12 Industri Karet dan Plastik 25 507,763 2.978 13 Industri Mineral Non Logam 2 60,362 327 14 Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 72 4.223,058 13.885 15 Industri Instrumen Kedokteran, Presisi, Optik dan Jam 16 Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 24 2.558,910 6.845 17 Industri Lainnya 3 135,380 435 III SEKTOR TERSIER 96 1.410,351 3.465 18 Listrik, Gas dan Air 1 9,120 24 19 Konstruksi 3 426,848 766 20 Perdagangan dan Reparasi 64 353,923 1.367 21 Hotel dan Restoran 2 128,530 162 22 Transportasi, Gudang dan Komunikasi 4 77,134 128 23 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 3 293,555 192 24 Jasa Lainnya 19 121,239 826 JUMLAH 325 23.545,288 72.351 Sumber: BPS Jabar 2008 Total investasi sebesar Rp. 23.545,288 miliar tersebut hanya tersebar di 16 kabupaten dan kota dari total 25 kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Ada sembilan kabupaten dan kota yang tidak mendapatkan sepeser pun nilai total investasi pada tahun 2007 tersebut, yaitu Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Kuningan, Kota Cirebon, Kabupaten Garut, Kota Tasikmalaya, Kota Sukabumi, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Tasikmalaya Tabel 5.3. Tabel 5.3. Nilai Total Realisasi Investasi Kabupaten dan Kota Jawa Barat NO NAMA KOTAKABUPATEN Realisasi Investasi tahun 2007 Miliar Rp 1 Kabupaten Ciamis 0,00 2 Kota Banjar 0,00 3 Kabupaten Kuningan 0,00 4 Kabupaten Karawang 12,437,69 5 Kabupaten Sumedang 77,10 6 Kabupaten Purwakarta 467,99 7 Kota Cirebon 0,00 8 Kabupaten Garut 0,00 9 Kota Bandung 352,66 10 Kota Tasikmalaya 0,00 11 Kabupaten Majalengka 69,70 12 Kota Bogor 7,73 13 Kabupaten Cianjur 36,10 14 Kabupaten Bandung 333,44 15 Kabupaten Subang 138,40 16 Kota Sukabumi 0,00 17 Kabupaten Indramayu 0,00 18 Kabupaten Cirebon 495,44 19 Kabupaten Bogor 1,378,57 20 Kabupaten Tasikmalaya 0,00 21 Kabupaten Sukabumi 108,50 22 Kota Cimahi 46,30 23 Kota Bekasi 83,84 24 Kota Depok 304,84 25 Kabupaten Bekasi 7,207,00 Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat 2008 Untuk kabupaten dan kota yang menerima nilai total realisasi investasi terbesar adalah Kabupaten Karawang dengan nilai Rp. 12.437,69 miliar. Peringkat kedua sampai dengan kelima ditempati oleh Kabupaten Bekasi Rp. 7.207 miliar, Kabupaten Bogor Rp. 1.378,57 miliar, Kabupaten Cirebon Rp. 495,44 miliar, dan Kabupaten Purwakarta Rp.467,99 miliar. Sedangkan peringkat lima terbawah penerima nilai total realisasi investasi di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 ditempati oleh Kabupaten Sumedang Rp. 77,10 miliar, Kabupaten Majalengka Rp. 69,70 miliar, Kota Cimahi Rp. 46,20 miliar, Kabupaten Cianjur Rp. 36,10 miliar, dan Kota Bogor dengan peringkat terbawah dengan nilai pendapatan investasi sebesar Rp. 7,73 miliar rupiah. Ketidakmerataan tersebut diduga karena perilaku pelaku usaha ataupun investor dalam menentukan daerah tujuan investasinya. Mereka lebih memilih daerah yang memberikan akses kemudahan dengan pasar, potensi pasar untuk menjual produk yang besar, dekat dengan sumber daya sebagai faktor input, dan infrastruktur industri yang mendukung. Sebagai contoh adalah Kabupaten Bekasi yang memiliki iklim investasi yang terburuk di Jawa Barat Tabel 5.1, tetapi pada kenyataannya Kabupaten Bekasi mendapatkan jumlah investasi terbesar kedua setelah Kabupaten Karawang. Beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut adalah letak geografis Kabupaten Bekasi yang berdekatan dengan Provinsi DKI Jakarta merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi pelaku usaha karena DKI Jakarta memiliki potensi pasar yang sangat besar bagi pelaku usaha untuk menjual produk mereka kepada konsumen. Selain itu, DKI Jakarta juga memiliki Pelabuhan Laut dan Udara bertaraf internasional yang berfungsi untuk memasarkan produk pelaku usaha ke berbagai daerah baik ke pasar domestik maupun ke pasar luar negeri. Selain itu, Kabupaten Bekasi sendiri telah memiliki banyak kawasan industri terpadu, misalnya kota JABABEKA yang ada di Cikarang dan infrastruktur jalan tol yang sangat mendukung kemudahan dalam lalu lintas produk dari Kabupaten Bekasi ke daerah lainnya dengan waktu yang lebih cepat dan biaya yang lebih murah. Hal tersebut merupakan alasan utama yang sering diungkapkan pelaku usaha kenapa Kabupaten Bekasi menjadi tempat para investor menanamkan investasinya. Alasan tersebut juga berlaku untuk Kabupaten Karawang yang letak geografisnya berada di sebelah Kabupaten Bekasi. Sedangkan alasan pelaku usaha untuk memilih Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Purwakarta sebagai tempat investasinya lebih disebabkan oleh faktor sumberdaya alam yang merupkan faktor input proses produksinya, potensi pasar yang cukup besar dan ketersediaan infrastruktur jalan tol. Sedangkan untuk kawasan industri di daerah tersebut masih baru berkembang dan belum menjadi daya tarik utama investor. Untuk sembilan kabupaten dan kota yang tidak mendapatkan realisasi investasi tahun 2007 diduga karena tidak tercatatnya pelaku usaha kecil yang menanamkan modalnya di daerah tersebut. Menurut survei TKED, Jawa Barat banyak memiliki usaha kecil dan menengah yang tidak memiliki Tanda Daftar Perusahaan TDP. Hubungan antara TDP dengan investasi cukup erat dalam menggambarkan jumlah investasi daerah karena pelaku usaha secara resmi terdaftar oleh Pemda dan dapat diketahui perkembangan investasi perusahaan tersebut. Hal lain yang mungkin terjadi saat survei TKED ini dilakukan yang menjadi responden adalah perusahaan yang telah memiliki umur perusahaan lebih dari 1 tahun dan hanya menanamkan investasi sebelum tahun 2007. Maka dari hal tersebut diduga keterkaitan antara iklim investasi dan realisasi di sembilan kabupaten tersebut sangat rendah, walaupun peringkat sembilan kabupaten dan kota tersebut pada survei TKED cukup tinggi.

5.3. Hubungan Keterkaitan Iklim Investasi Berdasarkan Persepsi Pelaku