tanaman, di Jawa persentase tanaman sengon yang siap tebang terhadap total jumlah pohon seluruhnya hanya 39,10 BPS 2004. Produksi sengon di
Wonosobo pada tahun 2007 bisa mencapai 769.970 m
3
BPS 2007.
2.1.4 Manfaat dan Tujuan Hutan Rakyat
Hutan rakyat mempunyai manfaat positif baik secara ekonomi maupun ekologi. Hutan rakyat secara ekonomi dapat meningkatkan pendapatan pemilik
hutan rakyat, penyediaan lapangan kerja, dan memacu pembangunan ekonomi daerah, sedangkan secara ekologi hutan rakyat mampu berperan positif dalam
mengendalikan erosi dan limpasan permukaan, memperbaiki kesuburan tanah, dan menjaga keseimbangan tata air Mustari 2000.
Tujuan utama usaha hutan rakyat yakni meningkatkan kesejahteraan para petani, disamping manfaat lain seperti kayu dan hasil hutan lainnya; pengawetan
tanah dan air; perlindungan tanaman-tanaman pertanian; dan perlindungan satwa liar Hardjanto 2003. Awang 2007 menjelaskan tujuan pembangunan hutan
rakyat diantaranya meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal yang tidak produktif secara optimal dan lestari; membantu meningkatkan keanekaragaman
hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat; membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan, bahan baku industri dan kayu bakar; meningkatkan
pendapatan masyarakat
tani di
pedesaan sekaligus
meningkatkan kesejahteraannya; dan memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada
lahan milik rakyat yang berada di kawasan perlindungan daerah hulu DAS. Rahayu dan Awang 2003 mengemukakan bahwa hutan rakyat memberi
kepastian tambahan pendapatan harian dari tanaman berumur pendek dan tabungan dari tanaman berumur panjang; lebih mudah dan murah dipelihara
daripada perkebunan atau areal tanaman semusim karena menyediakan pakan ternak atau kayu bakar serta tidak perlu pupuk dan disiangi; menguntungkan
secara lingkungan karena bisa menumbuhkan siklus hara.
2.1.5 Permasalahan Pengelolaan Hutan Rakyat
Darusman dan Hardjanto 2003 mengidentifikasikan beberapa masalah dalam pengelolaan hutan rakyat diantaranya, aspek produksi, berkaitan dengan
persoalan bagaimana mempertahankan produktivitas hutan; aspek pengolahan, berkaitan dengan semua tindakan mengubah bahan baku menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi; aspek pemasaran, berkaitan dengan sistem distribusi, struktur pasar, penentuan harga, perilaku pasar, dan keragaan pasar; serta aspek
kelembagaan yang berkaitan dengan perlunya penyempurnaan kelembagaan pada setiap subsistem pengusahaan hutan rakyat.
Sementara itu, beberapa kendala dalam pengembangan hutan rakyat berkelanjutan menurut BPKH XI dan MFP-II 2009, diantaranya: 1 pemenuhan
kebutuhan dasar, berkaitan minimnya luas kepemilikan lahan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga dan penanaman hutan rakyat; 2 hak kepemilikan
lahan, berkaitan dengan pengambilan keputusan atas lahan; 3 antipati terhadap pohon tertentu, berkaitan dengan mitos di masyarakat atas jenis-jenis pohon
tertentu yang tumbuh alami di lahan mereka; 4 lahan yang kritis, berkaitan dengan kondisi fisik lahan yang sukar diusahakan; 5 keterbatasan modal dan
tenaga kerja; 6 konversi lahan hutan ke pertanian; 7 persepsi yang keliru, berkaitan dengan pengalaman masyarakat sebelumnya; dan 8 kelangkaan
informasi khususnya dalam ketidakjelasan prospek pemasaran jenis kayu yang dianjurkan.
2.2 Konsep Kelestarian Hasil