Analisis Pengembangan Bisnis Pada TCF Furnitur Di Kota Bogor

(1)

ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS

PADA TCF FURNITUR

DI KOTA BOGOR

SHINYA YATANTIKO

H24104103

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(2)

ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS

PADA TCF FURNITUR

DI KOTA BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SHINYA YATANTIKO

H24104103

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(3)

Judul Skripi : Analisis Pengembangan Bisnis Pada TCF Furnitur Di Kota Bogor

Nama : Shinya Yatantiko

NIM : H24104103

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM NIP. 197812132006041001

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM NIP. 197606232006041001


(4)

RINGKASAN

SHINYA YATANTIKO H24104103. Analisis Pengembangan Bisnis Pada TCF Furnitur Di Kota Bogor. Di bawah bimbingan EKO RUDDY CAHYADI.

Industri furnitur di Indonesia mengalami pertumbuhan cukup tinggi seiring dengan tumbuhnya kelas menengah. Prospek yang cukup baik ini mendorong pelaku usaha di industri ini untuk mengembangkan usahanya dalam skala yang lebih besar. Salah satu pelaku usaha tersebut adalah Takeshi Cook Furnitur (TCF) Furnitur. Pemilik TCF Furnitur memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya dengan membuka cabang di tempat lain. Pemilik perusahaan berencana untuk membuka cabang di daerah Sukasari, Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi diutamakan tetap berada di Kota Bogor, hal ini dikarenakan untuk memudahkan pemantauan kantor cabang. Selain itu, menurut hasil pengamatan pemilik perusahaan daerah Sukasari memiliki potensi yang bagus untuk mengembangkan usahanya. Sukasari merupakan daerah yang mudah dijangkau serta padat penduduk sehingga memudahkan bagi perusahaan untuk mencari pasar, jenis usaha bidang furnitur pun di daerah tersebut dapat dikatakan belum mewabah. komoditi furnitur dari tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan sebesar 7.205.320, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 peningkatan terjadi sebesar 17 % yakni 2.498.327.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi potensi dan peluang usaha furnitur berskala menengah. (2) Menyusun rencana bisnis (business plan) dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial. (3) Menganalisis tingkat kepekaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan.

Berdasarkan analisis aspek non finansial yang terdiri dari aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek legalitas serta aspek manajemen dan organisasi pengembangan usaha furnitur ini layak untuk dijalankan. Adapun dilihat dari analisis finansial proyek pengembangan usaha TCF Furnitur juga dinyatakan layak. hal ini ditunjukkan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 263,322,409.40, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 44%, Net Benefit Cost Ration (B/C) sebesar Rp 1.67 dan Payback Period selama 2.85 tahun.

Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat kepekaan maksimum usaha terhadap kenaikan harga bahan baku berada pada batas 27,51%. Apabila kenaikan harga bahan baku melebih 27,51% maka usaha tidak akan mendapatkan laba bila dijalankan dan. Begitupun hasil analisis switching value terhadap penurunan permintaan, berada pada batas 15,368% yang artinya apabila penurunan permintaan melebihi 15,368% maka usaha tidak akan mendapatkan laba apabila dijalankan.


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 21 Maret 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Dari Bapak Shinya Sunarto dan Ibu Ida Suryani.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1995 di SD Kesatuan Bogor dan lulus pada tahun 2001 yang kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 3 Bogor dari tahun 2001 hingga tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA PLUS YPHB Bogor pada tahun 2004 hingga tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi pada Program Diploma Manajemen Informasi dan Dokumen, Universitas Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Amin ya Rabb, Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena telah membuat segalanya menjadi kenyataan. Berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul Analisis Pengembangan Bisnis Pada TCF Furnitur Di Kota Bogor. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dibuat guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Institut Pertanian Bogor.

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang membutuhkan dan berkepentingan serta dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.


(7)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Membantu segala urusannya menjadi mudah. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.

2. Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS. yang telah banyak membantu memberikan berbagai ilmu dan masukan dalam penelitian ini.

3. Zhuliyusman selaku pemilik TCF Furnitur yang telah banyak memberikan informasi serta mengizinkan penelitian di TCF Furnitur.

4. Kedua orang tua, dan kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan segalanya, walaupun kalian tidak ada disini namun doa kalian selalu terasa. 5. Keluarga besar Soetopo yang selalu memberikan motivasi kepada penulis

agar skripsi ini dapat selesai.

6. Teman-teman yang selalu mengiringi langkah penulis baik di dalam maupun diluar kampus, Abok, Onggo, Angger, Kemas, Nijam, Onte, Babeh, Agoy, Wawaw, Bang Wawaw, Ucil, Habiba, Sifa, Tikul, Ari.

7. Coki coker, Omey, Aldis, Adi, Kebo, Ceplok sebagai sahabat-sahabat penulis yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka.

8. The last one is for my “ One In A Million” Silmi Fasya. Terimakasih atas segalanya, senyumanmu selalu memberikan semangat bagi penulis.


(8)

vi DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Industri Furnitur... 6

2.2. Usaha Skala Menengah ... 6

2.3. Pengembangan Usaha ... 6

2.4. Definisi Rencana Bisnis ... 7

2.5. Isi Rencana Bisnis ... 8

2.5.1 Rencana Pemasaran... 9

2.5.2 Rencana Teknis dan Teknologi ... 11

2.5.3 Rencana Manajemen dan Organisasi ... 12

2.5.4 Rencana Legalitas ... 12

2.5.5 Rencana Finansial ... 12

2.5.6 Kriteria Evaluasi Finansial ... 13

2.6. Penelitian Terdahulu ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1. Kerangka Pemikiran ... 21

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 23

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 25


(9)

vii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 28

4.2. Rencana Pemasaran ... 29

4.2.1 Segmentasi ... 30

4.2.2 Petetapan Target... 31

4.2.3 Penetapan Posisi ... 31

4.2.4 Rencana Promosi ... 32

4.3. Rencana Teknis dan Teknologi ... 32

4.3.1 Pemilihan Lokasi ... 32

4.3.2 Bahan Baku yang Akan Digunakan ... 33

4.3.3 Proses Produksi ... 34

4.3.4 Kebutuhan Bangunan ... 34

4.3.5 Mesin dan Peralatan ... 35

4.3.6 Sarana Penunjang dan Spesifikasi ... 36

4.4. Rencana Manajemen dan Organisasi ... 37

4.4.1 Kebutuhan Tenaga Ahli... 37

4.4.2 Kebutuhan Pelatihan ... 38

4.4.3 Struktur Organisasi ... 38

4.4.4 Tata Kelola (SOP) ... 40

4.5. Rencana Legalitas ... 41

4.5.1 Pelaksana Bisnis... 41

4.5.2 Bisnis Yang Dilaksanakan ... 41

4.5.3 Dimana Bisnis Akan Dilaksanakan... 42

4.5.4 Waktu Pelaksanaan Bisnis ... 42

4.5.5 Cara Pelaksanaan Bisnis ... 42

4.5.6 Peraturan dan Perundangan ... 42

4.6. Rencana Keuangan ... 43

4.6.1 Biaya Investasi ... 43

4.6.2 Biaya Operasional ... 44

4.6.3 Proyeksi Penjualan ... 46

4.6.4 Proyeksi Arus Kas ... 49

4.6.5 Kriteria Evaluasi Finansial ... 51

4.6.6 Analisis Sensitivitas ... 52

4.7. Implikasi Manajerial ... 54

KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

1. Kesimpulan ... 56

2. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(10)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data penjualan kitchen set TCF furnitur ... 2

2. Jenis dan sumber data ... 23

3. Realisasi ekspor non migas ... 29

4. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri furnitur ... 34

5. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri furnitur ... 35

6. Mesin dan peralatan ... 36

7. Sarana penunjang dan spesifikasi ... 37

8. Penentuan tenaga ahli yang dibutuhkan ... 38

9. Komponen biaya investasi yang dibutuhkan ... 44

10.Biaya variabel ... 45

11.Biaya tetap ... 46

12.Permintaan kitchen set pada TCF furnitur ... 46

13.Metode peramalan time series dan nilai parameter kesalahan ... 47

14.Proyeksi permintaan dengan metode quadratic ... 48

15.Proyeksi penjualan kitchen set pada TCF furnitur ... 48

16.Proyeksi arus kas... 50

17.Kriteria evaluasi finansial ... 51

18.Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku ... 53

19.Analisis sensitivitas terhadap penurunan permintaan ... 54


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kinerja industri furnitur berbahan kayu di Indonesia ... 1

2. Kerangka pemikiran ... 21

3. Proporsi pengeluaran masyarakat Kota Bogor ... 30

4. Struktur organisasi ... 39

5. Tata kelola (SOP) ... 40


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pertanyaan wawancara kepada pemilik perusahaan ... 59

2. Rencana kebutuhan fisik pengembangan usaha TCF furnitur ... 61

3. Daftar indeks harga item untuk pengembanngan usaha TCF furnitur ... 62

4. Rencana anggaran biaya pengembangan usaha TCF furnitur ... 64

5. Perhitungan biaya penyusutan aset TCF furnitur ... 66

6. Rencana cash flow TCF furnitur ... 67

7. Perhitungan IRR dan net B/C ... 70

8. Indeks harga dengan kenaikan harga bahan baku sebesar 27,51% ... 71

9. Rencana cash flow jika harga bahan baku naik 27,51% ... 73

10.Rencana kebutuhan fisik jika terjadi penurunan permintaan sebesar 15,368% ... 76

11.Rencana cash flow jika permintaan turun 15,368% ... 78

12.Metode peramalan time series ... 81


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri furnitur di Indonesia mengalami pertumbuhan cukup tinggi seiring dengan tumbuhnya kelas menengah. Prospek yang cukup baik ini mendorong pelaku usaha di industri ini untuk mengembangkan usahanya dalam skala yang lebih besar. Kebutuhan furnitur di dalam negeri juga terlihat cenderung meningkat sejalan mulai membaiknya bisnis properti di Indonesia. Komoditi furnitur dari tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan sebesar 7.205.320, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 peningkatan terjadi sebesar 17 % yakni 2.498.327. Jika dilihat dari proporsi pengeluaran masyarakat Kota Bogor dari tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan proporsi pengeluaran untuk non makanan (BPS, 2009-2011).

Furnitur adalah salah satu perlengkapan rumah tangga yang sangat dibutuhkan, baik berupa perlengkapan ruang tamu, perlengkapan ruang tidur, dan perlengkapan ruang belajar serta ruang kerja. Perlengkapan furnitur yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal umumnya adalah terbuat dari bahan dasar kayu dimana jenis ini memang sudah lama menjadi bahan dasar dalam pembuatan furnitur di Indonesia. Konsistensi Industri furnitur berbahan kayu dapat terlihat dari perkembangan kinerja industri furnitur yang terjadi setiap tahunnya.

Gambar 1. Kinerja industri furnitur berbahan kayu di Indonesia (Disperindag, 2011)

0 2000000000 4000000000 6000000000 8000000000 10000000000 12000000000 14000000000

2006 2007 2008 2009 2010

nilai t ambah brut o (ribuan Rp) Nilai produksi (ribuan Rp) Nilai out put (ribuan Rp) Biaya input (ribuan Rp)


(14)

Industri Furnitur di Kota Bogor berjumlah 54 unit usaha yang menyerap tenaga kerja sebanyak 747 orang, kapasitas produksi 37.000 unit dengan nilai investasi sebesar Rp.10.649.000,00 yang tersebar di wilayah Kota Bogor. Produk yang dihasilkan dari Industri ini banyak dibutuhkan masyarakat Kota Bogor dan sekitarnya juga mempunyai peluang pasar di Luar Negeri khususnya Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa (KADIN, 2011).

Furnitur saat ini sudah menjadi gaya hidup, produk fashion, dan mode. Di dalam bisnis furnitur, selera dan kebutuhan pelanggan merupakan faktor kunci yang harus diprioritaskan. Pada umumnya para calon pelanggan melihat dari kualitas yang dihasilkan, seperti keindahan, keunikan, kemudahan akses, dan selain itu juga dilihat dari harga produk mebel itu sendiri.

Salah satu pelaku usaha di industri ini adalah Takeshi Cook Furnitur (TCF). TCF telah masuk ke bisnis ini sejak tahun 2006 di Kota Bogor. Meningkatnya permintaan furnitur dalam beberapa tahun terakhir membuat TCF Furnitur dengan kapasitas produksinya saat ini tidak mampu melayani permintaan tersebut.

Permintaan akan produk furnitur yang meningkat menimbulkan peluang bisnis bagi pemilik TCF Furnitur, hal ini terlihat dengan banyaknya permintaan yang tidak dapat terpenuhi. Tidak terpenuhinya permintaan konsumen dikarenakan sumber daya serta fasilitas yang terbatas yang dimiliki perusahaan.

Tabel 1. Data penjualan kitchen set TCF furnitur

Periode Permintaan

(Unit)

Kapasitas (Unit)

Yang Tidak Dikerjakan (Unit)

2006 618 576 42

2007 632 576 56

2008 648 576 72

2009 667 576 91

2010 692 576 116

2011 725 576 149

2012 736 576 160


(15)

Pemilik TCF Furnitur memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya dengan membuka cabang di tempat lain. Pemilik perusahaan berencana untuk membuka cabang di daerah Sukasari, Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi diutamakan tetap berada di Kota Bogor, hal ini dikarenakan untuk memudahkan pemantauan kantor cabang. Selain itu, menurut hasil pengamatan pemilik perusahaan daerah Sukasari memiliki potensi yang bagus untuk mengembangkan usahanya. Sukasari merupakan daerah yang mudah dijangkau serta padat penduduk sehingga memudahkan bagi perusahaan untuk mencari pasar, jenis usaha bidang furnitur pun di daerah tersebut dapat dikatakan belum mewabah.

Banyak hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaku bisnis khususnya di industri furnitur yang ingin mengembangkan usahanya. Hal penting yang perlu diperhatikan sebelum memulai usahanya adalah pengetahuannya akan membaca situasi pasar, memiliki inovasi dan ide-ide kreatif, serta pemilihan tempat yang strategis. Ketiga hal tersebut menjadi faktor kesuksesannya di bisnis dalam bidang furnitur. Kebutuhan manusia terhadap barang-barang furnitur sudah masuk pada pemenuhan selera, bukan hanya karena fungsinya saja.

Mengembangkan suatu usaha merupakan jawaban dari analisis yang sifatnya strategis yang diputuskan oleh manajemen tingkat atas. Mengembangkan usaha caranya bermacam-macam, yaitu dapat dengan membuat perusahaan baru, yang dikenal secara umum sebagai anak perusahaan, dimana produk baru yang akan dibuat berada di bawah perusahaan yang baru ini. Cara lain adalah dengan hanya membuat produk baru, tetapi tidak dengan membuat perusahaan baru. Dalam hal ini, yang dipilih oleh TCF Furnitur yaitu mengembangkan usahanya dengan membuat perusahaan baru. Sistem pengelolaan (organisasi) direncanakan akan berjalan serupa dengan kantor pusat, dengan manajemen yang sama usaha diharapkan dapat berjalan dengan lancar seperti usaha yang sudah ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dihadapi adalah perlunya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan dapat menghasilkan


(16)

laba atau menimbulkan kerugian bagi perusahaan, kajian semacam ini disebut dengan business plan. Bagaimana penyusunan rencana bisnis yang efektif dengan mengidentifikasi rencana bisnis dilihat dari aspek finansial, non finansial, serta menganalisis sensitivitas terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Penulis dalam hal ini akan mencoba mengangkat skripsi dengan judul “Analisis Pengembangan Bisnis Pada TCF Furnitur Di Kota Bogor”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana potensi dan peluang usaha furnitur produk kitchen set berskala menengah di Kota Bogor?

2. Bagaimana penyusunan rencana bisnis (business plan) dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial?

3. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan dengan menggunakan analisis sensitivitas?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi potensi dan peluang usaha furnitur produk kitchen set berskala menengah.

2. Menyusun rencana bisnis (business plan) dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan bisnis terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan serta evaluasi untuk melakukan pengembangan usaha.

2. Bagi kreditor, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian ulang dalam membuat keputusan untuk memberikan kredit atau tidak.


(17)

3. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi sebagai bahan referensi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup rencana usaha yang dikaji terbagi menjadi dua hal, yaitu rencana non finansial dan rencana finansial. Rencana non finansial mencakup rencana pemasaran, rencana teknis dan teknologi, rencana legalitas, serta rencana manajemen dan organisasi. Adapun rencana finansial mencakup kebutuhan biaya, kebutuhan investasi, modal kerja, serta perkiraan harga.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Furnitur

Industri furnitur adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah jadi dari kayu, rotan dan bahan baku alami lainnya menjadi produk barang jadi furnitur yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi (Disperindag, 2011).

2.2. Usaha Skala Menengah

Industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir (BPS, 1999).

Di Indonesia industri dibagi menjadi empat kelompok yaitu, industri besar, indutri menengah, industri kecil dan industri rumah tangga, yaitu: a. Industri Besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang

atau lebih.

b. Industri Menengah adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20-99 orang.

c. Industri Kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 5-19 orang. d. Industri Rumah Tangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang

mmpunyai pekerja antara 1-4 orang. 2.3. Pengembangan Usaha

Menurut Umar (2009), Mengembangkan usaha caranya bermacam-macam, misalnya:

1. Membuat perusahaan baru, yang dikenal secara umum sebagai anak perusahaan, atau secara umum sebagai anak perusahaan, atau secara akademis sebagai Strategic Business Unit (SBU), di mana produk baru yang akan dibuat berada di bawah perusahaan yang baru ini;


(19)

2. Hanya membuat produk baru, tetapi tidak denga membuat perusahaan baru.

2.4. Definisi Rencana Bisnis

Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana, kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya (Rangkuti, 2005).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), bisnis adalah kegiatan usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial.

Pendirian suatu bisnis akan memberikan berbagai manfaat atau keuntungan terutama bagi pemilik usaha. Di samping itu, keuntungan dan manfaat lain dapat pula dipetik oleh berbagai pihak dengan kehadiran suatu usaha. Keuntungan dengan adanya kegiatan bisnis baik bagi perusahaan, pemerintah maupun masyarakat, antara lain:

1) Memberikan keuntungan, terutama keuntungan keuangan bagi pemilik bisnis.

2) Membuka peluang kerja kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung dengan usaha atau masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi usaha.

3) Manfaat secara ekonomi seperti menambah jumlah barang dan jasa, meningkatkan mutu produk, serta meningkatkan dan menghemat devisa. 4) Tersedia sarana dan prasarana yang dibutuhkan terutama bagi masyarakat

di sekitar lokasi usaha. 5) Membuka isolasi wilayah


(20)

6) Meningkatkan persatuan dan membantu pemerataan pembangunan. 2.5. Isi Rencana Bisnis

Menurut Solihin (2007), meskipun terdapat variasi dalam penyusunan rencana bisnis, tetapi sebuah rencana bisnis yang baik sekurang-kurangnya akan mencantumkan elemen-elemen pokok sebagai berikut:

1. Ringkasan eksekutif yang merangkum secara singkat seluruh isi rencana bisnis baik yang menyangkut tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi, rencana keuangan, dan risiko-risiko usaha di masa depan.

2. Uraian umum usaha yang akan dijalankan. Uraian umum usaha akan menguraikan:

a. Usaha apa yang akan dijalankan di mana hal ini sekaligus menjelaskan barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. b. Tujuan apa yang ingin dicapai perusahaan berikut strategi untuk

mencapai tujuan tersebut.

c. Bagaimana perkembangan usaha perusahaan sampai pada saat rencana bisnis disusun serta proyeksi usaha perusahaan di masa mendatang yang dikaitkan dengan tujuan dan strategi perusahaan. d. Siapa yang menjadi target pasar perusahaan.

e. Nilai apa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran untuk dapat meraih keunggulan bersaing.

f. Dimana usaha tersebut akan dijalankan. Hal ini berkaitan dengan pemilihan lokasi tempat usaha serta berbagai penjelasan yang logis mengapa usaha dijalankan di lokasi yang dipilih.

g. Siapa yang akan menjalankan kegiatan usaha. Dalam bagian ini, uraian umum usahakan menjelaskan manajemen inti dan tokoh kunci di dalam perusahaan yang akan terlibat dalam pengurusan perusahaan.

h. Bentuk badan usaha atau badan hukum apa yang dipilih oleh perusahaan untuk menjalankan usahanya.


(21)

3. Rencana pasar dan pemasaran akan menjelaskan pasar sasaran yang dipilih serta bauran pemasaran yang dibuat perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, anggaran penjualan, dan sebagainya.

4. Rencana teknik dan teknologi menjelaskan antara lain proses produksi, bagaimana perusahaan menjaga kualitas produk, memperoleh pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik, anggaran produksi, dan sebagainya.

5. Rencana manajemen dan organisasi antara lain berisi uraian mengenai jumlah personil yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi apa yang dibutuhkan oleh masing-masing personl tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan, anggaaran tenaga kerja yang juga berisi proyeksi kebutuhan tenaga kerja dalam lima tahun ke depan, dan sebagainya.

6. Rencana keuangan antara lain berisi proyeksi keuangan yang menunjukkan ekspektasi laba dari usaha yang akan dijalankan dalam beberapa tahun awal operasionalnya, proyeksi arus kas dan sebagainya.

7. Risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan di masa depan dan bagaimana antisipasinya untuk menghadapi risiko tersebut di masa yang akan datang.

2.5.1 Rencana Pemasaran

Menurut Kotler (2004), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan nilai. Kegunaan kegiatan pemasaran adalah selalu mengusahakan tersedianya komoditas dalam bentuk yang diinginkan, menyuguhkan tepat pada lokasi dan saat yang dibutuhkan.


(22)

Menurut Umar (2009), di dalam aspek pemasaran perusahaan melakukan studi atas tiga kegiatan besar, yaitu:

1. Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya. 2. Kajian untuk mengetahui hal-hal utama dari konsumen potensial,

seperti perihal sikap, perilaku, serta kepuasan mereka atas produk-produk sejenis.

3. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran.

Segmentasi pasar merupakan usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam memisahkan pasar tersebut, kemudian mengembangkan profil-profil yang ada pada setiap segmen pasar, dan penentuan daya tarik masing-masing segmen. Segmentasi pasar menjadi hal yang paling penting dalam penerapan strategi pemasaran agar perusahaan dapat memenuhi preferensi kebutuhan dan keinginan pembeli. Segmentasi pasar dibagi menjadi sebagai berikut : a. Segmentasi geografis yaitu pasar disesuaikan dengan kondisi

wilayah, pembagian pasar menjadi unit geografis seperti negara, negara bagian, wilayah, provinsi dan lainnya

b. Segmentasi demografis yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, agama, ras, kelas sosial, dan sebagainya

c. Segmentasi psikografis yaitu pasar dibagi sesuai gaya hidup dan kepribadian

d. Segmentasi perilaku yaitu pasar dibagi sesuai pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka terhadap produk.

Komponen-komponen pokok marketing mix terdiri dari empat peubah utama yang dikenal dengan nama “4P”, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Dalam hal ini yang menjadi fokus perusahaan adalah promosi. Promosi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh


(23)

perusahaan untuk menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya dan membujuk konsumen sasaran agar membelinya. Bauran promosi merupakan alat untuk mengimplementasikan konsep komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran dapat dilihat sebagai suatu rentang dari informasi internal (perusahaan) sampai dengan sisi pengambilan keputusan konsumen, yang meliputi pesan dan citra tentang produk yang dipresentasikan oleh perusahaan kepada konsumen potensial maupun stakeholders lainnya. Bauran promosi sebagai media komunikai pemasaran memiliki lima kegiatan utama yaitu periklanan, personal selling, promosi penjualan, Publicity and Public Relation, dan pemasaran langsung (Kotler, 2004).

2.5.2 Rencana Teknis dan Teknologi

Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan garis besar parameter- parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Pengkajian aspek teknis sangat erat hubungannya dengan aspek-aspek lain, terutama aspek finansial, ekonomi, dan pasar. Hubungan erat ini diartikan sebagai saling memberi masukan, dan keputusan mengenai aspek yang satu tergantung bagaimana dampaknya terhadap aspek yang lain dan sebaliknya. Pada studi kelayakan aspek ini masih dalam bentuk konseptual. Baru nanti di tahap berikutnya dilanjutkan dan dikembangkan menjadi desain engineering terinci, dan menjadi cetak biru proyek yang akan dibangun (Soeharto, 1999).

Menurut Umar (2009), aspek ini bertujuan untuk meyakini apakah secara teknis pemilihan lokasi, pilihan teknologi, rencana bisnis dapat dilaksanakan, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin, maksudnya apakah dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan, begitu pula dengan aspek teknologi yang akan dipakai.


(24)

2.5.3 Rencana Manajemen dan Organisasi

Tujuan studi aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan memiliki prospek yang baik. Hal yang akan dipaparkan dalam aspek ini adalah meliputi perencanaan bisnis, pengorganisasian yang akan digunakan, actuating yang akan digunakan, pengendalian manajemen yang dapat digunakan, mengakhiri pembangunan proyek (Umar, 2009).

2.5.4 Rencana Legalitas

Studi ini berisi mengenai siapa pelaksana bisnis, bisnis apa yang yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, di mana bisnis dilaksanakan, bagaimana bisnis dilaksanakan, serta perundang-undangan yang berlaku (Umar, 2009).

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu aspek hukum mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.

2.5.5 Rencana Finansial

Rencana finansial mencakup asumsi-asumsi, kebutuhan investasi, kebutuhan modal kerja, proyeksi laba rugi, serta proyeksi arus kas. Menurut Umar (2009), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitugan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.


(25)

2.5.6 Kriteria Evaluasi Finansial

Kriteria evaluasi finansial yang dimaksud dalam rencana bisnis mencakup NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Cost-Ratio), PBP (Payback Period), dan analisis sensitivitas.

A. NPV (Net Present Value)

Menurut Umar (2009), Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang.

NPV merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara (benefit) manfaat dengan cost (biaya) pada tingkat diskonto (bunga) tertentu. Dinyatakan dalam rumus:

=

( ) ... (1) Keterangan :

NPV = Nilai bersih sekarang (Rupiah) Bt = Manfaat pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah) i = Tingkat diskonto (%)

n = Umur proyek (tahun) t = Tahun

Terdapat tiga kriteria investasi dalam metode NPV, yaitu:

1. NPV > 0, secara finansial proyek menghasilkan keuntungan.

2. NPV = 0, secara finansial proyek tidak menghasilkan keuntungan ataupun kerugian.

3. NPV < 0, secara finansial proyek lebih baik tidak dijalankan karena akan menimbulkan kerugian.


(26)

B. IRR (Internal Rate of Return)

Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan inevestasi awal (Umar, 2009).

IRR adalah nilai Discount Rate (suka bunga) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Proyek dapat dikatakan memiliki prospek yang baik apabila nilai IRR > tingkat discount rate yang ditentukan, namun jika IRR < tingkat discount rate maka proyek tidak memiliki prospek yang baik.

IRR merupakan tingkat pengembalian yang dapat dibayar proyek atas sumber-sumber yang digunakan untuk menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek. IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

= + ( − )……….(2) Keterangan :

IRR = Tingkat internal hasil (%)

NPV1 = Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah) NPV2 = Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah) i1 = Tingkat diskonto menghasilkan NPV positif (%) i2 = Tingkat diskonto menghasilkan NPV negatif (%)

Diperlukan nilai IRR yang lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) apabila ingin menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek.

C. Net B/C (Net Cost-Ratio)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap


(27)

satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina dkk, 2009).

Terdapat tiga kriteria evaluasi penilaian kelayakan finansial Net B/C, yaitu:

1. Net B/C > 1, secara finansial manfaat bersih nilainya lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

2. NetB/C = 1, secara finansialbesarnya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. 3. Net B/C < 1, secara finansial besarnya biaya yang

dikeluarkan lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh.

D. PBP (Payback Period)

Menurut Umar (2009), payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupi kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash invesmentdengan cash flow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima.

Pada awal pelaksanaan proyek umumnya dilakukan investasi yang membutuhkan biaya yang besar, karena pada awal proyek pendapatan yang diterima biasanya menunjukan nilai yang negatif. Suatu analisis perlu dilakukan untuk melihat jangka waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal proyek dijalankan.

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (Initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara


(28)

initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima.

……….(4) Keterangan:

1 = Jumlah modal investasi

Ab = Manfaat bersih rata-rata per tahun per periode PBP diartikan sebagai jangka waktu pengembalian biaya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Masa Pengembalian Investasi (MPI) dapat diartikan juga sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV berbanding terbalik dengan nilai MPI, jika nilai NPV besar maka MPI semakin kecil dan demikian pula sebailknya. Nilai NPV semakin besar menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat.

E. Analisis Sensitivitas

Menurut Umar (2009), manfaat dari analisis kepekaan yaitu berupa pemaksaan kepada manajer proyek untuk mengindentifikasikan sebanyak mungkin variabel-variabel yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang menyesatkan atau yang tidak tepat.

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat, didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi di masa yang akan datang. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba


(29)

perusahaan. Suatu proyek sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan seperti:

1. Kenaikan biaya-biaya, hal ini mempengaruhi biaya dan netto. Proyek cenderung sensitif terhadap biaya karena umumnya biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan, sedangkan kenaikan biaya terjadi saat setelah proyek dilaksanakan. 2. Harga jual output turun yang berpengaruh terhadap

manfaat dan tingkat penjualan secara finansial maupun ekonomi.

3. Hasil dari produksi yang akan mempengaruhi manfaat

4. Keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan baru, mempengaruhi biaya maupun manfaat yang akhirnya akan mempengaruhi manfaat netto.

Variabel biaya dan harga jual produk dalam analisis finansial diasumsikan tetap untuk setiap tahunnya, walaupun di kenyataan kedua variabel ini kerap berubah sejalan pertambahan waktu. Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat sejauh mana kenaikan biaya atau penurunan harga yang terjadi, karena hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu memiliki prospek yang baik untuk dilaksanakan.

F. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Gittinger dalam Nurmalina dkk (2009) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga


(30)

input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan analisis switching value ini adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik (misal: kenaikan harga bahan baku 4%) untuk selanjutnya dihitung dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada switching value justru perubahan tersebut yang dicari (misal: berapa perubahan maksimum dari kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak). Hal ini menunjukkan bahwa harga bahan baku tidak boleh naik melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV < 0. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow.

2.6. Penelitian Terdahulu

Satria (2009) mengkaji tentang analisis kelayakan pengembangan usaha peternakan kambing perah peranakan ettawa di peternakan Cordero, Kabupaten Bogor. Ada lima aspek yang dianalisis, yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, ekonomi dan sosial, dan finansial. Hasil aspek pasar dan pemasaran menunjukkan prospek yang bagus karena data menunjukkan permintaan akan susu kambing masih defisit 173 liter per hari dan ini dapat dijadikan peluang dalam pemasaran. Aspek teknis menunjukkan semua tahapan teknis dalam operasional peternakan kambing beserta fasilitas pendukung dapat diakomodasi dengan baik sehingga layak


(31)

dijalankan. Aspek legalitas dalam manajemen peternakan Cordero masih dalam tahap pengusahaan namun tidak menghalangi kegiatan usaha dan struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan telah efektif dijalankan. Dalam aspek ekonomi dan sosial keberadaan peternakan Cordero memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan tidak mengakibatkan efek negatif yang berarti. Analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan dengan maenghasilkan NPV sebesar Rp 908.058.246, IRR 32,14%, Net B/C 2,32, PP 4,1 tahun, dan BEP 4,6 tahun. Analisis sensitivitas menggunakan pendekatan analisis nilai pengganti (switching value), dimana parameter yang dibahas adalah tingkat inflasi, harga pakan per tahun, dan harga jual susu kambing. Tingkat inflasi maksimum yang dapat ditoleransi sebesar 57,16%, kenaikan harga pakan maksimum 44,66% ceteris paribus, dan penurunan harga jual susu maksimum sebesar 49,16%.

Zakaria (2010) melakukan penelitian mengenai studi kelayakan bisnis pengembangan usaha isi ulang minyak wangi pada usaha perseorangan Boss parfum, Bogor. Analisis kelayakan pengembangan usaha dilakukan pada empat aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen dan operasional, dan finansial. Hasil dari aspek pasar dan pemasaran menunjukkan Boss parfum memiliki pangsa pasar konsumen di Bogor sebesar 5 % dengan segmen konsumen menengah ke atas dengan range usia 14 – 60 tahun. Bentuk pasar yang dimasuki adalah pasar persaingan sempurna dan pasar konsumen yang dipilih adalah penjualan langsung (direct selling) ke konsumen dan reseller. Dari aspek teknis baik dari segi lokasi, penyediaan bahan baku, dan proses produksi dapat dikatakan memenuhi kriteria untuk dijalankan. Dalam aspek manajemen dan operasional, Boss parfum telah mengantongi berbagai macam perizinan untuk mendukung legalitas usaha. Analisis aspek finansial menghasilkan kriteria investasi berupa Net Present Value (NPV) sebesar Rp 57.494.385 (positif, arus masuk > arus keluar), Internal Rate of Return (IRR) 21% (lebih besar dari tingkat pinjaman 13%), Net (B/C) 1,24 (lebih besar dari 1), Break Even Point (BEP) Rp 391.161.287, dan Payback Period (PP) sebesar 1,12 (kurang dari umur proyek). Analisis sensitivitas dilakukan pada dua


(32)

skenario yaitu peningkatan biaya variabel 5% yang menyebabkan usaha tidak layak karena menghasilkan IRR sebesar 8%, sedangkan penurunan penjualan 10% usaha masih layak dijalankan.


(33)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka pemikiran

Kajian mengenai rencana usaha ini dilakukan karena adanya permintaan akan produk furnitur yang terus meningkat. Hal ini yang melatar belakangi timbulnya pemikiran akan peluang mengembangkan usaha yang akan dilakukan oleh pemilik perusahaan furnitur. Di daerah Bogor khususnya, bisnis ini sedang berkembang dengan cukup pesat. Begitupun yang dialami oleh TCF Furnitur selaku perusahaan furnitur berskala menengah. Berhubungan dengan potensi, rencana pengelolaan SDM (jumlah dan kompetensi), brand, serta relasi harus dipikirkan secara komprehensif oleh para pelaku usaha furnitur yang akan mengembangkan usahanya.

Peluang usaha TCF Furnitur

Perlunya rencana usaha sebelum dijalankan

Evaluasi rencana usaha

Baik Tidak

Usaha dapat dijalankan Permintaan pasar terpenuhi Potensi usaha TCF Furnitur


(34)

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dihadapi adalah perlunya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan dapat menghasilkan laba atau menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang disebut dengan business plan. Bagaimana penyusunan rencana bisnis yang efektif dengan mengidentifikasi rencana bisnis dilihat dari aspek finansial, non finansial, serta menganalisis sensitivitas terhadap perubahan harga input dan harga output.

Diagram alir ini memberikan gambaran seperti apa tujuan yang dimaksud dalam penyusunan rencana usaha. Tujuan yang dimaksud mencakup identifikasi potensi dan peluang usaha furnitur berskala menengah, penyusunan business plan dari pengembangan usaha furnitur skala menengah di Kota Bogor, serta evaluasi business plan dari pengembangan usaha furnitur dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial.

Hasil dari kajian ini akan menimbulkan dampak, yaitu rencana usaha dapat dijalankan (memperoleh laba) atau rencana usaha tidak perlu dijalankan (menimbulkan kerugian). Apabila hasil dari kajian menunjukkan hasil yang tidak baik maka diperlukan kajian ulang terhadap permasalahan yang dialami perusahaan sampai kajian menghasilkan dampak yang baik dann perusahaan akan baru dapat menjalankan rencana usaha.

Hasil dari business plan akan di rekomendasikan kepada perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan pengembangan usahanya. Apabila hasil dari ini menunjukan bahwa usaha ini memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan maka akan dilanjutkan. Namun apabila hasil analisis menunjukan prospek yang tidak baik maka pengembangan usaha tidak perlu dilakukan dan akan menjadi bahan evaluasi bagi TCF Furnitur.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Takeshi Cook Furnitur (TCF) di Jalan Arzimar III No. 25 Perumnas Bantar Jati Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan mempertimbangkan bahwa


(35)

usaha mebel ini sudah berjalan 7 tahun. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan terhitung mulai dari bulan Desember 2012 hingga Maret 2013.

3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data penelitian merupakan data-data yang diperlukan secara rinci untuk membahas suatu masalah penelitian baik secara langsung maupun tidak lanngsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi dengan pihak terkait serta para pakar pada bidang yang sesuai. Data sekunder diperoleh melalui buku, diktat, internet, laporan (data) perusahaan seperti data penjualan, jumlah produksi dan data keuangan lainnya. Data primer dan data sekunder yang dibutuhkan sesuai dengan butir-butir yang ada pada tujuan penelitian disajikan pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Jenis dan sumber data

No Tujuan Kebutuhan Data Jenis Data Sumber data

1. Identifikasi potensi dan peluang usaha furnitur berskala menengah

a. Data SDM b. brand c. Relasi Primer Primer Primer Pemilik TCF Pemilik TCF

Pemilik TCF, distibutor, konsumen TCF

2. Penyusunan rencana usaha dari pengembangan usaha furnitur skala menengah di Kota Bogor

a. Data industri furnitur di Kota Bogor b. Kinerja industri furnitur Sekunder Sekunder

KADIN Kota Bogor

Disperindag

3. Evaluasi rencana usaha : 1. Aspek Non Finansial

a. Rencana pemasaran a. Harga jual produk furnitur b. Jumlah

penduduk c. Jenis produk

furnitur

Sekunder

Sekunder Sekunder

Internet, toko furnitur

BPS

Swalayan, Internet, Konsumen


(36)

Lanjutan Tabel 2.

No Tujuan Kebutuhan data Jenis Data Sumber data

b. Rencana teknik dan teknologi a. Pemilihan lokasi b. Teknologi dan proses produksi c. Mesin dan

alat pembuatan produk furnitur Sekunder Primer, sekunder Primer, sekunder TCF Pakar, internet Pakar, internet

c. Rencana Manajemen dan Organisasi

a. Jenis struktur organisasi b. Spesifikasi dan deskripsi kerja Sekunder Sekunder Buku, internet

Buku, diktat, dan jurnal

d. Rencana Legalitas a. Daftar jenis bentuk usaha b. Perizinan Sekunder Primer Undang-undang Pemerintah serempat

2. Aspek Finansial :

d. Rencana Keuangan a. Daftar penentuan asumsi b. Daftar harga

mesin dan alat produksi c. Metode perhitungan (IRR, NPV, Net B/C, PBP) d. Analisis sensitivitas Sekunder Primer, sekunder Sekunder Sekunder

Buku, diktat, dan jurnal

Produsen, internet

Buku, diktat, dan jurnal

Buku, diktat, dan jurnal


(37)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan studi kasus pada TCF Furnitur. Metode pengumpulan data digunakan agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan yang telah ditentukan dan untuk mendapatkan hasil yang baik. Adapun metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan cara untuk mengumpulkan data penelitian secara langsung dan mendalam dengan cara tatap muka dengan pihak yang berhak memberikan data atau informasi yang dibutuhkan. Teknik wawancara dilakukan menggunakan wawancara tidak terstruktur yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pemilik mengenai perusahaan.

b. Observasi

Cara memperoleh data dengan melakukan pengamatan langsung mengenai gambaran umum perusahaan dan mengenai seluruh kegiatan yang dilaksanakan di perusahaan. Data yang diperoleh dari observasi meliputi kegiatan proses produksi yang terjadi di perusahaan.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dan meliputi transfer data, editing, pengolahan dan intepretasi data secara deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menguji kelayakan usaha yang sedang berjalan, yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dan disederhanakan dalam bentuk tabulasi (Software Microsoft Excel).

Analisis rencana bisnis yang dilakukan diarahkan kepada TCF Furnitur yang sudah berjalan selama 7 tahun, dimana investasi dimulai dari tahun ke nol selama kurun waktu setahun. Biaya-biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, upah tenaga kerja, pajak tanah, dan sebagainya. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan sebagainya.


(38)

Penyusunan aliran tunai (Cash flow) dilakukan untuk mengetahui nilai manfaat bersih dan nilai manfaat bersih tambahan. Komponen manfaat dan biaya dilakukan melalui penyusunan cash flow ini, dengan mengelompokkan komponen-komponen terlebih dahulu, yang mana ke dalam manfaat dan mana yang biaya.

Proyeksi permintaan dilakukan untuk memperoleh proyeksi penjualan dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Perhitungan proyeksi penjualan dilakukan dengan menggunakan analisis trand. Sedangkan untuk pengolahan data peramalan menggunakan minitab 14.

Alat analisis data yang digunakan berdasarkan rencana bisnis, yakni (a) Analisis Aspek Pemasaran, (b) Analisis Aspek Teknis dan Teknologi, (c) Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi, (d) Analisis Aspek Legalitas, dan (e) Analisis Aspek Keuangan seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period dan Analisis Sensitivitas.

3.6. Asumsi Dasar

Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis perancangan business plan usaha TCF Furnitur dalam penelitian ini adalah:

1. Seluruh modal usaha berasal dari modal sendiri, karena pemilik tidak ingin menggunakan dana yang bersifat pinjaman baik dari perseorangan maupun dari bank.

2. Penetapan umur ekonomis peralatan yang digunakan adalah lima tahun.

3. Bulan kerja efektif per tahun adalah 12 bulan 4. Hari kerja per bulan adalah 24 hari.

5. Harga jual produk mebel konstan, dimana harga jual yang digunakan adalah Rp. 1.100.000/meter.

6. Biaya penyusutan investasi dihitung dengan sisa umur investasi yang sedang berjalan lima tahun. Re-investasi komponen yang berumur ekonomis satu tahun dilakukan tiap tahun dari mulai tahun pertama. 7. Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 14% berdasarkan tingkat

suku bunga kredit Bank per Maret 2013.


(39)

9. Setiap dari tukang kayu memproduksi 3 unit kitchen set per minggu 10. Kapasitas : 3 (unit) per minggu atau 12 (unit) per bulan atau 144 (unit)

per tahun.

11. Berdasarkan data di lokasi yang lama maka pada perusahaan di lokasi baru memiliki target produksi pada tahun pertama hingga tahun ketiga jumlahnya 200% dari yang tidak dapat diproduksi di lokasi lama. Adapun untuk tahun ketiga dan seterusnya produksi ditargetkan mencapai kapasitas produksi di lokasi yang baru.

12. Mulai dari tahun keempat target produksi sudah dapat mencapai kapasitas produksi maksimal yaitu 576 unit per tahun.


(40)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Takeshi Cook Furnitur (TCF) adalah perusahaan milik perseorangan yang berlokasi di daerah Bantar Jati Bogor, Jawa Barat. TCF Furnitur sebagai perusahaan berskala menengah merupakan suatu usaha dagang yang bergerak di bidang furnitur yang pembuatan mebelnya dilakukan berdasarkan pemesanan. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah produk-produk furnitur yang berbahan baku multiplek, bahan yang mudah diolah serta diminati oleh para konsumen yang digunakan oleh perusahaan furnitur kebanyakan. Untuk saat ini perusahaan hanya menggunakan sistem make to order dalam pemesanan produk, hal ini memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mendesain rancangan produknya sendiri sesuai dengan keinginan. Pembuatan perlengkapan furnitur dilakukan menggunakan tangan (hand made) dan sedikit menggunakan peralatan mesin.

Potensi yang dimiliki TCF Furnitur sebagai usaha yang sudah berdiri selama 5 tahun dapat dilihat dari sumber daya manusia (karyawan) yang dimiliki oleh perusahaan yang berjumlah sebanyak 20 orang. Setiap dari karyawan memiliki keterampilan dan tugasnya masing-masing. Khusus untuk bagian produksi, para tenaga ahli terlebih dahulu diberikan pelatihan berkaitan dengan proses dan pembuatan produk. Tidak hanya SDM yang terampil, TCF Furnitur pun memiliki relasi yang baik dengan dengan para konsumen dan distributor. Hal ini terbukti dengan adanya loyalitas dari konsumen dan kelancaran kebutuhan bahan baku yang disediakan oleh pihak distributor.

Visi yang dimiliki oleh perusahaan adalah menjadi perusahaan berskala nasional yang bergerak di bidang furnitur. Adapun misi yang dimiliki oleh perusahaan adalah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dengan produk-produk furnitur yang berkualitas serta membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.


(41)

4.2. Rencana Pemasaran

Dalam menganalisis aspek pemasaran terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti kedudukan produk saat ini, komposisi, dan perkembangan permintaan produk serta kemungkinan adanya persaingan. Selain itu, dalam aspek pemasaran disusun atau dibentuk strategi serta taktik pemasaran perusahaan dalam menghadapi pasar global agar dapat mengikuti trend serta mengetahui serta konsumen terhadap produk yang akan dipasarkan atau dijual. Konsep pemasaran lebih menekankan kepada pemasaran dari produk kepada pelanggan. Pemasaran produk furnitur difokuskan pada konumen yang membutuhkan produk furnitur berbahan multiplek dengan penjualan melalui strategi bisnis ke bisnis.

Bisnis furnitur di Kota Bogor merupakan bisnis yang memiliki potensi cukup besar, hal ini terlihat dari terjadinya peningkatan realisasi ekspor non migas yang terjadi dari tahun ke tahunnya.

Tabel 3. Realisasi ekspor non migas Jenis

Komoditi

Nilai (US$)

2009 2010 2011

Furnitur 6.925.420 14.389.788 16.888.115 Makanan dan

Minuman

7.205.320 10.282.249 10.289.259

Tekstil 6.524.320 6.920.249 11.045.714 Sumber : BPS (2009-2011)

Berdasarkan data diatas, komoditi furnitur dari tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan sebesar 7.205.320, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 peningkatan terjadi sebesar 17 % yakni 2.498.327. Jika dilihat dari proporsi pengeluaran masyarakat Kota Bogor dari tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan proporsi pengeluaran untuk non makanan.


(42)

Gambar 2. Proporsi pengeluaran masyarakat Kota Bogor (BPS, 2011)

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa proporsi pengeluaran non makanan dari total pengeluaran masyarakat Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar 61,54% menjadi 67% di tahun 2010. Perkembangan industri furnitur yang didukung oleh daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa menjadikan industri furnitur berpotensi untuk semakin berkembang dimasa yang akan datang.

Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan adalah Market Development, yakni meningkatkan pangsa pasar produk atau jasa ke daerah yang baru. Kegiatan berikutnya yang diperlukan sebagai penunjang dalam rencana pemasaran adalah menentukan segmentasi, target pasar, serta penetapan posisi.

4.2.1 Segmentasi

Penerapan segmentasi yang sesuai dan akan diterapkan oleh TCF Furnitur adalah segmentasi psikolografis dan segmentasi perilaku, yaitu produk yang dihasilkan oleh perusahaan disesuaikan dengan gaya hidup dan kepribadian yang berbeda dari setiap konsumen. Perusahaan memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mendesain sendiri produk yang akan dibuat. Pihak perusahaan pun memberikan ide-ide desain seperti apa produk yang sesuai dengan

38,46

33 61,54

67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2009 2010

M akanan Non makanan


(43)

gaya hidup dan kepribadian konsumen berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh perusahaan.

4.2.2 Petetapan Target

Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Setelah proses segmentasi pasar selesai dilakukan, maka dapat diketahui beberapa segmen yang dianggap potensial untuk dimasuki secara umum, penetapan pasar sasaran dilakukan dengan mengevaluasi kelebihan setiap segmen, kemudian dilakukan penentuan target pasar yang akan dilayani. Target pemasaran produk furnitur ini lebih ditujukan kepada konsumen rumah tangga, perkantoran, dan instansi yang lebih tertarik untuk menggunakan produk furnitur berbahan multiplek.

4.2.3 Penetapan Posisi

Positioning merupakan salah satu elemen yang penting dari strategi pemasaran. Positioning diartikan sebagai penempatan keunggulan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Penetapan posisi bertujuan untuk menempatkan produk di pasar sehingga produk tersebut terpisah atau berbeda dengan merek pesaing. Mengingat produk furnitur berbahan baku multiplek cukup diminati, menyebabkan bisnis furnitur ini berpotensi untuk dikembangkan. Keunggulan produk furnitur berbahan multiplek antara lain memberikan kualitas yang baik dan tahan lama dari setiap produk yang dihasilkannya. Jenis produk yang diproduksi adalah kitchen set, lemari dan produk rumah tangga lainnya.

Melalui kegiatan positioning perusahaan harus mampu membentuk citra produk unggulan dimana persepsi konsumen terhadap produk furnitur berbahan multiplek lebih unggul dibandingkan dengan produk furnitur berbahan baku lain yang mana kualitasnya yang dapat dipercaya. Penetapan posisi yang dimiliki oleh produk berbahan multiplek ini adalah dengan menanamkan bahwa


(44)

produk ini memiliki ciri khas dan keunikan sehingga menimbulkan kepuasan dan loyalitas dari konsumen.

4.2.4 Rencana Promosi

Promosi merupakan strategi pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengenalkan produk yang dihasilkan dan perusahaan itu sendiri. Rencana promosi yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menyebarkan brosur ke perumahan serta instansi seperti perkantoran dan sekolah atau perguruan tinggi. Selain dengan menyebarkan brosur perusahaan berencana melakukan promosi melalui media sosial dan penyebaran melalui mulut ke mulut. 4.3. Rencana Teknis dan Teknologi

Rencana teknis dan teknologi yang dbutuhkan meliputi pemilihan lokasi, bahan baku yang akan digunakan, proses produksi, kebutuhan bangunan, mesin dan peralatan, serta sarana penunjang.

4.3.1 Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan suatu hal penting yang perlu diperhatikan dalam pendirian suatu industri. Pemilihan lokasi yang tepat akan mempengaruhi kelangsungan dan efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, pasokan tenaga kerja, dan fasilitas transportasi.

Penempatan lokasi industri yang tidak tepat akan menghadapi persoalan yang terus menerus dan tidak terselesaikan, terutama dalam menghadapi persaingan sehingga kelangsungan hidup dan stabilitas industri tersebut akan selalu mengalami kesulitan. Oleh karena itu, untuk memperoleh keputusan yang tepat di dalam pemilihan lokasi, diperlukan kajian dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Di dalam studi ini tidak dilakukan penentuan alternatif lokasi untuk penentuan lokasi pendirian industri furnitur. Pemilihan lokasi pendirian industri furnitur telah ditetapkan di daerah Sukasari, Kota Bogor. Alasan pemilihan lokasi di daerah tersebut antara lain


(45)

berdasarkan faktor peluang yang selama ini dialami oleh perusahaan, yang mana terdapat cukup banyak konsumen yang berdomisili di daerah Bogor Timur dan sekitarnya. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor berbagai biaya seperti biaya transportasi dan biaya pembelian lahan.

4.3.2 Bahan Baku yang Akan Digunakan

Bahan baku merupakan elemen yang sangat penting di dalam industri furnitur. Kajian mengenai ketersediaan bahan baku dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana peluang ketersediaan bahan baku untuk masa yang akan datang. Pemilihan bahan baku yang baik akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dari produk yang dihasilkan. Bahan baku merupakan pertimbangan yang mendasar yang akan dilihat oleh setiap konsumen, kualitas yang baik akan menimbulkan rasa puas dari konsumen.

Bahan baku utama yang akan digunakan oleh perusahaan adalah multiplek. Multiplek merupakan bahan industri yang sudah umum digunakan oleh perusahaan furnitur. Selain karena kualitas, ketersediaan bahan baku ini pun tidak sulit untuk ditemukan, telah banyak distributor yang menyediakan bahan baku multiplek. Ketersediaan bahan baku yang baik dapat menjaga keseimbangan proses produksi suatu industri. Kota Bogor merupakan kota dimana terdapat cukup banyak distributor bahan baku multiplek, hal ini mempermudah proses produksi furnitur karena tidak sulit untuk menemukan distributor yang menyediakan bahan multiplek.

Adapun bahan baku yang digunakan selain multiplek adalah megateak, melamin putih, cet, thinner, lem putih, lem kuning, paku, dan scrup. Adapun rencana bahan baku berkaitan dengan rencana produksi dapat dilihat pada Lampiran 3.


(46)

4.3.3 Proses Produksi

Proses pengolahan produk furnitur dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap awal meliputi pembentukan bahan dasar, pengeleman, perakitan,

b. Tahap akhir (finishing) meliputi amplas awal, dempul, amplas, pemberian warna dasar (sanding), amplas, pemberian warna pokok, amplas, semprot melamik campur warna pokok, penjemuran. c. Pemberian aksesoris, Quality Control.

4.3.4 Kebutuhan Bangunan

Kebutuhan bangunan meliputi kebutuhan terhadap ruang produksi serta kebutuhan luasan ruang pabrik industri furnitur. Kebutuhan terhadap ruang produksi dan disajikan pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri furnitur

No Lokasi Luas (m2)

1. Ruang produksi 46

2. Non Produksi 18

3. Lain-lain 16

Total 80

Sumber : Data diolah (2013)

Setelah kebutuhan ruang pabrik, hal berikut yang perlu dilakukan adalah kebutuhan akan ruang produksi. Kebutuhan ruang produksi sangat berpengaruh terhadap kinerja dari para tenaga ahli. Ruang produksi yang cukup dan bersih akan memberikan kenyamanan sehingga dapat menimbulkan lingkungan kerja yang baik. Oleh sebab itu hal ini perlu diperhatikan oleh setiap pemilik perusahaan. Adapun kebutuhan luasan ruang produksi furnitur yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :


(47)

Tabel 5. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri furnitur

No Nama Ruang Jumlah Sub Total

(m2) Mesin Operator 1. Stasiun penerimaan

bahan baku

- - 6

2. Gudang bahan baku

- - 6

3. Gudang produk jadi

- - 10

4. Ruang produksi :

Pembentukan 4 7 6

Penghalusan 1 4 6

Pengecetan 2 1 6

Finishing 2 4 6

Total 9 16 46

Sumber : Data diolah (2013) 4.3.5 Mesin dan Peralatan

Pada proses produksi furnitur diperlukan beberapa mesin dan peralatan untuk mendukung kelangsungan proses produksi. Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses produksi antara lain mesin pemotong kayu, mesin bor, mesin kompresor, mesin amplas, mesin paku ripet, dan mesin penembak paku. Dimulai dari tahun ketiga perusahaan memiliki rencana untuk menambah unit peralatan sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas. Adapun gambar dari mesin dan peralatan yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :


(48)

Tabel 6. Mesin dan peralatan

No. Mesin dan

Peralatan

Jumlah Kebutuhan

(unit)

Gambar

1. Mesin

kompresor 2

2. Mesin bor 3

3. Mesin amplas 1

4. Mesin paku

ripet 1

Sumber : Data diolah (2013)

4.3.6 Sarana Penunjang dan Spesifikasi

Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi, serta luasan untuk melaksanakan proses operasi. Adapun sarana penunjang yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :


(49)

Tabel 7. Sarana penunjang dan spesifikasi

No. Jenis Bangunan Luas (m2) Jumlah

(unit) Non produksi :

1. Kantor 6 1

2. Pengolahan Limbah 6 1

3. Ruang Karyawan 6 1

Sub Total 18 3

Lain – lain :

4. Parkir dan Lahan Terbuka 12 1

5. Toilet 4 1

Sub Total 16 2

Total 34 5

Sumber : Data diolah (2013)

4.4. Rencana Manajemen dan Organisasi

Rencana manajemen dan organisasi meliputi kebutuhan tenaga ahli, kebutuhan pelatihan, struktur organisasi, dan tata kelola (SOP). Adapun pembahasan lebih rinci dapat dilihat pada uraian berikut :

4.4.1 Kebutuhan Tenaga Ahli

Analisa kebutuhan tenaga kerja merupakan salah satu aspek dalam manajemen operasi yang perlu direncanakan pada awal proyek. Di dalam proses produksi dibutuhkan tenaga kerja manusia sebagai operator mesin, pengawas proses produksi, dan beberapa kegiatan produksi yang membutuhkan campur tangan manusia secara langsung. Selain dalam lingkup proses produksi, tenaga kerja dibutuhkan dalam pelaksanaan aktivitas di luar produksi, seperti kegiatan administrasi, kegiatan pemasaran, kegiatan distribusi dan transportasi, serta kegiatan lainnya. Tenaga kerja yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan. Penentuan jumlah tenaga kerja diperhitungkan dalam mengidentifikasi kegiatan, sifat dan beban kerja sehingga dapat ditentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Adapun dimulai dari tahun ketiga perusahaan memiliki rencana untuk menambah jumlah tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan untuk


(50)

menunjang peningkatan kapasitas produksi. Rincian penetapan kebutuhan tenaga ahli disajikan pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Penentuan tenaga ahli yang dibutuhkan

No Kegiatan Sifat Jumlah

1 Produksi :

Pembentukan Rutin harian 4

Penghalusan Rutin harian 5

Pengecetan Rutin harian 3

Finishing Rutin harian 4

2. Kebersihan Rutin harian 2

3. Supir Rutin Harian 2

Total 20

Sumber: Data diolah (2013) 4.4.2 Kebutuhan Pelatihan

Setiap pekerjaan membutuhkan SDM yang berkompeten. Di industri furnitur khususnya, para pekerja dituntut untuk memliki kompetensi yang dapat bekerja dengan sangat baik. Oleh sebab itu diperlukan adanya pelatihan untuk mendukung rencana tersebut kepada setiap karyawan baru ataupun terhadap produk jenis baru. Pelatihan dibutuhkan agar produk yang dihasilkan dapat berkualitas dan tidak mengecewakan konsumen. Pelatihan dilakukan langsung oleh pemilik perusahaan dan oleh pekerja senior yang telah terampil. Masa waktu pelatihan dilakukan selama beberapa hari dalam seminggu, dan dilakukan masa percobaan kepada para karyawan baru. Pelatihan yang dilakukan adalah yang berkaitan langsung pada tahap proses produksi, seperti pada proses pembentukan, penghalusan, pengecetan, dan finishing.

4.4.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan agar setiap karyawan mengetahui dengan jelas kegiatan dan tugas nya di setiap masing-masing divisi. Setiap divisi memiliki tugas yang berbeda dengan divisi yang lainnya.


(51)

Setiap divisi secara khusus bertanggung jawab atas divisi nya masing-masing. Gambaran struktur organisasi yang terdapat di TCF Furnitur dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :

Gambar 7. Struktur Organisasi

Setelah identifikasi jabatan menghasilkan gambaran yang jelas, kemudian disusun neraca organisasi pengelola operasi. Hal ini dikarenakan penekanan kepada spesialisasi dan efisiensi, maka struktur organisasi operasi pada umumnya disusun atau dikelompokkan berdasarkan fungsi (dengan beberapa variasi seperti organisasi berdasarkan produk atau area).

Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan harus dirinci dan didistribusikan semuanya kepada orang-orang yang mampu bekerja di bidang tersebut. Untuk ini harus disiapkan mekanisme koordinasi. Pada perusahaan furnitur yang akan didirikan, setiap pekerjaan didistribusikan kepada pekerja berdasarkan kualifikasi yang dimiliki.

Keseluruhan rangkaian kegiatan operasi akan dijalannkan oleh beberapa bagian sesuai dengan bidang masing-masing. Rencana struktur organisasi perusahaan yang menunjukkan setiap bagian memiliki peranan dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.

Pemilik

Pengelolaan bahan baku

 Pembentukan

 Penghalusan

 Pengecetan

finishing

Divisi Produksi Quality Control Divisi

Pengadaan


(52)

4.4.4 Tata Kelola (SOP)

TCF Furnitur adalah perusahaan yang menggunakan sistem make to order. Kegiatan awal dari produksi perusahaan yaitu dimulai dari pemesanan yang dilakukan oleh calon konsumen. Setelah ada pemesanan maka yang dilakukan perusahaan adalah membuat estimasi harga. Apabila dari kedua pihak (TCF dan calon konsumen) sudah mencapai kesepakatan harga maka berikutnya dilakukan proses produksi dan diakhiri dengan distribusi barang ke pihak konsumen. Agar lebih jelas alur SOP dapat dilihat pada Gambar 8 berikut :

TERIMA PESANAN

Mulai

PERMINTAAN DARI PELANGGAN

KONSULTASI JADWAL DI WORKSHOP

TERIMA PO DARI KONSUMEN

Ya Tidak

DISTRIBUSI/SIRKULASI

Selesai

PPROSES PRODUKSI

QUALITY CONTROL BUAT ESTIMASI

ANALISA HASIL ESTIMASI DAN TENTUKAN HARGA JUAL


(53)

4.5. Rencana Legalitas

Studi ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara legalitas rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau tidak. Jika suatu rencana bisnis yang tidak layak tetap direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang berwajib atau oleh protes masyarakat.

4.5.1 Pelaksana Bisnis

Untuk menganalisis siapa pelaksana bisnis, pembahasannya dibagi menjadi dua macam, yang pertama adalah badan usahanya dan kedua adalah orang-orang atau individu-individu yang terlibat sebagai decision makers. Hal ini penting agar bisnis berjalan dalam koridor peraturan-peraturan yang berlaku. Bentuk badan usaha dari TCF Furnitur adalah perusahaan perseorangan, sebab perusahaan ini merupakan perusahaan yang diawasi dan dikelola oleh seseorang. Di satu pihak pemilik memperoleh keuntungan perusahaan, di lain pihak juga menanggung semua risiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan. Adapun identitas pelaksana bisnis yang perlu diperhatikan adalah kewarganegaraan, informasi bank, keterlibatan pidana atau perdata, serta hubungan keluarga. Pemilik pun telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

4.5.2 Bisnis Yang Dilaksanakan

Bidang usaha dari proyek yang akan dibangun sesuai dengan anggaran dasar perusahaan atau telah sesuai dengan corporate philosophy-nya. Fasilitas yang dimiliki perusahaan pengurusannya telah diselesaikan secara sah. Perusahaan pun akan mengantisipasi limbah yang disebabkan oleh proses produksi sehingga tidak berdampak negatif pada proyek itu sendiri, seperti pencemaran udara, air, suara, dan moral masyarakat. Tenaga kerja dengan skill tinggi hanya diperlukan pada bagian pembentukan, dalam hal ini adalah tukang kayu. Sedangkan untuk tenaga kerja dengan skill rendah biasanya tidak kesulitan memperolehnya dan mereka pun mau dibayar dengan rendah.


(54)

4.5.3 Dimana Bisnis Akan Dilaksanakan

Perencanaan wilayah lokasi pengembangan proyek direncanakan di daerah Sukasari Kota Bogor. Lokasi proyek harus disesuaikan dengan wilayah yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar mudah mendapatkan izin-izin yang diperlukan. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja oleh pemilik perusahaan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi lokasi proyek dalam waktu yang akan datang. Rencana berikutnya adalah pengurusan status tanah.

4.5.4 Waktu Pelaksanaan Bisnis

Bisnis direncanakan akan dijalankan setelah izin pelaksanaan proyek bisnis terselesaikan. Semua perizinan harus masih berlaku dan izin-izin yang belum dimiliki dilengkapi terlebih dahulu (minimal izin prinsip).

4.5.5 Cara Pelaksanaan Bisnis

Rencana pelaksanaan proyek ini modal seluruhnya berasal dari modal sendiri. Apabila pemilik mengalami kekurangan modal maka proyek ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan. Pemilik tidak ingin meminjam modal dari pihak lain, dikarenakan tidak ingin terikat janji dengan pihak-pihak lain.

4.5.6 Peraturan dan Perundangan

Setiap usaha legal harus mengikuti aturan yang belaku baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan lain sebagai penjabaran dan undang-undang tersebut, seperti Keputusan Menteri (Kepmen), Surat Keputusan (SK) Dirjen dan Peraturan Daerah (Perda). Dengan mengikuti aturan-aturan yang ada, maka secara yuridis formal bisnis/usaha yang akan dijalankan menjadi layak. Dalam hal ini perusahan belum masuk hingga tahap ini, perusahaan masih perlu meninjau serta mengurus perundang-undangan yang berlaku hingga akhirnya proyek dapat dijalankan. Dengan kata lain


(55)

perusahaan ini sedang dalam tahap proses pembuatan izin pendirian usaha.

4.6. Rencana Keuangan

Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan perhitungan rencana keuangan diperlukan beberapa parameter yang berasal dari analisis sebelumnya yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi-proyeki harga.

Rencana keuangan meliputi berbagai perhitungan kriteria investasi yang telah umum digunakan. Adapun kriteria yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back period (PBP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan analisis sensitivitas.

4.6.1 Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri furnitur. Biaya investasi yang diperlukan meliputi biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan, pembiayaan kegiatan praoprasi, serta biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Biaya investasi tetap untuk mendirikan industri furnitur meliputi biaya kegiatan awal (prainvestasi), tanah dan bangunan, fasilitas penunjang, serta mesin dan peralatan. Biaya prainvestasi adalah biaya yang digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan yang diperlukan sebelum produksi mulai berjalan. Biaya prainvestasi meliputi kajian kriteria evaluasi finansial, perizinan, dan akte perusahaan dan pengesahan. Berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di Sukasari biaya tanah dan bangunan yaitu sebesar Rp.1.500.000,-/m2. Adapun total biaya investasi yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp.267.235.000,-, ringkasan biaya investasi


(56)

dapat dilihat pada Lampiran 6. Adapun dalam bentuk tabel disajikan pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Komponen biaya investasi yang dibutuhkan

No Komponen Nilai Total (Rp/’000)

1. Tanah dan Bangunan 120.000 2. Peralatan (Mesin) 2.435 3. Perlengkapan 10.800 4. Lain-lain (Kendaraan) 134.000

Total 267.235

Sumber : Data diolah (2013) 4.6.2 Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan keseluruhan biaya-biaya komersil yang dikeluarkan untuk menunjang atau mendukung kegiatan atau aktifitas perusahaan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Untuk memudahkan menganalisa biaya yang terjadi dalam kegiatan perusahaan, maka biaya operasional dapat diklasifikasikan menjadi biaya variabel dan biaya tetap.

1. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang umumnya berubah-rubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan maka makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Adapun biaya variabel yang dimaksud meliputi biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya variabel disajikan pada Tabel 10, sedangkan rincian biaya variabel per tahun dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.


(1)

7

8

Lampiran 11. Rencana cash flow jika permintaan turun 15,368%

TAHUN

INFLOW 0 1 2 3 4 5

Pendapatan Usaha 714,971,136 830,409,184 945,847,232 1,072,456,704 1,072,456,704 Total Inflow 714,971,136 830,409,184 945,847,232 1,072,456,704 1,072,456,704

OUTFLOW

Biaya Investasi

Tanah dan Bangunan 120,000,000

Mesin pemotong kayu 500,000

Mesin bor 1,050,000

Mesin kompresor 260,000

Mesin amplas 300,000

Mesin paku ripet 175,000

Mesin penembak paku 150,000

Meja Kantor 1,000,000

Kursi meja kantor 700,000

Sofa 750,000

Lemari arsip 1,250,000

Lemari aksesoris 1,000,000

Laptop 6,000,000

Mobil Pick up 110,000,000

Motor 24,000,000


(2)

7

9

Lanjutan Lampiran 11.

TAHUN

0 1 2 3 4 5

Biaya Operasional

Biaya Variabel

Megateak 120x240 27,911,634 32,083,991 36,544,098 41,435,827 41,435,827 Melamin putih 120x240 32,837,216 37,745,872 42,993,056 48,748,032 48,748,032 Triplek 12mm , 120x240 48,748,032 56,618,808 64,489,584 73,122,048 73,122,048

cet 32,837,216 37,745,872 42,993,056 48,748,032 48,748,032

Thinner 52,539,546 60,393,395 68,788,890 77,996,851 77,996,851

lem putih 3,249,869 3,774,587 4,299,306 4,874,803 4,874,803

lem kuning 59,106,989 67,942,570 77,387,501 87,746,458 87,746,458

paku 1,806,047 2,076,023 2,364,618 2,681,142 2,681,142

Alat Pembersih 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000

scrup 2,462,791 2,830,940 3,224,479 3,656,102 3,656,102

Tenaga kerja langsung 174,600,000 200,700,000 228,600,000 259,200,000 259,200,000 Total Biaya Variabel 100,000 436,199,339 502,012,059 571,784,587 648,309,295 648,309,295

Biaya Tetap

Pemilik 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000

Karyawan tetap 153,600,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000

Promosi 2,400,000 1,200,000

Listrik 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000


(3)

8

0

Lanjutan Lampiran 11.

TAHUN

0 1 2 3 4 5

Transportasi 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000

Kebersihan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000

Biaya penyusutan 30,822,300 30,822,300 30,822,300 30,822,300 30,822,300 Total Biaya Tetap 249,102,300 247,902,300 246,702,300 246,702,300 246,702,300 Total Biaya Operasional 100,000 685,301,639 749,914,359 818,486,887 895,011,595 895,011,595 Total Outflow 267,235,000 685,301,639 749,914,359 818,486,887 895,011,595 895,011,595 EBIT -267,235,000 29,669,497 80,494,825 127,360,345 177,445,109 177,445,109 Pajak Penghasilan 8,307,459 22,538,551 35,660,897 49,684,630 49,684,630

EAT -267,235,000 21,362,038 57,956,274 91,699,448 127,760,478 127,760,478

Discount Factor (r=14% , n=5) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194

Present Value

(267,235,000.00)

18,738,629.76 44,595,471.16

61,894,515.78 75,644,459.38 66,354,788.93 Accumulated PV (267,235,000.00) (248,496,370.24) (203,900,899.08) (142,006,383.30) (66,361,923.92) (7,134.99) NPV (7,134.99)

IRR 14%

NET B/C 1


(4)

8

1

Lampiran 12. Metode peramalan time series


(5)

8

2

Lanjutan Lampiran 12.


(6)

8

3

Lampiran 13. Analisis tren

Penjualan FITS1 RESI1 FORE1 FITS2 RESI2 FORE2 FITS3 RESI3 FORE3 FITS4 RESI4 FORE4

578 563.1273 14.87273 749.7333 574.0818 3.918182 769.8167 566.7353 11.26473 755.1135 569.585 8.415009 776.419

583 581.7879 1.212121 768.3939 585.4394 -2.43939 799.4318 583.2348 -0.23482 777.0974 582.7925 0.207528 811.949

592 600.4485 -8.44848 787.0545 598.6227 -6.62273 830.8727 600.2147 -8.21472 799.7212 597.1293 -5.12927 852.335

618 619.1091 -1.10909 805.7152 613.6318 4.368182 864.1394 617.689 0.311036 823.0038 612.7368 5.263201 898.6155

632 637.7697 -5.7697 824.3758 630.4667 1.533333 899.2318 635.6719 -3.67194 846.9642 629.781 2.218959 952.1477

648 656.4303 -8.4303 649.1273 -1.12727 654.1785 -6.17846 648.4581 -0.45807

667 675.0909 -8.09091 669.6136 -2.61364 673.2238 -6.22377 669.0012 -2.00124

692 693.7515 -1.75152 691.9258 0.074242 692.8235 -0.82355 691.6905 0.30954

725 712.4121 12.58788 716.0636 8.936364 712.9939 12.00606 716.8644 8.135561