42
mendukung sebelum diadakannya eksploitasi, sehingga penambangan ini terbilang cukup mahal karena peralatan tambang longwall mencapai 50
juta dolar. Namun, penambangan ini menghasilkan rendemen batubara yang tinggi yaitu sebesar 75 persen yang dapat diambil dari panil batubara
sejauh 3 km pada lapisan batubara. Kekurangan dari cara ini adalah dapat membuat permukaan tanah menjadi amblas.
c Cut and fill, penambangan dengan cara ini prosesnya cukup rumit dan membutuhkan banyak air untuk menyalurkan pasir atau tanah guna
mengisi rongga-rongga bekas penggalian, tetapi batubara yang dihasilkan melalui cara ini memiliki rendemen yang tinggi.
Industri penambangan batubara mengolah komoditinya sesuai dengan kandungan dan tujuan penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya
memerlukan pemecahan sederhana atau memerlukan proses pengolahan yang lebih kompleks untuk mengurangi kandungan campuran seperti batu dan lumpur.
4.2 Jenis dan Karateristik Batubara Indonesia
Batubara yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air memerlukan waktu yang
panjang dalam proses pembentukannya. Lapisan batubara yang diendapkan pada iklim hangat dan basah biasanya lebih terang dan tebal dibandingkan dengan yang
diendapkan pada iklim basah. Lamanya waktu pembentukan batubara ini menentukan mutu dari setiap endapan batubara. Selain itu suhu dan tekanan juga
mempengaruhi mutu dari endapan batubara. Proses awalnya adalah gambut yang kemudian berubah menjadi lignit batubara muda atau brown coal batubara
43
cokelat, kedua batubara tersebut memiliki kandungan kalori yang rendah. Dengan mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
tahun, batubara muda berubah secara bertahap menjadi batubara sub bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika yang berlangsung terus menerus akan mengubah
batubara sub bitumen menjadi batubara yang lebih keras dan berwarna gelap yaitu bitumen atau antrasit. Antrasit merupakan jenis batubara yang memiliki
kandungan kalori paling tinggi.
Tabel 4.1 Kualitas, Sumber daya dan Cadangan Batubara Indonesia Tahun 2007
Kelas Nilai Kalori
Sumber Daya Cadangan
kalgr Juta ton
Juta ton
Rendah 5100
21038.80 22.50
5397.55 28.90
Sedang 5100-6100
58937.91 63.10
11184.88 59.80
Tinggi 6100-7100
12424.16 13.30
1946.65 10.40
Sangat tinggi 7100
1001.65 1.07
182.47 0.97
Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi dalam Batubara, dan Geothermal, 2008 diolah
Direktorat Pengusahaan Mineral,
Secara kualitas, cadangan batubara Indonesia umumnya mempunyai kandungan abu dan sulfur yang rendah. Namun cadangan batubara Indonesia
mempunyai volatilitas volatile dan kandungan air moisture yang relatif tinggi. Kualitas batubara Indonesia dibedakan berdasarkan kalorinya, batubara dengan
kualitas rendah memiliki nilai kalori kurang dari 5100 kalgr dan kadar air 30-45 persen. Batubara jenis ini sering disebut sebagai lignit. Sedangkan batubara sub
bituminus kualitas sedang memiliki nilai kalori antara 5100 sampai 6100 kalgr dengan kadar air 10-25 persen . Sementara itu, bitumin atau batubara berkualitas
tinggi memiliki nilai kalori antara 6100 sampai 7100 kalgr dengan 57 kadar air sekitar 5-10 persen. Semakin tinggi kalori batubara maka semakin tinggi
kualitasnya.
44
Batubara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras, kuat serta seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara dengan mutu yang
lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit
merupakan batubara dengan kualitas terbaik. Batubara jenis ini memiliki nilai kalori diatas 7100 kalgr dan kadar air hanya 1-3 persen.
Jenis batubara yang mendominasi di Indonesia adalah sub bituminus atau batubara berkalori sedang yaitu dengan sumber daya sebesar 63,10 persen dan
cadangan sebesar 59,80 persen dari batubara yang tersedia di Indonesia. Selain sub bituminus, batubara jenis lignit juga melimpah di Indonesia yaitu dengan
sumber daya sebesar 22,50 persen dengan cadangan sebesar 28,90 persen. Indonesia memiliki sumber daya batubara berkualitas tinggi yang terbatas seperti
bitumen dan antrasit padahal kedua jenis batubara ini yang paling diminati oleh importir batubara Indonesia. Sumber daya dan cadangan bitumen di Indonesia
sendiri adalah sebesar 13,30 persen dan 10,40 persen, dan batubara antrasit yang tersedia di Indonesia hanya sebesar 1,07 persen dengan cadangan sebesar 0,97
persen.
4.3 Produksi Batubara