Model Supply Chain Operations Reference SCOR

c Tingkat 3 terdiri dari tingkat elemen proses dan mendefinisikan kemampuan perusahaan untuk bersaing secara sukses di pasar yang terpilih. d Tingkat 4 adalah tingkat implementasi, dimana manajemen rantai pasokan spesifik belajar untuk beradaptasi pada perubahan kondisi bisnis.

2.6. Model Supply Chain Operations Reference SCOR

Model SCOR adalah suatu model acuan dari operasi rantai pasokan. SCOR mampu memetakan bagian-bagian rantai pasokan. Menurut Punjawan 2005, pada dasarnya SCOR merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen bisnis yaitu business process reenginering, benchmarking, dan proses pengukuran ke dalam kerangka lalu lintas fungsi dalam rantai pasokan Bolstorff and Rosenbaum, 2003. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi berikut: a Business Process Reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan. b Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja terbaik yang diperoleh. c Proses pengukuran berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses rantai pasokan. Dalam model SCOR, Manajemen Rantai Pasokan didefinisikan sebagai proses perencanaan plan, pengadaan source, pembuatan make, penyampaian deliver, dan pengembalian return yang saling terintegrasi mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir, dan semua diluruskan oleh strategi operasional, aliran material, kerja dan informasi Bolstorff dan Rosenbaum, 2003. Kelima elemen proses tersebut memiliki fungsi berikut: a Perencanaan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan bahan baku, perencanaan kapasitas dan menyelaraskan rencana kesatuan rantai pasokan dengan rencana keuangan. b Pengadaan, proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang mencakup penjadwalan pengiriman dari pemasok, menerima, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim pemasok, memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok dan sebagainya. Jenis proses biasa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make to order, atau engineer-to-order products. c Pengolahan, yaitu proses untuk mentransformasi bahan bakukomponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan memproduksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target persediaan make-to- stock, atas dasar pesanan make-to-order, atau engineer-to-order. Proses yang terlibat antara lain penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengujian kualitas, mengelola barang setengah jadi work- inprocess, memelihara fasilitas produksi, dan sebagainya. d Pengiriman, merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi manajemen pemesanan, transportasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan. e Pengembalian, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian dan melakukan pengembalian. Post delivery customer support juga merupakan bagian dan proses pengembalian. Menurut Bolstorf dan Rosenbaum 2003, model SCOR meliputi tiga tingkat proses. Ketiga tingkat tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan penguraian atau dekomposisi proses dari yang umum ke yang detail. Model penguraian proses dikembangkan untuk mengarahkan pada satu bentuk khusus dari elemen-elemen proses. Ketiga tingkat tersebut adalah: Tingkat 1.Top level mendefinisikan cakupan untuk lima proses manajemen inti model SCOR, yaitu perencanaan, pengadaan, pengolahan, pengiriman dan pengembalian dalam rantai pasokan perusahaan, dan bagaimana kinerja mereka terukur. Tingkat 2.Configuration level kategori proses mendefinisikan bentuk dari perencanaan planning dan pelaksanaan proses dalam aliran bahan baku, menggunakan kategori standar seperti stock, to-order dan engineer-to-order. Rantai pasokan perusahaan bisa dikonfigurasi pada tingkat ini dari 30 kategori proses inti. Perusahaan menerapkan strategi operasi berdasarkan bentuk yang dipilih untuk rantai pasokan. Tingkat 3.Process element level proses penguraian mendefinisikan proses bisnis yang digunakan untuk transaksi penjualan pesanan, pembelian pesanan, pemrosesan pesanan, hak pengembalian, penambahan lagipenggantian persediaan dan peramalan. Tingkat ini mengandung definisi elemen proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses serta referensi benchmark dan practice. Dengan melakukan analisis dan dekomposisi proses, SCOR dapat mengukur kinerja rantai pasokan secara obyektif berdasarkan data dan dapat mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing. Implementasi SCOR membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk menggambarkan proses bisnis saat ini maupun mendefinisikan proses yang diinginkan. 2.7. Penelitian Terdahulu 1. Setiawan 2009, melakukan penelitian tentang pemilihan sayuran dataran tinggi unggulan. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Pemilihan produk sayuran dataran tinggi unggulan kemudian dilakukan dengan pendekatan metode perbandingan eksponensial MPE. Informasi yang dibutuhkan didapat melalui observasi lapangan dan wawancara terhadap pihak yang ahli dalam bidang sayuran dataran tinggi. Selanjutnya di identifikasi kriteria-kriteria yang berpengaruh terhadap pemilihan sayuran unggulan dataran tinggi, dan alternatif produk sayuran dataran tinggi yang potensial berdasarkan kriteria tersebut. Pemilihan sayuran unggulan dataran tinggi menggunakan kriteria sebagai berikut: ketersediaan bibit, ketersediaan sarana produksi, kualitas produk, kontinuitas produk, ketersediaan produk, potensi pasar domestik dan ekspor, margin keunungan, risiko, dan kemitraan. Hasil analisis menggunakan metode MPE menghasilkan tiga komoditas sayuran terpilih yang mempunyai nilai tertinggi yaitu paprika, lettuce dan brokoli. Berdasarkan perhitungan MPE ketiga sayuran tersebut berturut-turut mendapatkan nilai yaitu 9.451, 8.821 dan 6.979 2. Feifi 2008, meneliti tentang rantai pasokan kedelai edamame di PT Saung Mirwan. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Nilai tambah paling besar yang diterima oleh anggota rantai pasokan adalah pada PT Saung Mirwan, yaitu 24,14 persen. Dari perhitungan kinerja petani dengan DEA per bulannya menunjukkan bahwa petani Pasir Muncang menunjukkan nilai kinerja yang tidak efisien. Pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan pada PT Saung Mirwan menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu sebesar 87,93 persen. Dari keempat perspektif tersebut, pencapaian target terendah adalah pada perspektif proses bisnis internal yaitu sebesar 76,24 persen. Hal ini dikarenakan pada kapabilitas pemasokmitra tani tidak dapat memenuhi target-target yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga berimbas pada kinerja manajemen yang dilaksanakan. Sedangkan pada perspektif pelanggan pencapaian target sebesar 88,18. Sasaran yang tidak tercapai adalah pada citra perusahaan. Untuk itu, inisiatif strategi yang tepat adalah meningkatkan kinerja mitra tani agar dapat terus memenuhi kepuasan pelanggan.

III. METODE PENELITIAN