Positioning dalam konteks Community Based Marketing

Berdasarkan tiga hal di atas, relevansi apakah PVI suatu komunitas sesuai dengan perusahaan menjadi yang hal terpenting. Karena bisa saja sebuah komunitas memiliki jumlah anggota yang terus meningkat dan memiliki banyak jaringan. Namun, jika karakter komunitas tersebut tidak sesuai dengan karakter perusahaan, maka tidak ada gunanya perusahaan atau pemasar bergabung dengan komunitas tersebut. Kartajaya 2010 juga menyebutkan bahwa pada dasarnya proses yang dilakukan dalam komunitisasi sendiri ada tiga langkah, yaitu : 1. Perusahaan terlebih dahulu mengeksplorasi komunitas yang ada by- default atau yang potensi untuk dibentuk by-design. Satu hal yang kita cari dan eksplorasi adalah kedekatan antar anggota komunitasnya yang memiliki kesamaan dalam hal tujuan, nilai, dan identitas. 2. Hal kedua yang dilakukan adalah melakukan permission. Perusahaan tidak seharusnya lagi asal membidik konsumen- konsumennya dalam komunitas. Perusahaan sekiranya mengajukan kata “permisi” atau meminta ijin terlebih dahulu pada konsumen di dalam komunitas untuk bekerja sama dan berkolaborasi. 3. Hal ketiga adalah confirmation. Meminta ijin menjadi teman komunitas tidak menjamin pemasar secara otomatis diterima keberadaannya. Langkah confirmation berlangsung dua arah. Bukan saja perusahaan yang mengonfirmasi sebuah komunitas karena kesamaan karakter dengan perusahaan, namun komunitas sendiri harus mengkonfirmasi bahwa perusahaan yang ingin masuk ke dalam komunitas tersebut adalah “teman” yang baik. Untuk itu perusahaan perlu melakukan langkah-langkah kerjasama yang dibutuhkan.

3. Positioning dalam konteks Community Based Marketing

Positioning adalah bagaimana sebuah produk dimata konsumen yang membedakannya dengan produk pesaing. Dalam hal ini termasuk brand image , manfaat yang dijanjikan serta competitive advantage. Inilah alasan mengapa konsumen memilih produk suatu perusahaan dan bukan produk pesaing. Dunia pemasaran kini sudah semakin horizontal, dimana konsumen sudah semakin kuat, semakin komunal dan tidak dapat lagi dipaksa untuk membeli karena pilihan untuk membeli sudah sangat beragam. Perusahaan sudah tidak dapat lagi memaksakan positioning mereka kepada target pasarnya, karena persepsi akan produk akan mudah kabur. Dewasa ini positioning sebuah produk mungkin bisa diciptakan oleh berbagai pihak. Dari perusahaan sendiri, dari pelanggan, dari media massa bahkan dari pesaing. Positioning ini bisa juga disebarkan oleh siapapun melalui Wikipedia, Youtube, Blog dan situs jejaring sosial lainnya. Pemasaran berbasis komunitas yang dilakukan pemasar, mengharuskannya untuk melakukan klarifikasi bersama terhadap komunitas dimana ia berada. Dengan melakukan klarifikasi, berarti perusahaan memperjelas karakternya terhadap komunitas yang sudah dikonfirmasi sebelumnya. Pada saat clarifying perusahaan harus bisa menegaskan siapa perusahaan itu sebenarnya dan apa tujuan keberadannnya dalam komunitas. Melalui pemahaman bersama antara perusahaan dengan komunitas mengenai karakter dan keberadaan perusahaan, maka akan lebih mudah menjaga kredibilitas perusahaan. Komunitas akan merasa bahwa merek yang diusungnya bukan hanya semata merek perusahaan, melainkan merek komunitas yang harus dipositioningkan secara jelas oleh mereka kepada masyarakat atau konsumen lain di luar komunitas.

2.3 Lingkungan Pemasaran

Lingkungan pemasaran sebuah perusahaan terdiri dari berbagai pelaku dan kekuatan di luar pemasaran yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan sasaran Kotler dan Amstrong, 2003. Menurut Umar 2001, lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal.