Produk Pasar Stakeholder Anggota Sekunder

Komunikasi yang terjalin antar anggota rantai pasokan kurang terintegrasi. Petani kurang mengetahui tentang perkembangan harga pasar. Komunikasi dari bandar sampai ritel saling terkoordinasi terutama tentang jumlah pasokan dan harga pasar. Namun, sudah ada keterbukaan tentang tentang kondisi pasar dar ritel sampai bandar.

4.3.2. Entitas Rantai Pasokan

Entitas rantai pasokan terdiri dari produk, pasar, stakeholder. Penjelasan masing-masing entitas rantai pasokan sebagai berikut:

1. Produk

Brokoli Cipanas biasanya diklasifikasikan menjadi tiga yaitu A, B, dan C, dicantumkan dalam Tabel 10. Kualitas A dan sebagian kualitas B diperuntukkan untuk supermarket dan restoran. Sedangkan C dan sebagian B untuk pasar induktradisional. Tabel 10. Standar kualitas brokoli Cipanas Standar Kualitas A Kualitas B Kualitas C Ukuran 1 kg berisi 2 atau 4 buah 1 kg berisi 2 buah Tak tentu Warna Hijau tua Hijau Hijau Tekstur Mulus, rata dan kepala bunga bersatu kompak Tidak busuk, rata dan kepala bunga bersatu Tidak busuk, tidak rata, kepala bunga tidak bersatu

2. Pasar

Pasar terdiri dari pasar induktradisional dan pasar modernsupermarket yang tersebar di daerah Cipanas, Sukabumi, dan Jabotabek.

3. Stakeholder

a. Petani kelompok Tani Kelompok tani brokoli terdiri dari 3 kelompok besar yang menyebar di daerah Cipanas. Masing-masing kelompok terdiri dari lebih kurang 45 orang. b. Bandar dan UD Terdiri dari tiga bandar dan 25 UD yang tersebar di Kecamatan Pacet dan Cipanas. c. Sub Terminal Agribisnis STA Sub terminal Agribisnis STA adalah institusi pelayanan pemasaran di pasar produsen pada daerah sentra produksi yang berfungsi sebagai tempat transaksi produk pertanian yang berkualitas, tempat distribusi, sumber informasi dan promosi, tempat perolehan sarana produksi, wadah pembinaan peningkatan kualitas grading, sortasi dan pengemasan. Tujuan pembangunan STA di Cipanas adalah: 1 Memperlancar dan meningkatkan efisiensi pemasaran. 2 Meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan posisi tawar petani. 3 Mempersingkat rantai tata niaga atau pemasaran. 4 Mengubah pola sistem usaha petani ke arah pola usaha agribisnis. 5 Mendidik petani produsen untuk meningkatkan mutu produk pertanian yang dihasilkan melalui persiapan jaminan mutu dan keamanan pangan. 6 Membangun jaringan kerja pemasaran. 7 Salah satu sumber pendapatan asli daerah. Fasilitas yang tersedia di STA adalah: 1 Bangunan utama yang berfungsi sebagai tempat transaksi seperti lelang, penjualan langsung, pelatihan serta tempat promosi. 2 Tempat parkir yang cukup luas dan aman. 3 Akses jalan yang mudah dan lancar. 4 Tempat bongkar muat yang memadai dan aman. 5 Gudang dan fasilitas penyimpanan dengan ruang pendingin. 6 Peralatan sortasi dan pengemasan. 7 Sarana informasi seperti telepon, faximile, dan internet. 8 Perkantoran. 9 Bak sampah sebagai fasilitas pengolahan limbah. Fungsi sub terminal agribisnis antara lain mencakup: 1 Menyediakan produk pertanian baik segar maupun olahan secara lengkap dengan volume yang besar dan dengan pasokan yang kontinu. 2 Membantu petani produsen dalam memasarkan komoditas pertanian dengan harga yang wajar dan terciptanya pasar bagi komoditas pertanian. 3 Membantu pedagang memperoleh pasokan yang cukup dan kontinu untuk berbagai komoditas yang diinginkan. 4 Sebagai sumber pendapatan asli daerah bagi pemerintah daerah setempat. 5 Sebagai tempat pelatihan atau magang bagi para pelaku bisnis. 6 Sebagai pusat pembinaan mutu hasil pertanian dan peningkatan nilai tambah. 7 Sebagai sistem transaksi penjualan cepat. 8 Sistem pembayaran yang lancar dan saling menguntungkan. 9 Pusat penampungan dan pendistribusian komoditas pertanian. 10 Pusat informasi hasil pertanian. 11 Arena promosi bagi komoditas pertanian unggulan. Berdasarkan hasil wawancara dan klarifikasi pejabat STA diperoleh infomasi bahwa STA Cigombong, Cianjur belum berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun sudah beroperasi dan ada transaksi setiap harinya, tapi masih jumlah yang terbatas karena banyak perusahaan dagang swasta UD yang lebih efisien menyalurkan hasil kemasannya dan mendistribusikan langsung ke Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Pengembangan STA di Cianjur sebenarnya telah memenuhi empat syarat faktor penggerak pembangunan, yaitu sumber daya alam atau bangunan fisik yang memadai, mempersiapkan kapasitas sumber daya manusia SDM melalui pelatihan-pelatihan baik kepada aparat dinas maupun sarjana pendamping, teknologi penanganan pasca panen. Dilengkapi juga dengan alat pasca panen dan ruang pendingin serta modal awal bagi bergulirnya kelembagaan STA yaitu adanya Bantuan Langsung Masyarakat BLM untuk menjalankan STA. Namun, dalam menjalankan aktivitasnya belum mampu merangkul berbagai pelaku agribisnis. Beberapa permasalahan pokok yang dihadapi bagi beroperasinya STA antara lain adalah: 1 Kurang disiapkannya secara sungguh-sungguh kelembagaan atau organisasi pengelolanya. 2 Proses pembentukan kelembagaan pengelola tidak melalui proses sosial yang matang. 3 Tugas, fungsi serta hak dan kewajiban masing-masing tidak dirumuskan secara terperinci 4 Masalah manajemen, belum ada sistem pengelolaan yang dipandang tepat, manajer yang profesional, belum transparan, deskripsi kerja belum jelas, pembagian untung belum jelas. 5 Manajer umumnya adalah orang-orang yang tergabung dalam Asosiasi Manajemen Agribisnis AMC yang memiliki usaha pribadi. Sehingga ketika merangkap sebagai manajer STA timbul permasalahan dalam memilah kepentingan pribadi sebagai pedagang dan pengelola STA.

4. Bank