II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Brokoli
Brokoli yang mempunyai nama latin Brassica Olerecea merupakan sayuran sub tropis yang termasuk dalam golongan tanaman kubis-kubisan. Menurut
Sunarjono 1980, taksonomi dari brokoli adalah sebagai berikut:
Divisi : Embryophyta siphonogomo atau Spermatophyta
Sub divsi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Brassicales Rhoedales
Famili : Brassicaceae Cruciferae
Genus : Brassica
Species : oleracea L
Varietas : botrytis L dan forma cysoma lamm
Brokoli sebagai grup Italica dan memiliki nama umum lainnya yaitu calíbrese, memiliki morfologi mirip dengan kubis bunga putih cauliflower.
Brokoli membentuk sejenis kepala bunga yang terdiri dari kuntum-kuntum berwarna hijau dengan tangkai bunga yang berdaging dan lonjong berdaun lebar.
Cabang banyak dan tangkai bunga muncul dari dasar daun Rukmana, 1994. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan produksi jenis sayuran
adalah 15,5–18,0 °C, dan maksimum 24 °C. Brokoli merupakan tanaman yang sangat peka terhadap temperatur, terutama pada periode pembentukan bunga.
Brokoli cocok ditanam dengan jenis tanah lempung berpasir tetapi mampu beradaptasi terhadap tanah ringan seperti Andosol. Namun syarat yang paling
penting adalah keadaan tanahnya subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek menggenang, kisaran pH tanah adalah 5,5–6,5 dan pengairannya
cukup memadai Rukamana, 1994. Komposisi nutrisi yang terkandung dalam brokoli per 100 gram sayur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi nutrisi brokoli per 100 gram sayur
Nutrisi Jumlah
Air 90,0
Energi kal 23,0
Protein gram 35
Lemak gram 0,2
Karbohidrat gram 2,0
Serat gram -
Abu gram -
Kalsium mg 78,0
Fosfor mg 74,0
Besi mg 1,0
Natrium mg 40,0
Kalium mg 360,0
Vitamin A IU 3800
Tiamin mg 0,11
Riboflavin mg 0,10
Niacin mg 0,6
Ascorbic Acid mg 110,0
Sumber : Splittstoesser dalam Ashari, 1995
2.2. Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan
Menurut Pujawan 2005 definisi rantai pasokan adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan
suatu produk ke tangan pemakai akhir secara bersama-sama. Perusahaan- perusahaan tersebut biasanya pemasok, pabrik, distributor, toko, ritel, serta
perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Menurut Indrajit dan Pranoto 2002, rantai pasokan adalah suatu sistem
tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai
organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Sedangkan menurut Nahmias 2005, sebuah rantai pasokan adalah seluruh jaringan terkait pada aktivitas sebuah firma yang mengaitkan pemasok, pabrik,
gudang, toko, pelanggan. Menurut Vorst 2004, Manajemen Rantai pasokan dipopulerkan pertama
kalinya pada tahun 1982 sebagai pendekatan manajemen persediaan yang menekankan pada pasokan bahan baku. Pada tahun 1990-an, isu manajemen
rantai pasokan telah menjadi agenda para manajemen senior sebagai kebijakan strategis perusahaan. Para manajer senior menyadari bahwa keunggulan daya
saing perlu didukung oleh aliran barang dari hulu pemasok sampai hilir pengguna akhir secara efisien dan efektif yang sejalan dengan aliran informasi.
Beberapa tahapan yang harus dilalui oleh aliran barang dari hulu hingga hilir, yaitu pemasok, pabrik, distribusi, ritel dan konsumen akhir. Hal ini diilustrasikan
dalam Gambar 1.
Gambar 1. Skema sistem rantai pasokan Vorst, 2004 Manajemen rantai pasokan adalah keterpaduan antara perencanaan,
koordinasi dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasokan untuk menghantarkan nilai superior dari konsumen dengan biaya termurah kepada
pelanggan. Rantai pasokan lebih ditekankan pada seri aliran bahan dan informasi, sedangkan manajemen rantai pasokan menekankan pada upaya
memadukan kumpulan rantai pasokan Vorst, 2004. Pada tingkat agroindustri, manajemen rantai pasokan memberikan perhatian pada pasokan, persediaan dan
transportasi pendistribusian. Menurut Austin 1981, agroindustri menjadi pusat rantai pertanian yang
berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian di pasar. Agroindustri membutuhkan pasokan bahan baku yang berkualitas dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Brown 1994 untuk mendapatkan pasokan bahan baku yang berkualitas diperlukan standar dasar komoditas,
sedangkan kuantitas pasokan perlu memperhatikan produktivitas tanaman. Gambar 2 merupakan aliran produk di setiap tingkatan rantai pasokan dalam
Ritel Pemasok
Pemasok Pemasok
Pabrik Pabrik
Pabrik Pelanggan
Distributor Distributor
Ritel Ritel
Pelanggan
Pelanggan Pelanggan
konteks jejaring rantai pasokan pertanian menyeluruh. Setiap perusahaan diposisikan dalam sebuah titik dalam lapisan jejaring.
Gambar 2. Skema rantai pasokan pertanian Vorst, 2004
2.3. Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan