Targeting dalam konteks Community Based Marketing

Tabel 2. Perbedaan segmentasi dengan komunitisasi Kartajaya, 2010 Segmentasi Segmentation Komunitisasi Communitization Motivasi Memilah konsumen ke dalam satu kotak pasar dimana semua konsumen mempunyai karakteristik yang sama dalam hal keputusan pembelian. Bersatu dengan konsumen yang berkelompok atau dikempokan karena mereka memiliki tujuan, nilai-nilai dan identitas yang sama satu sama lain. Tujuan Akhir Mendapatkan gambaran langsung peta konsumen secara demografis, psikografis dan prilakunya. Bagaimana komunitas yang diciptakan baik secara by-default maupun by-design bisa menjadi relevan dengan karakter perusahaan. Indikator Persamaan yang homogen dari preferensi dan kebutuhan konsumen. Tingkat kohesifitas komunitas, atau keterkaitan anggota komunitas satu sama lain. Paradigma Mindset Bagaimana pemasar dapat memuaskan preferensi dan kebutuhan masing-masing segmen yang dibidik. Komunitas ini diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan berinteraksi dengan perusahaan. Proses Melakukan identifikasi dan profiling sebelum melakukan targeting. Melakukan eksplorasi yang mendalam terhadap konsumen- konsumen yang berpotensi dibentuk.

2. Targeting dalam konteks Community Based Marketing

Kartajaya 2010 menyebutkan ada 3 hal yang harus dilakukan oleh pemasar ketika praktik targeting the segment berubah menjadi confirming the community, yaitu : 1. Relevance, yaitu kesamaan tujuan purposes, nilai-nilai values, dan identitas identity atau yang disingkat PVI yang ada dalam komunitas tersebut dengan karakter perusahaan. 2. Active level, yang berarti seberapa besar tingkat keaktifan komunitas tersebut. Apakah dalam komunitas tersebut anggotanya memang aktif, ataukah ternyata komunitas tersebut hanya berisikan daftar nama. 3. Number of community network, maksudnya adalah berapa banyak jaringan yang dimiliki atau yang potensial bisa terjadi antara suatu komunitas dan komunitas lainnya. Jadi, bukan sekedar berapa banyak jumlah anggota komunitas tersebut. Berdasarkan tiga hal di atas, relevansi apakah PVI suatu komunitas sesuai dengan perusahaan menjadi yang hal terpenting. Karena bisa saja sebuah komunitas memiliki jumlah anggota yang terus meningkat dan memiliki banyak jaringan. Namun, jika karakter komunitas tersebut tidak sesuai dengan karakter perusahaan, maka tidak ada gunanya perusahaan atau pemasar bergabung dengan komunitas tersebut. Kartajaya 2010 juga menyebutkan bahwa pada dasarnya proses yang dilakukan dalam komunitisasi sendiri ada tiga langkah, yaitu : 1. Perusahaan terlebih dahulu mengeksplorasi komunitas yang ada by- default atau yang potensi untuk dibentuk by-design. Satu hal yang kita cari dan eksplorasi adalah kedekatan antar anggota komunitasnya yang memiliki kesamaan dalam hal tujuan, nilai, dan identitas. 2. Hal kedua yang dilakukan adalah melakukan permission. Perusahaan tidak seharusnya lagi asal membidik konsumen- konsumennya dalam komunitas. Perusahaan sekiranya mengajukan kata “permisi” atau meminta ijin terlebih dahulu pada konsumen di dalam komunitas untuk bekerja sama dan berkolaborasi. 3. Hal ketiga adalah confirmation. Meminta ijin menjadi teman komunitas tidak menjamin pemasar secara otomatis diterima keberadaannya. Langkah confirmation berlangsung dua arah. Bukan saja perusahaan yang mengonfirmasi sebuah komunitas karena kesamaan karakter dengan perusahaan, namun komunitas sendiri harus mengkonfirmasi bahwa perusahaan yang ingin masuk ke dalam komunitas tersebut adalah “teman” yang baik. Untuk itu perusahaan perlu melakukan langkah-langkah kerjasama yang dibutuhkan.

3. Positioning dalam konteks Community Based Marketing