II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsi dan Pemanfaatan Waduk
Waduk merupakan danau buatan yang besar. Menurut komisi dam dunia, waduk yang besar yaitu bila tinggi bendungan lebih dari 1
5 m. Pembangunan waduk besar di Indonesia sebanyak 80 terdapat di Pulau Jawa, salah satunya
ialah Waduk Cirata. Waduk Cirata adalah bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA dengan tipe Concerete Faced Rockfill Dam CFRD, yaitu bendungan
dengan muka beton. Waduk adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia
Ariestamaya 2012. Waduk memiliki fungsi ekonomi dan ekologi baik bagi masyarakat
maupun lingkungan waduk itu sendiri. Fungsi ekologi waduk menyangkut ekosistem yang berada di waduk baik yang biotik maupun abiotik. Namun,
terdapat permasalahan ekologis waduk seperti menurunnya kualitas air akibat
masuknya bahan pencemar yang berasal dari perikanan, sampah pemukiman, sedimentasi, industri, pertanian dan perikanan
.
Fungsi ekonomi waduk berupa pemanfaatan waduk oleh masyarakat sekitar waduk maupun masyarakat diluar
wilayah waduk yang mendapatkan manfaat ekonomi dari keberadaan waduk. Waduk Cirata termasuk waduk yang pemanfaatannya tinggi sebagai upaya
memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat sekitar waduk. Pemanfaatan waduk untuk kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung KJA lebih terlihat
dibandingkan dengan kegiatan lain yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam waduk KLH 2003.
Waduk Cirata yang memiliki fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA membawa dampak lain bagi masyarakat. Dampak positif
pemanfaatan waduk yaitu dengan memanfaatkan potensi perekonomian waduk dan dampak negatif seperti terjadinya perubahan kualitas lingkungan khususnya
air waduk terhadap pemanfaat waduk. Pemanfaatan Waduk Cirata yang sangat terlihat antara lain oleh petani ikan KJA, nelayan tangkap, dan unit usaha sekitar
Waduk Cirata BPWC 2011.
2.2 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menurut Fauzi 2004, konsep nilai ekonomi bukan hanya menyangkut nilai pemanfaatan langsung dan tidak langsung, tetapi lebih luas dari itu. Dari sisi
ekonomi, konsep nilai akan berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Dengan demikian nilai ekonomi dari sumberdaya alam dan lingkungan adalah jasa dan
fungsi sumberdaya yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan manusia, dimana kesejahteraan ini diukur berdasarkan setiap individual assessment
terhadap dirinya sendiri. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama antara berbagai disiplin ilmu tersebut adalah dengan
memberikan harga terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya dan lingkungan.
Pengertian nilai khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan bisa saja berbeda jika dipandang
dari berbagai disiplin ilmu. Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa
untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut sebagai keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan
jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistem dapat terlihat dengan
mengukur nilai moneter dari barang dan jasa Anna 2007.
2.3 Contingent Valuation Method CVM
Metode Contingent Valuation Method CVM digunakan untuk
mengestimasi nilai dari barang-barang yang tidak dipasarkan seperti barang lingkungan dan jasa lingkungan. Preferensi responden mengenai peningkatan atau
penurunan kualitas lingkungan diperoleh melalui survei untuk mengetahui berapa banyak responden yang bersedia membayar untuk kelestarian maupun perbaikan
lingkungan, atau untuk menerima pembayaran atas ganti rugi dari kerusakan lingkungan tertentu. Menurut Tientenberg 1996, kesediaan membayar WTP
didapatkan dari sekelompok individu yang menyatakan preferensinya secara langsung mengenai kualitas lingkungan tertentu.
Menurut Hanley dan Spash 1993, CVM memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang tidak diperdagangkan di pasar. Teknik ini dilakukan
dengan mengumpulkan sampel mengenai Willingness to Pay WTP atau Willingness to Accept WTA dari perubahan level jasa lingkungan dalam suatu
pasar hipotetik. Nilai WTP merupakan estimasi nilai ganti rugi untuk perbaikan kesejahteraan.
Literatur ekonomi menunjukkan pertanyaan CVM yang valid dari WTP harus mencakup tiga komponen: 1 penjelasan rinci tentang sumber daya untuk
dihargai, termasuk kondisi awal dan kondisi alternatif skenario hipotetis; 2 pilihan bentuk dan frekuensi pembayaran seperti pajak; dan 3 bagaimana
responden ditanyakan nilai WTP mereka, seperti pertanyaan terbuka, pembayaran kartu, atau referendum pada jumlah tertentu Mitchell dan Carson 1989.
2.3.1 Willingness to Pay WTP
Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian
terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. WTP menghitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau
masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan kondisi yang
diinginkan. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan Hanley dan Spash 1993. Menurut Fauzi 2014, penilaian yang
didasarkan pada substitutability dapat diindikasikan melalui willingness to pay atau willingness to accept. WTP diartikan sebagai sejumlah maksimum uang yang
sanggup dibayar oleh seseorang. Nilai WTP dapat menggambarkan manfaat dari suatu kebijakan yang akan diajukan seperti perbaikan lingkungan. Metode
Elisitasi adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar dari responden dengan menanyakan besarnya pembayaran melalui format tertentu
Fauzi 2014. Terdapat empat metode untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTPWTA responden, yaitu:
1 Metode Tawar Menawar Bidding Game
Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar atau menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai