Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan Nilai Tambah

konteks jejaring rantai pasokan pertanian menyeluruh. Setiap perusahaan diposisikan dalam sebuah titik dalam lapisan jejaring. Gambar 2. Skema rantai pasokan pertanian Vorst, 2004

2.3. Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Lau, Pang, Wong 2002 kemitraan di antara anggota rantai pasokan dilakukan untuk menjamin kualitas produk dan efektivitas rantai pasokan yang selanjutnya akan menghasilkan solusi yang menguntungkan. Pengembangan rantai pasokan yang efektif dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, memilih kelompok pemasok berdasarkan reputasi industri dan transaksi sebelumnya tentang harga dan kualitas melalui program penilai pemasok. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan pemasok terbaik dalam industri yang menjamin kualitas pasokan. Kedua, memilih pemasok yang memiliki hubungan erat manajemen rantai pasokan dengan strategi perusahaan. Langkah ini akan meminimalkan konflik target strategis dengan para mitra. Kemitraan rantai pasokan bersifat jangka panjang dan merupakan keputusan penting yang membutuhkan komitmen semua pihak. Ketiga, membentuk kemitraan rantai pasokan melalui negosiasi dan kompromi. Tahap keempat, membangun saluran untuk menjamin pengetahuan tentang informasi produksi yang diberikan tepat waktu melalui perjanjian teknologi. SCM harus menjamin ketepatan waktu, efektivitas biaya, dan sistem informasi yang komprehensif untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam membuat keputusan pasokan yang optimal. Terakhir, sistem monitoring untuk memantau kinerja mitra yang dimaksudkan untuk memelihara hubungan dengan pemasok dalam menjamin administrasi yang layak dari pengendalian logistik yang efisien. Konsumen Distributor P e m a n g k u K e p e n ti n g a n l a in n y a Agroindustri PetaniPemasok

2.4. Nilai Tambah

Produk pertanian yang bersifat perishable mudah rusak dan bulky kamba yang dimiliki produk pertanian memberikan motivasi kepada petani untuk melakukan penanganan yang tepat sehingga produk pertanian tersebut siap dikonsumsi oleh konsumen. Dalam sistem komoditas pertanian terjadi arus komoditas yang mengalir dari hulu ke hilir, yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Dalam perjalanan tersebut, komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah Sudiyono, 2001 Menurut Hayati et. Al, 1987 dalam Sudiyono 2001, ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dikategorikan menjadi dua faktor yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain. Kelebihan dari analisis nilai tambah oleh Hayami adalah: 1 Dapat diketahui besarnya nilai tambah. 2 Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor produksi. 3 Dapat diterapkan di luar sub sistem pengolahan, misalnya kegiatan pemasaran Sudiyono, 2001. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1 Membuat arus komoditas yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditas, lokasi, lamanya penyimpanan dan berbagai perlakuan yang diberikan. 2 Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan parsial. 3 Memilih dasar perhitungan, yaitu satuan input bahan baku bukan satuan output Sudiyono, 2001. Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah menurut Hayami untuk sub sistem pengolahan adalah sebagai berikut: 1 Faktor konversi, merupakan jumlah output yang dihasilkan satu satuan input. 2 Koefisien tenaga kerja langsung, menunjukkan jumlah tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. 3 Nilai output, menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input Sudiyono, 2001.

2.5. Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan