diakses dan dibuka peluang berusahanya untuk berkolaborasi dengan masyarakat.
2. Secara serius dan berkesinambungan pemerintah mengalokasikan dana reboisasi untuk kegiatan pembangunan hutan rakyat fisik dan non fisik,
penanaman, pemeliharaan, pengolahan hasil, dan pemasaran hasil. Dana ini dapat berupa bantuan cuma-cuma, kredit langsung oleh rakyat, dan model
kemitraan usaha hutan rakyat. 3. Komoditas yang dikembangkan dalam hutan rakyat harus mencakup kayu, non
kayu, dan jasa lingkungan. 4. Pemerintah harus memberikan reward kepada pemilik dan pengelola hutan
rakyat yang telah menyelamatkan lingkungan, pemerintah jangan menciptakan kebijakan yang disinsentif misal membuat Perda yang memberatkan petani
hutan rakyat. 5. Semua pihak mendorong setiap pemerintah daerah untuk membuat peraturan
daerah yang berkaitan dengan pengumpulan dana publik dari pengguna jasa lingkungan untuk kepentingan pemeliharaan dan pengembangan hutan rakyat.
6. Semua pihak agar mengembangkan pengetahuan dan pemikiran dan disosialisasikan kepada publik Indonesia bahwa hutan rakyat mampu berfungsi
sebagai kawasan penyerap CO
2
, pemeliharaan satwa, dan konservasi flora, tanah dan air.
2.1.3 Luas dan Potensi Hutan Rakyat
Luasan hutan rakyat di Pulau Jawa setiap tahunnya berbeda-beda. Zain 1998 menyatakan bahwa luas hutan rakyat di Pulau jawa pada tahun 1995
adalah 228.520 hektar, sedangkan pada tahun 2004 adalah 725.237,86 hektar.
Berdasarkan Kajian BPKH XI dan MFP II 2009, Provinsi Banten memiliki taksiran luas hutan rakyat yang cukup besar yaitu seluas 322.153 ha atau sebesar
12,4 dari luas hutan rakyat yang ada di Pulau Jawa yaitu 2.209.250,55 ha. Provinsi yang memiliki luas hutan rakyat terbesar adalah Provinsi Jawa Barat
yang memiliki luasan hutan rakyat paling luas yaitu 942.698,13 ha atau 36,4, kemudian Provinsi Jawa Tengah dengan luas 742.923,17 ha atau 28,7 dan Jawa
Timur dengan luasan 523.629,25 ha atau 20,3. Luas dan produksi hutan rakyat
di Kabupaten Bogor Tahun 2009 untuk jenis sengon Paraserienthes falcataria yaitu seluas 3.354,96 ha dengan produksi 18.795,44 m
3
BP4K 2009. Dalam konteks potensi ekonomi kayu dari hutan rakyat, Winarno 2007
memperkirakan dengan potensi standing stock sekitar 40 juta m
3
dan daur tanam 7 tahun maka produksi kayu dari hutan rakyat dapat mencapai 6 juta m
3
per tahun. Prakiraan BPKH XI dalam MFP-II 2009 menyimpulkan bahwa dengan luasan
hampir 2,6 juta ha potensi total tegakan mencapai 74,77 juta m
3
atau rata-rata 28,92 m
3
ha, dan potensi produksi per tahun dapat mencapai 7,5 juta m
3
. Dalam konteks potensi hutan rakyat pada aspek lingkungan, Awang 2007
menyatakan bahwa tujuan jangka pendek penghijauan dalam pembangunan hutan rakyat adalah untuk mencegah banjir, erosi tanah dan kekeringan, meningkatkan
produktivitas tanah, sedangkan dalam jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan sebarannya, lokasi hutan rakyat di Jawa
sebagian besar 85 berada pada bagian tengah dan hulu daerah aliran sungai atau DAS, dengan demikian menjadi sangat penting perannya dalam hal menjaga
fungsi pengatur tata air dan pencegahan erosi serta longsor. Dari hasil listing sensus pertanian 2003 Badan Pusat Statistik 2004,
menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 2,32 juta rumah tangga yang mengusai tanaman sengon dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai 59,83
juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 25,84 pohon. Dari total sebanyak 59,83 juta pohon sengon, sekitar 24,61 juta pohon atau
41,14 diantaranya adalah merupakan tanaman sengon yang siap tebang. Hal ini memberikan indikasi bahwa tanaman sengon di Indonesia sebagian besar masih
berumur muda. Tanaman sengon di Jawa terkonsentrasi di tiga propinsi berturut-turut
adalah di Jawa Tengah 34,84, Jawa Barat 30,62 dan Jawa Timur 10,88, sementara di luar Jawa terdapat di dua propinsi yang cukup banyak
yaitu di Lampung 3,86 dan Kalimantan Timur 2,20. Meskipun persentase jumlah rumah tangga yang mengusai tanaman sengon di Jawa jauh lebih besar
dibanding di Luar Jawa yaitu mencapai 85,63 dari total Indonesia, tetapi rata- rata penguasaan tanaman per rumah tangga di Jawa hanya sekitar 25,25 pohon
sedangkan di luar Jawa mencapai 29,33 pohon. Demikian juga dengan kondisi
tanaman, di Jawa persentase tanaman sengon yang siap tebang terhadap total jumlah pohon seluruhnya hanya 39,10 BPS 2004. Produksi sengon di
Wonosobo pada tahun 2007 bisa mencapai 769.970 m
3
BPS 2007.
2.1.4 Manfaat dan Tujuan Hutan Rakyat