Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, Lingkungan

62

6.1.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, Lingkungan

Lingkungan sosial, budaya, demografis dapat membentuk cara orang hidup, bekerja, memproduksi dan mengonsumsi. Hal ini dapat menciptakan jenis konsumen yang berbeda dan meningkatkan keinginan untuk menciptakan kebutuhan akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula. Beberapa hal yang mendasar yang menjadi faktor terkait dengan lingkungan ini adalah : 1 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Penduduk kota Bogor terus bertambah dari waktu ke waktu. Ketika sensus pertama kali tahun 1961, penduduk pertama kali tahun 154,1 ribu jiwa. Jumlah penduduk kota Bogor mencapai 855,085 jiwa pada tahun 2005. Angka ini terus meningkat pada tahun 2010 mencapai 949.066 jiwa. Pada Tabel 23 dapat dilihat laju pertumbuhan penduduk kota Bogor dari tahun 2000-2010. Tabel 23. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor 2000-2010 Wilayah Persentase Bogor Tengah 1,15 Bogor Selatan 2,07 Bogor Timur 2,09 Kota Bogor 2,39 Bogor Barat 2,39 Bogor Utara 2,59 Tanah Sareal 3,43 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2011 Tingkat pertumbuhan penduduk juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Selama periode 2000-2010 tingkat pertumbuhan penduduk tercatat meningkat 2.39 persen. Dengan luas wilayah 111,73 kmĀ² ditempati penduduk sebanyak 8.494 jiwa. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio pada tahun 2010 yang nilainya lebih besar dari 100, yaitu 104, yang artinya untuk setiap 100 perempuan terdpat 104 63 penduduk laki-laki. Pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Tanah Sareal sebesar 3, 43 persen 9 . 2 Perilaku Konsumsi Kemajuan teknologi dan globalisasi informasi membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien. Preferensi masyarakat berubah dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Perubahan pola konsumsi masyarakat ditunjukkan pada kecenderungan masyarakat yang mulai menyukai makanan siap saji. Hal ini juga berlaku untuk makanan pokok maupun makanan selingan seperti roti dan kue.. Pada Tabel 24 dapat dilihat persentase pola konsumsi makanan jadi di Indonesia yang persentasenya cenderung meningkat setiap tahunnya. Tabel 24. Persentase Pola Konsumsi di Indonesia Tahun 2005-2009 Jenis Makanan Persentase Pola Konsumsi Persen 2005 2006 2007 2008 2009 Padi-padian 8.54 11.37 10.15 9.57 8.86 Umbi-Umbian 0.58 0.59 0.56 0.53 0.51 IkanUdangCumiKerang 4.66 4.72 3.91 3.96 4.29 Daging 2.44 1.85 1.95 1.84 1.89 Telur dan Susu 3.12 2.96 2.97 3.12 3.27 Sayur-Sayuran 4.05 4.42 3.87 4.02 3.91 Kacang-Kacangan 1.7 1.63 1.47 1.55 1.57 Buah-Buahan 2.16 2.1 2.56 2.27 2.05 Minyak dan Lemak 1.93 1.97 1.69 2.16 1.96 Bahan Minuman 2.23 2.5 2.21 2.13 2.02 Bumbu-Bumbu 1.33 1.37 1.1 1.12 1.08 Konsumsi Lainnya 1.34 1.27 1.34 1.39 1.33 Makanan jadi 11,44 10,29 10,48 11,44 12,63 Tembakau dan Sirih 6.18 5.97 4.97 5.08 5.26 Keterangan : Termasuk minuman beraklohol Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 9 Badan Pusat Statistik, 2011 64 Kepadatan aktivitas masyarakat, khususnya masyarakat kota besar yang rata- rata bukan hanya laki-laki saja yang bekerja akan tetapi wanita juga umumnya juga bekerja. Hal ini dapat menciptakan situasi dimana seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai karyawan tidak lagi sempat membuat kue atau camilan lagi bagi keluarga. Dari hasil kuesioner yang respondennya adalah pengunjung Pia Apple Pie dapat dilihat 64 persen pengunjung adalah wanita akan tetapi hanya 4 persen yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hal ini dapat menjadi peluang usaha bagi industri pengolahan makanan jadi termasuk bakery.

6.1.3. Kekuatan Politik, Pemerintah dan Hukum