: nilai table t-student, dimana untuk kepraktisan biasanya digunakan nilai =
Selanjutnya untuk mengetahui struktur tegakan sengon dari tiga desa lokasi dilakukan pendekatan melalui persamaan distribusi eksponensial negatif negative
exponential distribution dari Meyer 1952 Davis at all 2001, yang didasarkan pada perbandingan pengurangan jumlah pohon yang tetap sejalan dengan
pertambahan diameter yang merupakan ukuran standar kenormalan pada tegakan tidak seumur, rumus tersebut adalah sebagai berikut:
N = ke
-Da
Keterangan : N = Jumlah pohon per hektar per kelas diameter
D = Diameter pohon setinggi dada e = angka dasar logaritma 2,7183
k = konstanta yang menunjukkan ciri kerapatan pohon per hektar a = nilai yang mencirikan slope dari kurva, yaitu garis yang menggambarkan laju penurunan
jumlah batang seiring bertambahnya kelas diameter. k dan a = nilai yang menunjukkan karaktertistik model dari hutan tidak seumur.
Untuk mengetahui perbedaan dari ketiga kurva persamaan distribusi eksponensial negatif dari ketiga desa contoh digunakan uji estimasi kurva
eksponensial curve estimation, sedangkan untuk mengetahui perbedaan struktur tegakan hutan rakyat antar desa contoh dari segi jumlah batang per kelas diameter,
digunakan uji anova satu arah, dengan hipotesa sebagai berikut: Ho: Tidak ada perbedaan signifikan antara ketiga desa dari segi jumlah batang
H1: Ada perbedaan signifikan antara ketiga desa dari segi jumlah batang, Dengan kriteria uji :
Tolak Ho jika Sig = , 5
Terima Ho jika Sig ≥ = , 5
3.4.2 Pengaturan Hasil
Konsep pengaturan hasil dalam penelitian ini mengacu kepada konsep pengaturan hasil lestari yang diterapkan pada Rencana Pengelolaan Hutan Jati
Masyarakat Koperasi Hutan Jaya Lestari KHJL Tahun 2009–2013, Desa Lambakara, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Pendekatan konsep kelestarian ini mirip dengan Metode Brandis The
Brandis Method 1856 Osmaston 1968 dan di dalam perhitungannya metode ini membutuhkan informasi sebagai berikut:
1. Penentuan kelas-kelas diameter berdasarkan hasil inventarisasi 2. Perhitungan jumlah pohon untuk tiap kelas diameter
3. Perhitungan apa yang dinamakan jangka waktu lewat the time of passage, yaitu waktu yang diperlukan oleh sebuah pohon untuk mencapai diameter
limit setelah melewati berbagai kelas diameter. 4. Penentuan apa yang dinamakan The causalty per cent utuk setiap kelas
diameter, yaitu persen jumlah pohon per kelas diameter yang mati, roboh karena angin atau ditebang sebelum mencapai umur tebang
Di dalam penelitian ini dalam menerapkan cara pengaturan hasil diatas memerlukan beberapa penyesuaian serta asumsi-asumsi yang disesuaikan dengan
kondisi tegakan yang ada di ketiga desa penelitian. Tegakan sengon dari hasil inventarisasi dikelompokkan ke dalam enam kelas diameter dengan interval
masing-masing kelas diameter 5 cm, dimana pohon-pohon dengan diameter lebih besar dari 30cm masuk kedalam kelas diameter satu dan pohon-pohon dengan
diameter kurang dari 10 cm termasuk kelas diameter lima dan enam. Dari enam kelas diameter tersebut tegakan dikelompokkan lagi menjadi tiga bagian yaitu
kelompok pohon yang mempunyai diameter dibawah 10 cm; kelompok pohon yang mempunyai diameter 10 – 30 cm sebagai tegakan persediaan dan
kelompok pohon yang memiliki diameter 30 cm up sebagai pohon layak tebang. Jatah tebang tahunan ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah batang yang siap
dipanen, yaitu pohon-pohon yang telah mencapai ukuran diameter 30 cm atau lebih dibagi jangka waktu lewat The time of passage sebesar 4 tahun yang
ditentukan berdasarkan asumsi rata-rata riap diameter per tahun adalah 5 cm yang artinya pohon-pohon yang berdiameter 10 cm akan mencapai kelas diameter 30
cm dalam waktu 4 tahun. Selanjutnya sisa tebangan digabung dengan jumlah pohon-pohon yang
tumbuh mencapai ukuran diameter layak tebang yang berasal dari kelompok tegakan persediaan dan merupakan jumlah pohon yang akan ditebang pada tahun
berikutnya. Jatah tebang tahun berikutnya juga dibagi jangka waktu lewat, demikian seterusnya, dengan catatan setiap menebang harus menanam kembali
minimal sama banyak dengan jumlah pohon yang ditebang. Dengan demikian diharapkan melalui pengaturan hasil berdasarkan pendekatan pada cara Metode
Brandis tersebut dapat menjamin perkembangan tegakan yang memberikan tersedianya pohon-pohon yang siap untuk ditebang tiap tahunnya.
Dalam penelitian ini, digunakan jangka waktu lewat 4 tahun dengan asumsi rata-rata riap diameter 5 cmtahun. Besaran riap ini selain ditentukan berdasarkan
hasil-hasil penelitian sebelumnya juga ditentukan atas hasil pengamatan saat penelitian di lapangan bahwa untuk rata-rata pohon yang berdiameter 25 – 30
cm dicapai dalam jangka daur 5 – 6 tahun. Asumsi tersebut dipertegas melalui hasil penelitian Sumarna 1961 yang menyatakan bahwa rata-rata riap diameter
tiap tahun berfluktuasi sampai dengan umur 6 tahun sekitar 4 – 5 cm. Rumus perhitungan pengaturan hasil hutan rakyat dengan pendekatan riap
dan sediaan tegakan standing stock ini disajikan pada Tabel 2. Guna menyelesaikan perhitungan jatah tebang tahunan disajikan pada Tabel 3, dan
digunakan beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Riap rata-rata diameter: 5 cmth
2. Persen kematian untuk mencapai kelas diameter 11-15 cm sebesar 20 Persen kematian untuk mencapai kelas diameter 16-20 cm sebesar 10.
Persen kematian untuk mencapai kelas diameter 21-25 cm sebesar 10 Persen kematian untuk mencapai kelas diameter 21-25 cm sebesar 0
3. Jangka waktu lewat = 4 tahun
Tabel 2 Rumus perhitungan pengaturan hasil
Nama Desa
Dusun Periode
Tahun ke-
Luas Hutan
Rakyat Jumlah batang per kelas diameter
10 cm 11 – 15
cm 16 – 20
cm 21 – 25
cm 26 – 30
cm 30 cm
X N6ha
N5ha N4ha
N3ha N2ha
N1ha A
L N6ha x
L N5ha x
L N4ha x
L N3ha x
L N2ha x
L N1ha x
L I : 1
P1 N6x0,8
N5x0,9 N4x0,9
N3 N2
2 P2
P1x0,8 N6x0,7
2 N5x0,8
1 N4x0,9
N3 3
P3 P2x0,8
P1x0,72 N6x0,6
5 N5x0,8
1 N4x0,9
4 P4
P3x0,8 P2x0,72
P1x0,65 N6x0,6
5 N5x0,8
1 5
P5 P4x0,8
P3x0,72 P2x0,65
P1x0,65 N6x0,6
5 II : 6
P6 P6x0,8
P4x0,72 P3x0,65
P2x0,65 P1x0,65
7 P7
P6x0,8 P5x0,72
P4x0,65 P3x0,65
P2x0,65 8
P8 P7x0,8
P6x0,72 P5x0,65
P4x0,65 P3x0,65
9 P9
P8x0,8 P7x0,72
P6x0,65 P5x0,65
P4x0,65 10
P10 P9x0,8
P8x0,72 P7x0,65
P6x0,65 P5x0,65
III : 11 P11
P10x0,8 P9x0,72
P8x0,65 P7x0,65
P6x0,65 dan
seterus nya
tn Ptn
P tn-1 x0,8
Ptn-2 x0,72
Ptn-3 x0,65
P tn-4 x0,65
P tn-5 x0,65
Tabel 3 Rumus perhitungan jatah tebang tahunan JTT
Nama Dusun
Tahun ke-
Jumlah pohon layak tebang
JPLT JTT
Sisa Keterangan
A 1
N1 x L = F1 F14 =
E1 F1 – E1
= S1 Penanaman P1 =
penebangan E1 2
S1 + N2 x L = F2
F24 = E2
F2 – E2 = S2
Penanaman P2 = penebangan E2
3 S2 + N3 x L = F3
F34 = E3
F3 – E3 = S3
Penanaman P3 = penebangan E3
4 S3 + N4x0,9 x L
= F4 F44 =
E4 F4 – E4
= S4 Penanaman P4 =
penebangan E4 5
S4 + N5x0.81 x L = F5
F54 = E5
F5 – E5 = S5
Penanaman P5 = penebangan E5
6 S5 + N6x0,65x L
+ P1x0,65 = F6 F64 =
E6 F6 – E6
= S6 Penanaman P6 =
penebangan E6 7
S6 + P2x0,65 = F7
F74 = E7
F7 – E7 = S7
Penanaman P7 = penebangan E7
8 S7 + P3x0,65 =
F8 F84 =
E8 F8 – E8
= S8 Penanaman P8 =
penebangan E8 9
S8 + P4x0,65 = F9
F94 = E9
F9 – E9 = S9
Penanaman P9 = penebangan E9
10 S9 + P5 x0,65 =
F10 F104 =
E10 F10 –
E10 = S10
Penanaman P10 = penebangan E10
11 S10 + P6x0,65 =
F11 F114 =
E11 F11 –
E11 = S11
Penanaman P11 = penebangan E11
Dan seterusnya
tn Stn-1 + Ptn-1 =
Ftn Ftn4 =
Etn Ftn – Etn
= Stn Penanaman Ptn =
penebangan Etn
Keterangan: L = luas hutan rakyat efektif tingkat dusun ha
Ni = jumlah batang aktual sebelum konsep pengaturan hasil diterapkan Nhektar x L dusun pada kelas umur ke-i
Ft = jumlah pohon layak tebang JPLT pada tahun ke-t Et = jatah tebang tahunan JTT pada tahun ke-t
Pt = jumlah pohon yang ditanam minimal sama dengan Et St = sisa tebangan pada tahun ke t
t
= tahun 1, 2, 3, ........... n
3.4.3 Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan petani